HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Senin, 2024/03/27 12:43 WIB
Kata Windy Idol soal Kode "Short Time" yang Diungkap Jaksa KPK
-
Senin, 2024/03/27 17:26 WIB
Ganjar Tolak Jadi Menteri Prabowo, Gibran: Yang Nawari Siapa?
-
Rabu, 2024/03/28 11:49 WIB
Jengkel! Jadi Alasan Sopir Truk Ugal-ugalan di Halim
-
Rabu, 2024/03/28 13:39 WIB
Anwar Usman Diminta Mundur dari MK Usai 2 Kali Langgar Etik
-
Sabtu, 2024/03/25 12:45 WIB
AHY Merasa Beruntung Tinggalkan Koalisi Anies, Tak Jadi Hancur Lebur
-
Rabu, 2024/03/28 14:45 WIB
Puan Maharani: Partai Pemenang Pileg Berhak Jadi Ketua DPR RI
|
Thread Tools |
22nd June 2019, 10:44 |
#11
|
Moderators
|
Jakarta, CNN Indonesia -- Dominasi budaya patriarki yang meletakkan kaum perempuan sebagai subordinasi laki-laki adalah faktor utama berbagai kasus pemerkosaan, bukan ketimpangan ekonomi maupun demografi yang sebenarnya tidak berperan banyak dalam maraknya kejahatan ini.
Representasi sistem patriarki ini disosialisasikan secara turun temurun dari generasi ke generasi dan mempengaruhi pembagian peran di masyarakat, yaitu peran laki-laki di ranah publik, sementara perempuan berperan di ranah domestik. Status laki-laki dianggap lebih tinggi karena berperan di ruang publik mendapat penghargaan secara materi. Sementara status perempuan dianggap lebih rendah karena peran di ruang domestik tidak mendapatkan penghargaan sama sekali. Selain itu, laki-laki selalu dianggap sebagai kaum yang kuat dan perempuan sebagai kaum yang lemah yang harus selalu berlaku feminin dan lemah lembut. Pola pikir ini menjadikan perempuan seakan tidak punya kekuatan untuk melawan ketika harus berhadapan dengan laki-laki. Ketika di dalam pemikiran sosial perempuan dianggap lebih rendah kedudukannya, maka timbul rasa kekuasaan laki-laki terhadap perempuan. Dengan alasan yang sama juga maka pemerkosaan tidak hanya terjadi pada perempuan dewasa tapi juga pada anak laki-laki, karena orang dewasa merasa berkuasa terhadap kaum yang tidak memiliki aksesibilitas atau kemampuan untuk membela diri. Pola pikir ini telah disadari oleh negara dan dikonstruksikan dengan pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak, atau P2TP2A, untuk mencegah terjadinya kasus-kasus pemerkosaan terhadap perempuan dan anak. Aksesibilitas dalam konteks ini adalah soal peluang. Dalam budaya Timur, laki-laki diperbolehkan untuk keluar malam, sementara perempuan tidak, sehingga seolah-olah dunia gelap hanya diperuntukan bagi laki-laki. Peran perempuan di ranah publik sebenarnya sama besar dengan laki-laki. Namun pergeseran peran perempuan ini belum menempatkan laki-laki dan perempuan di posisi yang sama, karena masih terdapat berbagai batasan untuk perempuan dalam pekerjaan tertentu. Di Jepang, misalnya, perempuan dilarang melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki, sehingga perempuan harus selalu tunduk kepada laki-laki dan orang tua suami mereka. Pola pikir ini menjadi akar terjadinya berbagai kasus pemerkosaan di India. Perempuan India dianggap sebagai harga diri suatu suku atau keluarga yang harus dilindungi, sehingga tak jarang perempuan India diperkosa sebagai upaya suatu suku melecehkan suku lainnya. Budaya patriarki sebenarnya bermaksud untuk melindungi kaum perempuan, namun jika dilihat dari perspektif Barat, budaya patriarki sering diartikan sebagai sebuah pelecehan. Setiap budaya memang mempuanyai cara masing-masing dalam melindungi perempuan. Seringkali perempuan disalahkan dalam kasus pemerkosaan. Kenapa mau? Kenapa harus mengenakan pakaian yang mengundang? Sebenarnya yang salah di sini adalah apa yang ada di dalam benak laki-laki. Mestinya laki-laki memandang perempuan sebagai mitra, bukan sebagai pihak yang bisa dimangsa. Jika melihat kasus pemerkosaan wisatawan asing di India yang terjadi beberapa tahun lalu, ada dua faktor yang manjadi pemicu, yaitu faktor