Tanpa terasa hubungan keempat orang itu ditempat kursus sudah semakin akrab. Mereka selalu berpasangan dalam setiap praktik conversation. Tak pernah sekalipun mereka berganti pasangan. Teman-teman kursus mereka juga sudah memaklumin dan sering menggoda mereka sebagai dua pasangan yang sedang berpacaran.
Hari itu Apip dan Adi datang ke tempat kursus lebih lambat dari Wanda dan Wulan. Saat mereka masuk gedung sudah terlihat Wanda dan Wulan dibangku depan kelas dengan diktat kursus ditangan masing-masing.
"Tumben datengnya duluan." Apip berkomentar setelah melihat mereka berdua.
"Sesekalilah, masa keduluan kalian terus." Jawab Wanda.
"Oke deh, aku masuk dulu nyimpen tas." Ucap Apip mengikuti Adi yang sudah dulu masuk kelas.
"Bentaran ya Lan, kamu tunggu dulu disini." Pinta Wanda sambil beranjak dari duduknya untuk masuk ke kelas.
"Mau ngapain?" Tanya Wulan.
"Lupa ngambil sesuatu di tas." Jawab Wanda sambil beranjak masuk ke kelas.
"Kok sendirian masuknya? Wulan kemana?" Tanya Adi setelah melihat Wanda.
"Di luar, sana temenin Di, aku mau ngomong sama Apip." Pinta Wanda.
"Pacaran terussss." Jawab Adi sambil beranjak dari bangkunya membawa diktat kursus.
"Nih!" Ucap Adi sambil mengepalkan tangannya ke hadapan Apip.
Wanda dan Apip hanya tertawa melihat tingkah Adi.
"Hai, Lan." Sapa Adi setelah keluar kelas duduk disamping Wulan.
"Hai juga, mana Wanda?" Tanya Wulan.
"Didalem pacaran sama Apip, aku aja sampe diusir." Jawab Adi. Wulan hanya tersenyum mendengar ucapan Adi.
Adi terdiam mencoba mencari bahan obrolan. Matanya menatap ke arah taman didepan mereka tanpa berani menatap Wulan. Wulan hanya tersenyum melihat tingkah Adi.
"Gimana sekolahnya Lan?" Akhirnya Adi mulai bersuara.
"Baik aja, yang jelas disekolahku ngga ada mesin praktek." Ucap Wulan sambil tersenyum.
"Haha, pastilah, emangnya STM." Adi berkata.
"Katanya sekarang penjurusan SMA berubah yah?" Tanya Adi.
"Iya, nanti kelas 2 jadi IPA sma IPS." Jawab Wulan.
"Terus, entar kamu mau ngambil mana?"
"Ngambil IPS soalnya entar aku mau kuliah ekonomi." Jawab Wulan.
"Oh, mau kuliah dimana?" Tanya Adi.
"Pengennya sih di Unpad." Jawab Wulan.
"Wah, udah siap-siap bimbel dong?"
"Entar aja mulai kelas 2." Jawab Wulan.
"Kamu sendiri gimana? Maksudku abis lulus sekolah?" Wulan mempertegas pertanyaannya.
"Belum tau." Jawab Adi.
"Kok belum tau? Emang ngga ada niat buat lanjutin?" Tanya Wulan sambil mengalihkan pandangannya menatap wajah Adi.
"Anak STM mana bisa bersaing UMPTN sama anak SMA Lan." Jawab Adi sambil menutup diktatnya dan menatap Wulan sesaat lalu mengalihkan pandangannya ke arah pintu kelas.
"Emang kalau ke swasta kenapa?" Tanya Wulan.
"Orang tuaku ngga bakalan sanggup ngebiayain kalau ke swasta mah." Jawab Adi sambil tersenyum sedikit getir.
"Oh jadi mau langsung kerja." Jawab Wulan tanpa bertanya lebih lanjut.
"Rencananya begitu sih." Jawab Adi.
"Ngga minat kuliah?"
"Entar sambil kerja aja." Jawab Adi.
Obrolan mereka terhenti ketika melihat satu persatu teman kurus masuk ke dalam kelas.
"Cie yang lagi pacaran." Salah satu temannya berkomentar.
"Pacaran dari hongkong." Jawab Adi.
"Jauh amat pacaran sampe ke hongkong." Ucap temannya sambil tersenyum.
"Iya biar ngga diganggu kamu." Jawab Adi
"Haha, ngga ganggu deh, aku masuk kelas aja." Ucap temannya sambil masuk ke kelas.
Wulan sendiri hanya tersenyum mendengar obrolan kedua orang itu.
"Terus entar mau kerja dimana?" Wulan kembali bertanya.
"Belum tau sih Lan, lulus aja belum." Jawab Adi.
"Ya pengennya dimana?"
"Sepertinya ngga di Bandung sih, mungkin ke Batam biar gajinya lebih gede." Jawab Adi.
"Biar bisa nabung buat kuliah?" Wulan menebak.
"Begitulah." Jawab Adi.
"Kalau gitu tahun depan udah ngga di Bandung dong." Wulan berkata dengan sedikit nada kecewa.
"Baru rencana, kita ngga tau kedepannya gimana." Adi menambahkan.
"Kalau udah niat kerja gitu ngapain kamu kursus?" Tanya Wulan.
"Mesin-mesin modern kan makenya bahasa Inggris. Kalau ngga paham bahasa Inggris gimana kita bisa ngoperasiin mesin-mesin tersebut." Adi menjelaskan.
"Kamu sendiri kenapa ngambil kursus?" Adi balik bertanya.
"Sama kaya kamu, biar bahasa Inggrisku lebih lancar." Jawab Adi.
Adi yang sudah kehabisan topik pembicaraan hanya bisa diam. Dalam hatinya dia berharap ada seseorang yang datang agar kecanggungan itu bisa cepat hilang. Harapannya pun terkabul ketika dia melihat pengajar kursus berjalan kearah mereka.
"Yuk! Gurunya udah datang tuh." Ajak Adi sambil beranjak dari duduknya. Wulan mengangguk mengikuti langkah Adi.
***
"Hari minggu nanti kamu ada acara ngga?" Apip bertanya kepada Wanda ketika mereka sedang duduk berdua didalam kelas.
"Ngga ada sih, emang kenapa?" Tanya Wanda.
"Aku dan Adi ada rencana mau beli kaset bekas di deket alun-alun. Gimana kalau entar kita ketemuan?" Usul Apip.
Apip memarkirkan mobilnya di Gramedia Merdeka, lalu berjalan menyebrang menuju BIP untuk menemui Wanda dan Wulan ditempat yang sudah dia rencanakan. Dia duduk di deretan bangku fastfood diluar BIP.
"Ngapain kita nongkrong disini? Kaya mau beli aja?" Tanya Adi sambil duduk dihadapan Apip.
"Ya ngga apa-apa, kalau emang harus beli entar aku beli." Jawab Apip.
"Hai....! Udah lama?" Sapa suara perempuan dibelakang Adi.
"Ngga, paling 5 menit." Jawab Apip.
"Lho,... Kalian?" Adi berkata setelah melihat orang yang menyapa mereka.
"Eh, ngga, biar Wulan lega aja duduknya." Jawab Adi sedikit gugup.
"Jadi kita ngapain nih?" Tanya Wanda.
"Kita ngisi perut dulu Da, tadi aku belum makan." Ujar Apip.
"Ayo Di, kita pesen dulu." Ajak Apip sambil beranjak dari duduknya.
Adi mengikut Apip menuju counter untuk memesan makanan.
"Kok kamu ngga bilang mau ketemuan ama mereka Pip?" Tanya Adi.
"Kalau aku kasih tau paling kamu ngga mau ngikut. Udah tenang aja mereka ngga bakalan gigit kok." Jawab Apip sambil tersenyum.
Mereka kembali ke meja sambil membawa 2 baki pesanan masing-masing. Mereka masih duduk walaupun pesanan mereka sudah habil.
"Ngga kerasa yah udah hampir 3 bulan aja kita kursus." Wanda membuka pembicaraan.
"Iya yah berarti sebulan lagi selesai." Jawab Apip.
"Nah karena selama ini kita ngobrol dengan kita-kita sendiri, gimana kalau kita praktekan hasil kursus kita?" Usul Apip.
"Maksudnya gimana Pip?" Adi penasaran.
"Ya kita praktekkan langsung ke orang yang biasa make bahasa inggris." Jelas Apip.
"Iya tuh, kita cari tempat yang biasanya banyak bulenya." Wanda menambahkan.
"Dimana?" Tanya Adi.
"Yang paling deket ya di Tangkuban perahu." Jawab Wanda.
"Setuju!" Ujar Apip.
"Kapan?" Tanya Wulan.
"Kita rembukan dulu sama yang lain nanti pas di tempat kursus." Jelas Apip.
"Oke, setuju." Adi berkata penuh semangat setelah membayangkan bagaimana nanti ngobrol langsung dengan bule.
"Oke deh, kalau begitu kita jalan-jalan dulu yuk!" Usul Wanda diikuti anggukan yang lain.
Wanda langsung berjalan disamping Apip masuk ke dalam BIP. Tak ada pilihan lain bagi Adi selain berjalan berdampingan dengan Wulan.
"Bawa mobil siapa Lan?" Tanya Adi.
"Mobilku, tapi tadi supirnya udah disuruh Wanda pulang." Jelas Wulan.
"Pantesan Apip bawa mobil." Ujar Adi pelan.
"Kenapa Di?" Tanya Wulan.
"Ngga apa-apa."
Kedua pasang remaja itu terlihat bertolak belakang. Pasangan Apip dan Wanda terlihat cukup heboh dengan suara tertawa Wanda mendengar setiap candaan Apip sedangkan pasangan Adi dan Wulan lebih banyak diam dan hanya sesekali terlihat bicara.
Tiba ditempat permainan Apip langsung duduk disalah satu bangku kosong sedangkan Wanda mengajak Wulan untuk menukar koin. Hal itu membuat Adi sedikit lega dan langsung duduk disamping Apip.
"Mau nuker koin ngga?" Tanya Apip.
"Duitku pas-pasan buat beli kaset, kamu ga bilang kita mau kemari." Protes Adi.
"Udah entar pake duitku dulu, tapi kita liat dulu tu cewek-cewek pada maen apa." Jelas Apip.
Mereka hanya duduk sambil memperhatikan Wanda dan Wulan yang sibuk mencoba permainan-permainan yang mereka sukai sampai akhirnya mereka berhenti dipermainanan mengambil boneka.
"Taruhan yuk berapa koin yang akan mereka habiskan?" Ajak Apip.
"5 koin langsung berhenti!" Tebak Adi.
"5 koin masih lanjut.' Apip menebak.
Dan sepertinya tebakan Apip yang benar, karena setelah beberapa kali gagal terlihat Wulan berjalan ke arah kasir lalu kembali lagi dengan koin baru.
"Kasian juga mereka." Ujar Adi Adi setelah memperhatikan tak ada satu bonekapun yang bisa mereka dapatkan.
"Ayo kita tuker koin." Ajak Apip sambil beranjak menuju kasir. Disana Apip membagi dua koin yang ditukarnya dengan Adi lalu menghampiri Wanda dan Wulan.
"Udah abis berapa koin?" Tanya Apip setelah berada dideket mereka.
"Ada 12 kali." Ucap Wanda ketus.
"Sini biar aku coba." Ujar Apip sambil meminta Wanda mundur. "Kamu pake mesin yang depan Di." Lanjutnya kepada Adi.
Adi langsung berdiri didepan mesin yang dituju sambil berkonsentrasi memperhatikan boneka yang berada didalamnya.
"Mau yang mana Lan?" Tanya Adi menantang.
"Gaya bener, kita aja yang udah abis-abisan ngga dapet." Cibir Wulan.
Adi tidak menjawab dia lalu memasukan koin, kaitan diarahkan pada boneka yang sudah dia incar. Dua kali dia gagal sampe yang ketiga kalinya boneka yang dia incar.
"Angkat Di." Teriak Wulan kegirangan.
Namun ketika hendak dibawa ke lubang, boneka tersebut terjatuh.
"Yah,....." Teriak kecewa mereka hampir bersamaan.
Adi makin penasaran dengan kegagalannya. Dia mencoba kembali beberapa kali sampai koin yang dia punya habis.
"Pake koinku Di." Ujar Wulan sambil menyerahkan koin miliknya.
Hingga tersisa 2 koin mereka masih belum ada satupun boneka yang mereka dapatkan. Sementara disisi Apippun sama saja bahkan Wanda sudah terlihat menukar kembali koin baru.
"Kita ganti sasaran Lan." Ujar Adi tanpa melepas pandangannya kearah tumpukan boneka mencari yang paling besar peluangnya untuk dia dapatkan.
Adi lalu memasukkan koinnya lalu mengarahkan jepitan pada boneka beruang kecil. Setelah merasa mendapatkan angle yang pas dia turunkan jepitan. Sedikit demi sedikit dia tarik jepitannya sampai menjepit leher boneka tersebut membuat boneka itu ikut terangkat. Sementara disamping terlihat Wulan terdiam ikut berkosentrasi melihat jepitannya.
"YES!!" Teriak Adi dan Wulan setelah melihat bonek terbawa dan jatuh didalam lubang.
"Nih..." Ujar Adi menyerahkan boneka yang baru saja dia ambil pada Wulan.
"Makasih Di." Jawabnya saat menerima boneka tersebut. Dia langsung menghampiri Wanda sambil memamerkan bonekanya.
"Dapet berapa Pip?" Tanya Adi sambil mendekati Apip yang memasang raut kesal.
"Berisik!" Ucapnya tanpa mengalihkan perhatian pada permainannya.
Adi cuma nyengir dengan jawaban Apip, dia lalu diam sambil ikut memperhatikan Apip. Akhirnya setelah beberapa kali gagal Apippun mampu mendapatkan boneka yang dia inginkan. Setelah dirasa cukup merekapun menyudahi permainan tersebut dengan masing-masing 1 boneka kecil yang dibawa Wanda dan Wulan
"Kapok aku!" Ucap Apip saat mereka turun dari lantai permainan sambil berjalan didepan berdampingan dengan Adi.
"Kamu sendiri yang ngajak kemari."
"Abis berapa koin Di?"
"Punyaku 5 punya Wulan 4."
"Boleh juga skillmu, aku ada kali 18 mah." Ujar Apip. "Eh kemana lagi kita?" Tanya Apip sambil membalik badannya menghadap Wanda dan Wulan yang berjalan dibelakang mereka.
"Udah ah capek." Jawab Wanda.
"Ya udah kita ke alun-alun beli kaset terus nganterin kalian balik." Usul Apip disetujui yang lain.
Didalam mobil, Wanda duduk didepan disamping Apip yang menyetir, sedangkan Adi dan Wulan duduk dikursi belakang. Mobilpun melaju keluar jalan merdeka menuju Alun-alun.
Setelah mendapatkan barang yang diinginkan di jalan kautamaan istri, Apip mengantarkan Wanda dan Wulan sampai jalan masuk rumah Wulan.
"Ngga sampe ke rumah kamu Da?" Tanya Apip.
"Sampe sini aja aku mau ke rumah Wulan dulu." Jawab Wanda.
"Iya deh, sampe nanti ya." Ujar Apip.
"Duluan ya Di." Wulan pamit pada Adi yang sudah pindah duduknya disamping Apip.
"Iya, ati-ati yah." Jawab Adi.
"Makasih buat bonekanya Di." Ujar Wulan diikuti anggukan Adi sambil sedikit tersenyum.
Saat kembali kursus, Apip dan Wanda mengajukan usulan ke tangkuban perahu.
"Setuju banget tuh biar kita makin lancar bahasa Inggrisnya." Ucap salah satu teman.
Mereka menyepakati waktunya dengan 12 orang termasuk mereka berempat yang mengikuti acara tersebut.
"Gini, aku entar bawa mobil, kalau Wanda dan Wulan bawa mobil juga jadinya ada 3 mobil. Nah kalau 1 mobil berempat aja sudah cukup 3 mobil." Jelas Apip.
"Terus kita ngumpul dimana?"
"Kita ngumpul disini aja biar ngga susah lagi." Jawab Apip
"Aku langsung aja pake motorku, rumahku di Cicendo kalo kesini dulu malah muter." Ucap salah satu peserta.
"Aku juga langsung dari Paskal." Yang lain menimpal.
"Cuma tinggal 8 orang yang tidak menbawa kendaraan sendiri. Kalau begitu Wanda dan Wulan pake satu mobil aja, jadi 2 mobil dengan mobilku karena yang lain mau pada pake motor." Apip memberi usulan.
"Iya deh, entar biar bawa mobilku aja." Wulan menyetujui.
"Sip, sudah diputuskan yah, yang mau bareng ngumpul disini sebelum jam 9. Yang telat kita tinggalin biar sampe tangkuban perahunya ngga terlalu siang." Apip menutup pertemuan tersebut.
"Di, entar aku jemput kamu ke rumah yah." Apip berkata setelah hanya tinggal mereka berempat yang ngumpul.
"Ngga usah Pip, kalau mau kamu jemput aja di terminal leuwipanjang biar ngga kejauhan." Pinta Adi.
"Oke setuju." Jawab Apip.
***
Namun beberapa hari sebelum hari H Adi mendadak mempunyai rencana dengan keluarganya bertepatan dengan hari yang sudah mereka rencanakan.
Adipun mengutarakan hal itu pada Apip saat mereka di sekolah.
"Lho gimana sih? Kok ngedadak?" Tanya Apip kaget.
"Nah lho, rencana udah mateng gitu bisa gagal tuh." Hendi berkata.
"Kamu aja yang gantiin aku Hen." Usul Adi.
"Ngga bisalah, aku ngga ngikut kursus." Hendi menolak.
"Kalau kamu ngga ikut aku juga batal deh." Ujar Apip
"Jangan Pip. Kamu dan Wanda khan yang ngusulin masa ngga ikutan, lagian entar mobilnya kurang." Adi memberi alasan.
"Iya deh, tapi besok kamu harus ngomong langsung ke Wanda dan Wulan." Apip berkata.
"Iya, besok aku ngomong deh." Jawab Adi.
Besoknya saat datang ke tempat kursus, Wulan dan Wanda sudah terlihat duduk dibangku depan kelas. Mereka langsung berdiri begitu melihat Apip dan Adi yang datang menuju tempatnya.
"Hai!" Adi menyapa mereka.
"Kita musti ngomong Di." Wulan berkata tanpa menjawab sapaan Adi.
"Kita ke dalam Pip." Ajak Wanda diikuti anggukan kepala Apip.
"Ngomong langsung ama Wulan yah. Tanggung jawab!" Ucap Apip pada Adi sebelum dia masuk ke kelas.
Adi yang sudah tahu permasalahannya langsung duduk di bangku tanpa melepas tas gendongnya.
"Kenapa kamu tiba-tiba ngga jadi ikut?" Tanya Wulan sambil berdiri didepan Adi dengan Wajah terlihat kesal.
"Kok tahu?" Tanya Adi.
"Apip nelepon kemaren." Jawab Wulan. "Lagian pasti kamu juga udah bisa nebak darimana aku bisa tau." Wulan melanjutkan.
"Berarti kamu juga udah tau alesannya kan?" Adi balik bertanya.
"Ngga! Apip cuma bilang kamu ngga jadi ikut." Jawab Wulan.
"Aku ada keperluan keluarga mendadak." Adi menjawab sambil melirik sebentar kearah Wulan kemudian memandang ke taman.
"Tapi kan kita udah rencanain bareng-bareng." Ujar Wulan.
"Iya, tapi mau gimana lagi?" Jawab Adi.
"Aku males jalan kalo kamu ngga ikut. Aku juga cancel kalo gitu." Wulan melanjutkan ucapannya.
"Ya jangan Lan, kalo kamu cancel mobilnya kurang dong?" Adi melarangnya.
"Ya udah deh, terserah!" Dia menjawab sambil beranjak kembali masuk kedalam kelas. Adi hanya diam, memperhatikan Wulan berjalan kembali masuk ke dalam kelas.
Adi beranjak dari duduknya mengikuti Wulan. Dia duduk di bangkunya. Wulan dan Wanda terlihat cuek dengan kedatangan Adi.
Selama kursus tak sekalipun Wulan menatap Adi. Bahkan saat praktek conversation Wulan memilih orang lain sebagai partnernya.
Saat pulang, Wulan langsung beranjak keluar kelas tanpa pamit, hanya Wanda yang masih mau pamit kepada Apip.
"Aku duluan ya." Pamitnya kepada Apip.
"Iya deh, ati-ati ya." Ucap Apip.
"Yuk Di." Wanda berkata sambil berlalu tanpa menunggu jawaban Adi.
"Mereka marah ya Pip?" Tanya Adi.
"Wajarlah." Jawab Apip.
"Tapi kan alasanku logis." Adi berkata.
"Itulah uniknya cewek Di." Ujar Apip. "Kamu harus tau Di, ada dua peraturan tidak tertulis untuk laki-laki. Peraturan pertama cewek itu ngga pernah salah. Kedua kalau cewek salah lihat peraturan pertama." Lanjut Apip menjelaskan.
"Peraturan darimana tuh?" Tanya Adi.
"Dari Firaun! Udah nyantai aja, entar kalau udah reda kamu ngomong lagi ama mereka." Ucap Apip.
***
Sepulang dari tangkuban perahu, Wulan masih tidak mau bicara dan berpartner dengan Adi. Hal itu menimbulkan tanda tanya pada teman-teman kursusnya namun Adi selalu mengatakan bahwa tidak ada masalah antara mereka berdua. "Mungkin lagi nyari suasana baru." Itulah jawaban yang selalu Adi lontarkan
Akhirnya karena sudah beberapa kali kursus Wulan masih tidak mau bicara dengan Adi, Apip berinisitatif untuk membereskan hal keadaan tersebut.
"Nanti pas converstion kamu ajak Wulan ya Di." Pinta Apip diikuti anggukan kepala Adi.
Selesai pelajaran teori Adi langsung berbicara dengan Wulan.
"Lan, partneran yuk!" Pintanya sebelum Wulan beranjak dari duduknya.
Wulan menatap Adi sebentar, Adi memcoba bertahan melawan tatapan Wulan. Akhirnya Wulan menganggukkan kepala mengiyakan ajakan Adi.
Selesai kursus Apip langsung menarik Wanda agar bisa berjalan berdampingan.
"Kita bareng Da, ada yang mau aku obrolin." Pinta Apip.
Wanda yang paham maksud Apip langsung menganggukkan kepala. Akhirnya Adi dan Wulan berjalan berdampingan dibelakang Apip dan Wanda.
"Masih marah Lan?" Tanya Adi.
"Ngga, ngapain marah?" Jawabnya.
"Yakin?"
"Iya." Jawab Wulan.
"Syukur deh." Ucap Adi lega.
Wulan menatap Adi dengan sorot mata terlihat kesal.
'Ni orang ngga peka banget sih,' Pikirnya sambil memalingkan wajahnya menatap kembali kedepan.
Rencananya akan dikasih sehari 2 bab untuk beberapa bab kedepan. Mudah-mudahan berkenan. Ditunggu komen-komennya
Terima kasih udah sudi mampir agan Freya, senangnya ada expert nongol do thred nubi.
Halah..
Quote:
Abah itu kakeknya mereka bertiga, mertuanya si bapak dan orangtuanya si ibu.
Oh gitu, soalnya di intro kan ada kalimat gini nih..
Quote:
Tapi ingat setinggi apapun ilmu yang kalian jangan pernah sekalipun meninggalkan shalat. Begitu juga ilmu beladiri yang udah bapak dan wak Aban ajarkan pada kalian bukan untuk menjadikan kalian sombong, tapi untuk melestarikan apa yang sudah Abah kalian ajarkan pada kami." Bapak melanjutkan ceritanya.
Abah itu setau gue ayah kan yah? Dulu sih gue nonton Keluarga Cemara setau gue begitu.. Nah karena kata kalian itu merujuk pada Raka, Adi, dan Ita.. Makanya gue kira mereka bertiga anaknya Abah..
Gue salah mengartikan yah..
Quote:
Nitip motor di Hendi yang punya kost gan, Teguh mah lgsg balik karena musti bantu emaknya.
Oh gitu, sedikit bingung aja pas nyerna sih.. Soalnya kan yang gak ikutan pergi justru si Teguh, jadi gue sempet ngira mereka mau naik bis atau apa gitu sehingga motornya mau dititip.. Oh gak taunya pas dibaca lagi mereka jalan kaki dari kost-an nya si Hendi yah.
Btw, elo ini nulisnya udah kelar dan elo post sedikit-sedikit atau elo nulisnya lagi on going? Maksudnya belom kelar dan setiap hari elo emang sedia-in bbrp jam untuk nyicil nulisnya? Kadang-kadang untuk nulis bbrp paragraf aja butuh waktu berjam-jam yah..
Saat kembali kursus, Apip dan Wanda mengajukan usulan ke tangkuban perahu.
"Setuju banget tuh biar kita makin lancar bahasa Inggrisnya." Ucap salah satu teman.
Mereka menyepakati waktunya dengan 12 orang termasuk mereka berempat yang mengikuti acara tersebut.
"Gini, aku entar bawa mobil, kalau Wanda dan Wulan bawa mobil juga jadinya ada 3 mobil. Nah kalau 1 mobil berempat aja sudah cukup 3 mobil." Jelas Apip.
"Terus kita ngumpul dimana?"
"Kita ngumpul disini aja biar ngga susah lagi." Jawab Apip
"Aku langsung aja pake motorku, rumahku di Cicendo kalo kesini dulu malah muter." Ucap salah satu peserta.
"Aku juga langsung dari Paskal." Yang lain menimpal.
"Cuma tinggal 8 orang yang tidak menbawa kendaraan sendiri. Kalau begitu Wanda dan Wulan pake satu mobil aja, jadi 2 mobil dengan mobilku karena yang lain mau pada pake motor." Apip memberi usulan.
"Iya deh, entar biar bawa mobilku aja." Wulan menyetujui.
"Sip, sudah diputuskan yah, yang mau bareng ngumpul disini sebelum jam 9. Yang telat kita tinggalin biar sampe tangkuban perahunya ngga terlalu siang." Apip menutup pertemuan tersebut.
"Di, entar aku jemput kamu ke rumah yah." Apip berkata setelah hanya tinggal mereka berempat yang ngumpul.
"Ngga usah Pip, kalau mau kamu jemput aja di terminal leuwipanjang biar ngga kejauhan." Pinta Adi.
"Oke setuju." Jawab Apip.
***
Namun beberapa hari sebelum hari H Adi mendadak mempunyai rencana dengan keluarganya bertepatan dengan hari yang sudah mereka rencanakan.
Adipun mengutarakan hal itu pada Apip saat mereka di sekolah.
"Lho gimana sih? Kok ngedadak?" Tanya Apip kaget.
"Nah lho, rencana udah mateng gitu bisa gagal tuh." Hendi berkata.
"Kamu aja yang gantiin aku Hen." Usul Adi.
"Ngga bisalah, aku ngga ngikut kursus." Hendi menolak.
"Kalau kamu ngga ikut aku juga batal deh." Ujar Apip
"Jangan Pip. Kamu dan Wanda khan yang ngusulin masa ngga ikutan, lagian entar mobilnya kurang." Adi memberi alasan.
"Iya deh, tapi besok kamu harus ngomong langsung ke Wanda dan Wulan." Apip berkata.
"Iya, besok aku ngomong deh." Jawab Adi.
Besoknya saat datang ke tempat kursus, Wulan dan Wanda sudah terlihat duduk dibangku depan kelas. Mereka langsung berdiri begitu melihat Apip dan Adi yang datang menuju tempatnya.
"Hai!" Adi menyapa mereka.
"Kita musti ngomong Di." Wulan berkata tanpa menjawab sapaan Adi.
"Kita ke dalam Pip." Ajak Wanda diikuti anggukan kepala Apip.
"Ngomong langsung ama Wulan yah. Tanggung jawab!" Ucap Apip pada Adi sebelum dia masuk ke kelas.
Adi yang sudah tahu permasalahannya langsung duduk di bangku tanpa melepas tas gendongnya.
"Kenapa kamu tiba-tiba ngga jadi ikut?" Tanya Wulan sambil berdiri didepan Adi dengan Wajah terlihat kesal.
"Kok tahu?" Tanya Adi.
"Apip nelepon kemaren." Jawab Wulan. "Lagian pasti kamu juga udah bisa nebak darimana aku bisa tau." Wulan melanjutkan.
"Berarti kamu juga udah tau alesannya kan?" Adi balik bertanya.
"Ngga! Apip cuma bilang kamu ngga jadi ikut." Jawab Wulan.
"Aku ada keperluan keluarga mendadak." Adi menjawab sambil melirik sebentar kearah Wulan kemudian memandang ke taman.
"Tapi kan kita udah rencanain bareng-bareng." Ujar Wulan.
"Iya, tapi mau gimana lagi?" Jawab Adi.
"Aku males jalan kalo kamu ngga ikut. Aku juga cancel kalo gitu." Wulan melanjutkan ucapannya.
"Ya jangan Lan, kalo kamu cancel mobilnya kurang dong?" Adi melarangnya.
"Ya udah deh, terserah!" Dia menjawab sambil beranjak kembali masuk kedalam kelas. Adi hanya diam, memperhatikan Wulan berjalan kembali masuk ke dalam kelas.
Adi beranjak dari duduknya mengikuti Wulan. Dia duduk di bangkunya. Wulan dan Wanda terlihat cuek dengan kedatangan Adi.
Selama kursus tak sekalipun Wulan menatap Adi. Bahkan saat praktek conversation Wulan memilih orang lain sebagai partnernya.
Saat pulang, Wulan langsung beranjak keluar kelas tanpa pamit, hanya Wanda yang masih mau pamit kepada Apip.
"Aku duluan ya." Pamitnya kepada Apip.
"Iya deh, ati-ati ya." Ucap Apip.
"Yuk Di." Wanda berkata sambil berlalu tanpa menunggu jawaban Adi.
"Mereka marah ya Pip?" Tanya Adi.
"Wajarlah." Jawab Apip.
"Tapi kan alasanku logis." Adi berkata.
"Itulah uniknya cewek Di." Ujar Apip. "Kamu harus tau Di, ada dua peraturan tidak tertulis untuk laki-laki. Peraturan pertama cewek itu ngga pernah salah. Kedua kalau cewek salah lihat peraturan pertama." Lanjut Apip menjelaskan.
"Peraturan darimana tuh?" Tanya Adi.
"Dari Firaun! Udah nyantai aja, entar kalau udah reda kamu ngomong lagi ama mereka." Ucap Apip.
***
Sepulang dari tangkuban perahu, Wulan masih tidak mau bicara dan berpartner dengan Adi. Hal itu menimbulkan tanda tanya pada teman-teman kursusnya namun Adi selalu mengatakan bahwa tidak ada masalah antara mereka berdua. "Mungkin lagi nyari suasana baru." Itulah jawaban yang selalu Adi lontarkan
Akhirnya karena sudah beberapa kali kursus Wulan masih tidak mau bicara dengan Adi, Apip berinisitatif untuk membereskan hal keadaan tersebut.
"Nanti pas converstion kamu ajak Wulan ya Di." Pinta Apip diikuti anggukan kepala Adi.
Selesai pelajaran teori Adi langsung berbicara dengan Wulan.
"Lan, partneran yuk!" Pintanya sebelum Wulan beranjak dari duduknya.
Wulan menatap Adi sebentar, Adi memcoba bertahan melawan tatapan Wulan. Akhirnya Wulan menganggukkan kepala mengiyakan ajakan Adi.
Selesai kursus Apip langsung menarik Wanda agar bisa berjalan berdampingan.
"Kita bareng Da, ada yang mau aku obrolin." Pinta Apip.
Wanda yang paham maksud Apip langsung menganggukkan kepala. Akhirnya Adi dan Wulan berjalan berdampingan dibelakang Apip dan Wanda.
"Masih marah Lan?" Tanya Adi.
"Ngga, ngapain marah?" Jawabnya.
"Yakin?"
"Iya." Jawab Wulan.
"Syukur deh." Ucap Adi lega.
Wulan menatap Adi dengan sorot mata terlihat kesal.
'Ni orang ngga peka banget sih,' Pikirnya sambil memalingkan wajahnya menatap kembali kedepan.
Rencananya akan dikasih sehari 2 bab untuk beberapa bab kedepan. Mudah-mudahan berkenan. Ditunggu komen-komennya
Hehehe.. Cewek banget yah.. Kalo lagi marah ngambeknya ya begitu
Oh gitu, soalnya di intro kan ada kalimat gini nih..
Abah itu setau gue ayah kan yah? Dulu sih gue nonton Keluarga Cemara setau gue begitu.. Nah karena kata kalian itu merujuk pada Raka, Adi, dan Ita.. Makanya gue kira mereka bertiga anaknya Abah..
Gue salah mengartikan yah..
Emang kadang ada cucu manggil kakek neneknya ngikutin panggilan ibu bapaknya.
Quote:
Btw, elo ini nulisnya udah kelar dan elo post sedikit-sedikit atau elo nulisnya lagi on going? Maksudnya belom kelar dan setiap hari elo emang sedia-in bbrp jam untuk nyicil nulisnya? Kadang-kadang untuk nulis bbrp paragraf aja butuh waktu berjam-jam yah..
Eh ya, mangat nulisnya yah.
Ini tulisan udah mendem lama tapi baru sekarang berani di publish
Quote:
Originally Posted by allyssatessa
Cerita nya bagus kak merem
Saya subscribe dulu biar bisa baca nanti
Sore itu saat liburan semester ganjil, Adi sedang duduk teras rumah melihat Raka yang sedang mencuci motor bebek Honda 700 hitam kesayangannya.
"Gimana raportnya Di?" Tanya Raka sambil duduk di pinggir teras setelah selesai mencuci motornya.
"Alhamdulillah A, 3 besar." Jawab Adi.
"Masa sih?"
"Kok masa? Naik 2 tingkat dari kenaikan kelas kemaren ." Jawab Adi bangga.
"Coba liat raportnya Di." Pinta Raka.
Adi lalu beranjak masuk ke dalam rumah. Dia kembali ke teras sambil membawa raportnya lalu menyerahkan kepada Raka.
"Wah bahasa Inggrisna naek drastis nih." Ucap Raka setelah melihat nilai-nilai yang didapat Adi.
"Wajar dong, khan ngikut kursus." Jawab Adi.
"Kok pelajaran hapalan ngga ada kemajuan Di, ini Sejarag malah turun." Ungkap Raka.
"Hehe, biasa A." Jawab Adi sambil nyengir.
"Kelakuan kamu mah Di, kenapa sih males banget ngapalin?" Tanya Raka.
"Yang kaya gitu kan ngga bakalan kepake waktu kita kerja." Adi memberi alasan. "Yang penting nilai Matematikanya tertinggi se kelas 3." Lanjut Adi bangga.
"Tetep aja rangking 3, coba kalau hapalannya naek, bisa rangking 1 kamu Di." Ujar Raka.
"Segitu juga udah lumayan A." Adi berkata.
"Kayaknya sayang kalau kamu langsung kerja Di." Raka berkata sambil menyerahkan raport kepada Adi.
"Sayang gimana?" Tanya Adi heran.
"Dengan kemampuan kamu harus kamu bisa lanjutin kuliah." Ungkap Raka.
"Anak STM sulit bisa lulus UMPTN, apalagi Adi ngga ngikut bimbel." Jawab Adi.
"Bisa kok Di, semester depan kamu bisa ikut bimbel ujian masuk Politeknik. 6 bulan bimbel cukup kok. Kan seperti Aa bilang, ujiannya cuma Matematika Fisika dan Kimia." Raka menjelaskan.
"Ngga deh A, ngga enak minta duit terus sama bapak." Jawab Adi.
"Siapa yang suruh kamu mita duit ke bapak?"
"Adi ngga ada duit buat bayar bimbel A." Jawab Adi.
"Emang tabungan kamu ngga cukup?" Tanya Raka.
"Ngga mungkin cukup A, bimbel kan mahal." Jawab Adi.
"Gimana kalau kamu pake aja duit Aa buat bayar bimbel?" Usul Raka.
"Tetep aja ngga bakalan bisa cepet keganti A." Jawab Adi.
"Maksud Aa gini, Aa bayarin full biaya bimbelnya, kalau kamu lulus kamu ngga usah ganti uang Aa, tapi kalau kamu gagal kamu cukup ganti setengahnya, Gimana?" Tanya Raka.
Adi terlihat berpikir mendengar tawaran Raka. Dia masih menghitung-hitung uang yang ada dalam tabungannya.
"Kalau gagal berarti tabunganku habis dong." Ucap Adi setelah berpikir cukup lama.
"Makanya jangan gagal!" Jawab Raka.
"Kamu tenang aja Di, waktu bimbel pasti dikasih trik-trik cara cepat menjawab pertanyaan ujian. Aa yakin kamu pasti bisa cepat memahami penjelasan pengajarnya." Raka menjelaskan.
"Yang ngajar di bimbel itu langsung dosen dari poltek, Aa yakin diantara mereka pasti ada yang jadi anggota team penyusun soal ujian masuk." Rak melanjutkan.
"Di, lulusan STM kalau kerja paling jadi teknisi, bakalan butuh waktu lama buat kamu naek jabatan. Kalau lulusan kuliah itu minimal kamu langsung jadi supervisor." Raka kembali membujuk Adi.
Adi kembali terdiam memikirkan ucapan Raka.
"Iya deh A, tapi kalau gagal bayar setengah ya." Akhirnya Adi menyetujui.
"Sip, bisa diatur itu mah. nanti Aa cariin tempat bimbelnya" Ucap Raka senang.
Beberapa hari kemudian Raka mengajak Adi mendaftarkan bimbel disebuah tempat bimbel khusus politeknik di dekat pertigaan jalan Kopo dan jalan Pasirkoja. Raka langsung membayar full uang pendaftaran Adi.
"Pokoknya Aa yakin kamu lulus Di." Ucap Raka setelah mereka keluar dari gedung menuju parkiran.
"Berarti Aa udah siap kehilangan duit yah, hehe." Jawab Adi.
"Duit gampang dicari Di, ilmu susah dicarinya." Jawab Raka.
***
Saat kembali masuk sekolah Adi langsung mengajak Apip, Hendi dan Teguh untuk ikut bimbel, tapi mereka menolak ajakannya.
"Aku juga mau nerusin Di, tapi aku mau ngambil swasta aja deh biar ngga pusing ngapalin lagi buat ujian masuk."Apip memberi alasan.
"Aku ngga kepikiran mau kuliah, Di. Yang kepikiran cuma cari kerja ato balik kampung" Hendi beralasan.
"Kalian semua kan tau keadaanku. Aku masuk STM biar cepet dapet kerja." Begitu alasan Teguh.
"Iya deh, berarti aku sendirian nih." Ujar Adi.
"Kamu masih suka kontak si Wulan khan?" Apip bertanya.
"Wulan siapa nih?" Tanya hendi dengan antusias.
"Wulan gebetan si Adi waktu kursus dulu." Apip menjawab sambil menggoda Adi.
"Beuh yang punya gebetan ngga bilang-bilang." Hendi nyeletuk sambil cengengesan.
"Katanya mau kursus ini malah nyari gebetan. Mentang-mentang di sekolah ngga ada cewe beneran." Teguh menambahkan.
"Iya disini mah cewe nya udah berubah jadi tomboy, kalau si Wulan pan anggun, haha." Apip menggoda Adi.
"Wulan bukan levelku. Kamu kali Pip yang kursus buat ngegebet si Wanda." Adi membalas.
"Gaya bener kamu Di, jomblo aja pake level segala." Hendi berkata.
"Bukan gitu Hen. Aku ke tempat kursus numpang motor Apip sedangkan si Wulan sama si Wanda ke tempat kursus dianter supir pribadi. levelnya udah ketinggian." Adi mencoba menerangkan.
"Kalau ceweknya mau ya jangan ditolak dong." Teguh sok memberi nasehat.
"Halah sok banget kamu Guh, kaya yang udah pernah pacaran aja, sendirinya aja jomblo akut." Ucap Adi diikuti tawa teman-temannya melihat tingkah Teguh yang sok canggung.
"Emang kamu ngga pernah minta nomor telepon rumahnya?" Apip bertanya. Adi cuma menggelengkan kepala.
"Ntar aku mintain ke Wanda deh." Apip menjawab.
"Kamu masih kontak-kontakan ama Wanda?" Adi balik bertanya ke Apip.
"Masihlah, hehe." Apip berkata sambil nyengir.
"Ngga perlulah Pip, lagian sejak acara tangkuban perahu, dia ngejauh." Adi menjelaskan.
"Lha kok kamu ngga bilang Di? Aku pikir kamu beneran adem ayem aja ama dia." Apip berucap. "Kalau aku perhatiin kayanya si Wulan suka sama kamu." lanjut Apip menambahkan.
"Nah tuh Di, ada juga cewek yang mau sama kamu." Hendi menggoda. Sedangkan Teguh hanya nyengir mendengar ucapan Hendi.
"Suka darimananya? Dia ngga pernah bilang tuh. Lagian kalo suka ngapain dia kaya ngejauh?" Adi menjelaskan kembali.
"Aku ngga ngerti kamu itu polos atau bego, Di. Sejak jaman firaun pake popok sampe sekarang firaun udah jadi mummy, ngga ada ceritanya cewe ngomong duluan suka ama cowo." Apip menjelaskan dengan muka serius tapi kata-katanya membikin mereka ngakak.
"Aku heran sama kamu Pip, banyak tau peraturan dari jaman Firaun, mulai cewe tak pernah salah sampai cowo harus ngomong duluan." Adi berkata diiringi tawa teman-temannya.
Sesuai dengan ucapannya, beberapa hari kemudian Apip menyerahkan secarik kertas berisi nomor telepon rumah Wulan.
"Pokonya kamu harus telepon dia Di, Awas kalau ngga." Ancam Apip.
"Iya entar aku telepon deh." Jawab Adi sambil menyimpan kertas itu didalam dompetnya.
Namun karena kesibukan Adi mengikuti bimbingan belajar, kertas itu hanya terselip saja di dompetnya.
Last edited by susah_merem; 29th October 2017 at 21:48..
Apip terlihat duduk sendiri disebuah cafe kecil di jalan Cihampelas dengan masih menggunakan pakaian sekolah. Tak lama kemudian terlihat sebuah sedan parkir didepan cafe tersebut. Setelah beberapa saat terlihat Wanda yang juga masih menggunakan seragam sekolah keluar dari pintu belakang lalu berjalan masuk ke dalam cafe menghampiri meja Apip. Dari dalam mobil Wulan melambaikan tangannya ke arah Apip sebelum mobil melaju menjauhi tempat itu.
"Udah lama?" Sapa Wanda sambil duduk di kursi depan Apip.
"Paling juga 15 menit." Jawab Apip. "Cabut yuk biar ngga terlalu sore." Lanjut Apip diikuti anggukan Wanda.
Apip beranjak dari duduknya untuk membayar minumannya. Dia lalu mengajak Wanda menuju sebuah mobil di parkiran.
"Aku pinjem mobil bapak.." Apip menjelaskan tanpa ditanya.
"Emang ngga dipake sama bapak kamu?"
"Alesannya sih ada kerja kelompok bareng Adi dan yang lain." Jawab Apip sambil menyalakan mobil dan melajukan mobilnya keluar dari parkiran. "Kalau udah menyangkut Adi dan yang lainnya, bapak pasti ngasih, heheh." Apip melanjutkan.
"Dasar." Wanda berkomentar.
"Oh ya, Wulan tadi kemana?"
"Ke butik mamanya, entar pulangnya kamu juga harus anterin aku kesana, soalnya sekarang bawa mobil Wulan." Jawab Wanda. "Mau kemana kita?" Wanda lanjut bertanya.
"Kita ke tangkuban perahu ya." Jawab Apip.
"Kenapa ngga ajak Wulan?"
"Aku mau ngomong serius nih Da." Apip kembali berkata.
"Ngomongin apa?" Tanya Wanda.
"Entar disana aja ya." Jawab Apip sambil tersenyum penuh misteri.
Sampai di tujuan, tangkuban perahu terlihat sepi hanya ada mobil Apip dan 2 sepeda motor terparkir di parkiran. Maklum saja hari biasa. Mereka berjalan berdampingan masuk ke arah kawah lalu duduk di sebuah bangku dekat sebuah hutan kecil disamping kanan kawah.
"Duduk sini Da." Pinda Apip sambil menepuk bagian kanan bangku yang dia duduki.
"Ada apa sih Pip, kok ngajak aku kesini." Wanda kembali bertanya setelah duduk disebelah Apip.
"Gini Da, selama ini aku selalu merasakan hal berbeda saat kita bersama." Apip memulai pembicaraan. Wanda hanya diam menunggu ucapan Apip selanjutnya.
"Rasanya adem kalau lagi deket sama kamu Da." Lanjut Apip.
"Gombal ya?" Tanya Wanda tanpa melihat pada Apip.
"Ngga! Sumpah deh!" Jawab Apip.
"Ngapain sumpah segala."
"Biar kamu percaya Da."
"Percaya deh, terus?" Ucap Wanda.
"Jujur aja Da, aku punya perasaan lebih sama kamu, aku ingin selalu bareng kamu." Apip menghentikan ucapannya. Wanda hanya diam menunggu kelanjutan ucapan Apip.
"Aku suka kamu Da, aku mau kamu jadi pacarku." Apip menerangkan.
Wanda mengangkat wajahnya menatap sebentar pada Apip lalu kembali tertunduk.
"Gimana Da? Kamu mau jadi pacarku?" Tanya Apip.
"Kamu ngomong aja Da, aku siap nerima semua jawaban kamu." Ujar Apip setelah agak lama mereka terdiam.
"Aku juga punya perasaan lebih sama kamu sejak pertama kali kita ketemu. Kamu bisa buat aku terus senang dan tertawa." Wanda akhirnya bicara.
"Jadi kamu mau jadi pacarku?" Tanya Apip dengan antusias.
Wanda menganggukkan kepalanya. Senyum terlihat merekah dibibirnya.
"Makasih Da." Ucap Apip sambil memegang tangan Wanda. Wanda membiarkan telapak tangannya dalam genggaman Apip lalu mengangkat wajanya menatap Apip dengan senyuman bahagia.
Wanda sedikit terkejut ketka Apip mengangkat dan mengecup tangannya, Namun terkejutnya langsung menghilang diganti senyum yang semakin melebar ketika Apip menatapnya kembali.
"Jadi mulai hari ini kita jadian yah." Ucap Apip diikuti anggukan kepala Wanda.
Mereka kembali saling menatap dengan senyum mengembang di bibir masing-masing. Apip kembali mendekatkan wajahnya sementara Wanda menutup matanya siap menerima perlakukan Apip.
"Cup..!" Sebuah kecupan mendarat lembut di kening Wanda. Mereka kembali bertatapan sambil tersenyum.
Magnet-magnet asmara menarik kepala mereka untuk saling mendekat. Dahi mereka bersentuhan dilanjutkan dengan hidung yang saling bersentuhan. Bibir mereka bertemu saling berciuman agak lama dan terlepas saat mereka sadar berada di tempat umum.
Wanda langsung memeluk Apip dan menyembunyikan rona merah diwajahnya didada Apip. Apip membalas pelukan wanda mengusap-ngusap rambut Wanda dengan senyum bahagia diwajahnya.
"Ini pertama kalinya aku ciuman." Ucap Wanda tanpa merubah posisinya.
"Sama."
"Bohong deh, kamu keliatan udah pinter." Ujar Wanda sambil melepaskan pelukannya dan bersandar dibahu Apip.
"Lho, namanya naluri mah ngga usah belajar." Elak Apip.
"Kok diem aja sih, ngomong dong." Pinta Apip. "Jangan-jangan kamu sebenernya ngga mau jadi pacarku?" Tanya Apip.
"Mau kok, aku diem karena seneng banget karena aku udah nunggu kamu minta aku jadi pacar kamu." Jawab Wanda. "Tapi ada sesuatu yang harus kamu tau Pip." Lanjut Wanda.
"Apa itu?"
"Papaku melarang pacaran selama aku masih sekolah. Beliau meminta aku konsetrasi pada sekolahku biar aku bisa masuk ke universitas yang aku inginkan." Wanda menjawab.
"Maksud kamu?" Apip bertanya sedikit gusar.
"Kamu belum bisa dateng ke rumahku Pip." Wanda berkata dengan nada kecewa.
"Jadi sampe kamu lulus kita backstreet?" Apip bertanya memastikan.
"Iya Pip, kita hanya bisa ketemu diluar saja." Jawab Wanda. "Papa sudah agak curiga karena kamu sering nelepon ke rumah." Lanjutnya.
"Jadi aku juga ngga bisa sering nelepon kamu?" Tanya Apip diikuti anggukan kepala Wanda.
"Berat juga yah, jangankan dateng ke rumah, nelepon aja ngga bisa sering." Keluh Apip.
"Kamu keberatan?" Tanya Wanda.
"Ngga, gimanapun juga aku sayang kamu, aku siap nerima konsekwensinya." Jawab Apip.
"Makasih Pip."
"Sekarang kita pikirin bagaimana caranya kita bisa janjian untuk ketemu." Ujar Apip.
"Nanti aku nelepon kamu pake wartel buat janjian ketemu." Usul Wanda.
"Kalau aku yang mau ketemu gimana?" Tanya Apip.
Wanda terdiam mendengar pertanyaan Apip. Mereka berdua lalu berpikir mencari jawaban pertanyaan Apip.
"Gimana kalau kamu telepon Wulan?" Usul Wanda.
"Ah, bener juga kamu. Pinternya pacarku." Jawab Apip senang. Wanda kembali tersipu mendengar pujian Apip.
"Oke, aku nanti telepon Wulan kalau pengen ketemu kamu." Lanjut Apip.
"Ngga tau sih, belum pernah nanya." Jawab Wanda. "Kamu udah ngasih nomernya Wulan kan?" Wanda bertanya memastikan
"Udah dong."
"Berarti tinggal dari Adinya dong." Ucap Wanda diikuti anggukan Apip. "Menurut kamu Adi suka sama Wulan?" Tanya Wanda lebih lanjut.
"Ngga tau juga, kami sekarang agak jarang ngobrol panjang, lagian dia sekarang sibuk dengan bimbel polteknya." Jelas Apip.
"Oh, jadi dia mau lanjut kuliah?" Tanya Wanda diikuti anggukan Apip.
"Wah, berita baru nih, entar aku bilangin ke Wulan deh." Ujar Wanda. "Kamu sendiri gimana? Mau lanjut juga?" Lanjutnya bertanya.
"Mau Da, tapi aku mau ngambil swasta aja biar lebih gampang masuknya." Jawab Apip.
"Rencananya mau ngambil apa?"
"Teknik Industri." Jawab Apip.
"Iya deh, aku doain lancar." Wanda berkata.
"Iya dong, harus didoain, masa pacar sendiri ngga didoain."
"Idih, manja." Jawab Wanda.
"Manja sama pacar masa ngga boleh, hehe." Komen Apip. "Jalan pacaran kita bakalan berat Da, tapi aku harap endingnya bakalan bagus." Apip melanjutkan ucapannya.
"Mudah-mudahan Pip."
"Yang penting kita saling percaya dengan jalan cinta kita." Ucap Apip diikuti anggukan Wanda.
"Tapi kamu janji ngga bakalan ninggalin aku kan?" Tanya Wanda memastikan.
"Janji dong, 100%!" Jawab Apip. "Ngga mungkin aku ninggalin orang yang aku cintai, justru aku akan berjuang biar cinta kita terus langgeng sampai ending yang bahagia." Apip melanjutkan.
"Makasih Pip, aku seneng banget dengernya." Ucap Wanda.
Last edited by susah_merem; 29th October 2017 at 21:52..
Tanpa terasa Ebtanas sudah didepan mata, Adi dan teman-temannya sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing tapi mereka selalu memanfaatkan waktu mereka besama di sekolah. Adi yang sibuk dengan kegiantan bimbelnya sudah mulai kurang antusias dengan kegiatan praktikum STM. Berbeda dengan Teguh dan Hendi yang selalu antusias dengan kegiatan praktikum. Apip sendiri lebih banyak menghilang setelah bel pulang terdengar.
"Sebentar lagi kita akan lulus yah." Ucap Adi saat mereka berkumpul ditempat biasa.
"Yah, masa sih kita mau jadi anak STM terus." Ujar Apip.
"Ngomong-ngomong kamu sekarang sering langsung cabut Pip. Sibuk apa sih?" Tanya Hendi.
"Ngga ada apa-apa." Jawab Apip berteka-teki.
"Mungkin dia sibuk nyari kampus, Hen." Teguh menebak.
"Ngga mungkin Guh, paling dia sibuk pacaran sama si Wanda." Adi asal menebak. Apip hanya tertawa mendengar tebakan Adi yang sangat tepat.
"Ngaku aja Pip, kamu pacaran yah?" Tanya Hendi.
"Namanya juga anak muda, Hen." Jawab Apip.
"Wah, kamu beneran pacaran Pip? Padahal aku cuma asal nebak lho." Ujar Adi kaget.
"Anjrit! Curang nih ngga ada traktiran." Ujar Teguh dengan suara sedikit keras.
"Haha, iya deh entar aku traktir kalian ke Ampera." Akhirnya Apip berjanji.
"Kapan jadiannya." Pinta Hendi.
Apip lalu menceritakan bagaimana dia meminta Wanda menjadi pacarnya di Tangkuban perahu.
"Wah ternyata udah lama nih, kok ngga cerita sih." Adi protes.
"Kalian ngga pernah nanya." Jawab Apip santai.
"Kapan dong traktirannya?" Tanya Teguh.
"Entar minggu deh Aku bawa mobil jemput kalian." Apip berjanji.
"Sip deh!" Teguh berkata senang.
"Tapi inget Pip, jangan sampai belajar kita terganggu karena pacaran." Adi sok memberi nasehat.
Akhirnya EBTANAS sudah mereka lalui. Mereka sudah lulus dinyatakan lulus dari STM. Namun tidak seperti anak SMA, kelulusan mereka hanya dirayakan ala kadarnya tanpa corat coret seragam. Maklumlah anak STM, selesai mengetahui kelulusan tempat pertama yang mereka datangi adalah papan pengumuman lowongan kerja dekat gedung Tata Usaha.
"Gimana langkah kita selanjutnya?" Tanya Adi saat mereka berkumpul di tempat biasa.
"Kalau aku sih bakal balik dulu ke Sumedang sambil nunggu ijasah dan perpisahan. Kost ku juga cuma sampai akhir bulan ini ngga bakal diperpanjang." Jawab Hendi.
"Kamu gimana Guh?" Tanya Adi.
"Aku udah daftar ke beberapa lowongan yang ada di papan pengumuman, mudah-mudahan ada yang nyangkut." Jawab Teguh.
"Amin..." Mereka bertiga berkata serempak karena sudah paham dengan keadaan Teguh.
"Nah kamu sendiri gimana Di?" Tanya Apip.
"Pan udah pada tahu kalau aku sekarang lagi bimbel ujian masuk poltek. Sekarang udah mulai intensif setiap hari masuk. Doain aja biar aku lulus." Jelas Adi.
"Amin Di. Aku yakin kamu lulus soalnya males kamu udah berkurang. hehe." Ujar Hendi.
"Cocok." Ujar Apip dan Teguh bersamaan.
"Terus rencanamu gimana Pip?" Tanya Adi pada Apip.
"Sesuai rencana awal Di, aku udah daftar di unpas." Jawab Apip.
"Mantap deh." Ucap Teguh berkomentar.
"Oh ya Hen, entar pas perpisahan kamu nginep di rumahku aja." Usul Apip.
"Ngga enak Pip, khan bawa orang tua." Jawab Hendi.
"Alah gampang itu mah, Kamar atas kosong tuh bisa buat istirahat orang tuamu." Ujar Apip.
"Bener Hen, dulu aja aku ama Adi liburan seminggu di rumah kamu. Aku jamin orang tuaku akan marah kalau aku bilang kamu nolak." Ujar Apip.
"Ya udah deh entar aku bilang orang tuaku." Hendi akhirnya mengalah.
"Oke deh, sebelum kost-an Hendi abis, aku pengen kita berempat jalan bareng dulu kemana kek." Usul Apip.
"Boleh sih, tapi kita harus sesuain waktunya dengan waktu teguh." Usul Adi
"Nah gimana Guh? Bisa ngga sehari cuti?" Tanya Apip sedikit bercanda.
"Iya deh, nanti aku bilang ke emak." Jawab teguh.
"Sip!" Ketiga orang itu berkata bersamaan.
***
Pertemuan lengkap terakhir mereka terjadi saat perpisahan sekolah bersama-sama dengan orang tua masing-masing. Mereka berempatpun berkumpul di samping aula meninggalkan orang tua mereka yang masih sibuk ngobrol.
"Sepertinya ini hari terakhir kita bisa berkumpul lengkap. Moga saja kita bisa berkumpul lagi dengan lengkap seperti sekarang." Adi membuka pembicaraan.
"Ada awal tentunya ada akhir Di." Ucap Teguh.
"Betul Di, ada pertemuan pastinya ada perpisahan." Hendi menambahkan.
Mereka terdiam dalam keharuan setelah mendengar kata-kata Teguh dan hendi.
"Pokoknya biar bagaimanapun juga kita jangan sampai hilang kontak. Tolong kalian simpan nomer telepon rumahku agar kita bisa tetep komunikasi." Apip berkata setelah terdiam beberapa lama.
"Betul Pip, aku harap kita bisa bertemu kembali dengan keadaan yang jauh lebih baik dari sekarang." Tambah Adi.
"Amin." Jawab yang lain serempak.
"Guh, Hen. Kalian kan sudah tahu rencanaku dan Apip, sekarang gimana rencana kalian?" Tanya Adi.
"Aku sudah dapet panggilan pertama Di, mudah-mudahan keterima." Jawab Teguh.
"Panggilan dari mana?" Tanya Apip.
"Dari perusahaan di Bandung. Katanya mereka subkon tambang. Lumayan buat batu loncatan sampai dapet perusahan yang lebih baik." Jawab Teguh.
"Syukur deh, mudah-mudah sukses Guh." Ujar Apip.
"Kamu giman hen?" Tanya Adi pada Hendi.
"Aku balik dulu ke Sumedang Di, mungkin nanti aku ke Bogor, numpang dirumah saudara sambil cari-cari gawe." Jawab Hendi.
"Oke Hen, tapi jangan lupa tetep kontak-kontakan dengan Apip yah." Pinta Adi diikuti anggukan Hendi.
Mereka berempat terdiam cukup lama sambil menatap menerawang kedepan. Suara panggilan orang tua mereka membuyarkan lamunan mereka.
"Sudah waktunya nih....." Ucap Adi tanpa bisa meneruskan kata-katanya.
"Oke Tos dulu kita." Ujar Apip mencairkan suasana.
Mereka kemudian berdiri melingkar dengan tangan kanan saling bertumpu ditengah-tengah mereka.
"Sukses buat kita berempat!" Ucap Apip sedikit berteriak.
"AMIIN."
Setelah perpisahan itu mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Adi semakin intensif mengikuti bimbel ujian masuk poltek dan menikmati waktunya sampai ujian masuk politeknik tiba. Apip dengan persiapan kuliahnya. Teguh dengan lamaran kerjanya dan Hendi yang kembali ke Sumedang.