pendatang dan faktor budaya patriarki yang tertanam kuat di benak masyarakat India. Selain dianggap lemah, wisatawan perempuan asing selalu menarik karena tidak menguasai medan dan dianggap lemah. Menurut saya, media, sebagai agen sosialisasi, juga memiliki peran penting dalam memicu terjadinya pemerkosaan. Sorotan atas berbagai kasus pemerkosaan, seperti yang terhadi di dalam bus di India pada 2012, seringkali membeberkan informasi yang bisa menginspirasi terjadinya kasus serupa. Pemberitaan tentang pemerkosaan di media seharusnya tidak perlu mencamtumkan informasi tentang tempat kejadian dan tidak perlu didramatisasi. Kasus pemerkosaan juga cenderung terjadi pada orang yang dekat, karena ada kepercayaan dari korban kepada pelaku. Hubungan yang dekat juga berarti pelaku telah berkali-kali melihat dan mangamati korban, sehingga ada imajinasi seksual yang berkembang di benak para pelaku tentang bentuk tubuh si korban. Kemungkinan kejahatan seksual terjadi karena kedekatan pelaku dan korban lebih tinggi dibandingkan jika pelaku dan korban tak saling kenal. Hal ini terkait dengan bagaimana nafsu seksual direkonstruksi. Jika belum dikenal, pelaku tidak tahu apakah orang ini bisa melawan atau melarikan diri. Jika dikenal, pelaku mengetahui kelemahan orang yang dituju. Erna Karim adalah sosiolog dan Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia. Selain mengajar, dia juga menjabat sebagai ketua Lembaga Pengembangan Sumberdaya Keluarga dan konsultan untuk masalah rumah tangga di LPSK Indonesia. link sumber |
23rd June 2019, 12:50 |
#12
|
Addict Member
|
lha kalau beneran salah gakpapa kok di viralkan..karena fakta itu
http://www.freeimagehosting.us/image/KSNxg https://www.facebook.com/alamtanjung...2%3A%22R%22%7D |
24th June 2019, 18:22 |
#13
|
|
Moderators
|
Quote:
Contoh saya adalah negara India.. dimana mayoritasnya beragama Hindu dan masih menerapkan budaya patriarki.. India masuk dalam 5 negara dengan kasus pemerkosaan tertinggi.. dan jumlah tersebut bisa jauh lebih banyak lagi karena banyak korban yang reluctant untuk melaporkan. Mengutip sumber, posisi pertama ditempati oleh Amerika.. dan fakta menariknya adalah menurut artikel tersebut, umumnya kasus pemerkosaan yang terjadi di Amerika tidak terjadi di luar rumah, melainkan di dalam rumah. Dengan demikian pelakunya masih kerabat / inner circle. Gak cuma pakaian sih yang dipersalahkan.. Perempuan yang pulang malam dan sendirian di jalan, dianggap mengundang terlepas dari apapun cara berpakaiannya.. Pokoknya salah perempuan!!! |
|
24th June 2019, 18:29 |
#14
|
|
Moderators
|
Quote:
Betul... Saya setuju.. contoh #2 kegemaran menyalahkan orang berhubungan dengan unsur politisasi, fanatisme buta dan pola pikir yang sempit.. kegemaran melakukan cocoklogi juga. |
|
24th June 2019, 18:42 |
#15
|
||
Moderators
|
Quote:
Quote:
Padahal di LN, saya gak tau LN lain kebijakan BBM nya gimana, tapi di Aussie itu harga BBM nya itu fluktuatif.. bisa beda beberapa puluh sen dalam hitungan hari / minggu.. ya naik turun harganya mengikuti harga minyak dunia, hukum suply demand, dll dst dsb kali ya.. Intinya lumrah harga BBM berfluktuasi.. Gak perna ada yg demo nyalahin Perdana Mentrinya gegara BBM naik.. Kalo di Indonesia harga BBM sampe naik dan melonjak atau subsidi dicabut.. waduhhhh bisa langsung di demo dan dipersalahkan pemerintahan yg sedang berkuasa.. Subsidi BBM termasuk subsidi salah sasaran yaaa?? |
||
24th June 2019, 18:49 |
#16
|
|
Moderators
|
Quote:
untuk yang kasus bencana alam saya setuju.. gak seharusnya dipolitisasi dan dikaitkan dengan agama sehingga akhirnya menyalahkan pihak manusia atas faktor alam. Irrelevant. |
|
27th June 2019, 18:14 |
#17
|
Silver Member
|
|
When you are down, women can make you up (Qory Sandioriva)
|
27th June 2019, 18:36 |
#20
|
Moderators
|
|
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer