HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Minggu, 2024/04/18 16:29 WIB
Bahlil: Jangan Samakan Jokowi-Megawati dengan Pikiran Hasto PDIP
-
Minggu, 2024/04/18 14:48 WIB
Kisah Pasangan 13 Jam Terjebak Banjir Dubai, Tak Ada Makanan Cuma Minum Air
-
Minggu, 2024/04/18 16:32 WIB
Bikin Mual, Pria Ini Makan Nasi dengan Kuah Cappuccino
-
Sabtu, 2024/04/17 15:35 WIB
Media Asing Soroti Ledakan Turis: Tak Seperti Bali yang Dulu
-
Sabtu, 2024/04/17 15:40 WIB
Kota Wisata Sekelas Dubai Dilanda Banjir Bandang, Kok Bisa?
-
Jumat, 2024/04/16 14:03 WIB
Megawati Kirim Amicus Curiae ke MK: Habis Gelap Terbitlah Terang
|
Thread Tools |
15th October 2014, 16:37 |
#1
|
Mania Member
|
Diskriminasi Tionghoa Pada Pribumi Sudah Lewat Batas
Pada tahun 1930, populasi Tionghoa di Indonesia sekitar 1,2 juta atau 2%. Namun, etnis Tionghoa di negeri gemah ripah loh jinawi ini, sesuai data 2012, menjadi 12 juta orang atau 5% dari total populasi Indonesia. Peningkatan yang luar biasa besar, yakni 10 kali lipat dalam kurun waktu 80 tahun. Kontrol negara yang lemah terhadap migrasi etnis Tionghoa ke nusantara dan kekuatan uang serta pembentukan opini melalui penguasaan media massa membuat pribumi makin terpuruk.
Fakta yang tidak terbantahkan adalah kendati minoritas, etnis Tionghoa ternyata mampu mengendalikan 90% ekonomi RI. Ironis dan tragis nasib pribumi di negeri sendiri. Lebih ironis lagi, setiap upaya penyadaran tentang kebenaran tersebut, publik, tak terkecuali para pribumi sendiri, senantiasa berteriak lantang soal diskriminasi dan rasis. Padahal, itu fakta yang menjelaskan siapa yang berlaku diskriminasi atau didiskriminasi, siapa yang rasis dan siapa yang dirasisi. Mengutip pernyataan Bustanil Arifin, pada Pasific Business Forum 1997, etnis Tionghoa mengendalikan 90% perusahaan kecil & menengah di Indonesia. Pada 1997 populasi etnis Tionghoa yang hanya 5% dari total populasi penduduk Indonesia mampu mengendalikan lebih 75% ekonomi nusantara. Penguasaan & pengendalian ekonomi etnis Tionghoa pada 2014 diprediksi melebihi 90% ekonomi Indonesia. Hegemoni dan dominasi ekonomi Indonesia mudah diperoleh etnis Tionghoa berkat penerapan sistem ekonomi pasar bebas & liberal. Sistem ekonomi persaingan bebas tersebut nyaris mengarah ke persaingan bebas sempurna (free fight competition) yang diterapkan Pemerintah Indonesia. KKN di kalangan pejabat pemerintah dan aparat hukum kian menghancurkan kehidupan ekonomi pribumi. Bukti nyata penguasaan/pengendalian etnis Tionghoaatas ekonomi nampak dari mayoritas kaum minoritas itu yang menjadi orang terkaya Indonesia. Dalam catatan Forbes pada 2013, daftar orang terkaya Indonesia sejak 1998 – 2013, 90% dari 10, 100 atau 1.000 orang terkaya Indonesia adalah etnis Tionghoa. Indonesia menjadi surga bagi etnis Tionghoa dan kini melalui bantuan RRC, AS dan China Connection, mereka yang minoritas tersebut ingin menguasai Republik Indonesia secara total. Hegemoni ekonomi sudah di tangan, kini kekuasaan politik yang menjadi incaran dan tak boleh terlewatkan pada pilpres kali ini. Tahun 2012, warga DKI Jakarta dengan segala tipu daya berhasil mendudukan Ahok mantan Bupati Belitung Timur menjadi Wagub DKI mendapingi Joko Widodo. Padahal, status Ahok adalah tersangka kasus korupsi di Polda Bangka Belitung. Dan pada 2014, warga Jakarta dan Indonesia tanpa sadar juga mendukung Ahok alias Basuki Indra kriminal di Beltim jadi Gubernur DKI Jakarta. Kini, ibukota pun sudah dikuasai Tionghoa secara ekonomi dan politis. Tragisnya, 10% pribumi yang tercatat daftar orang Indonesia terkaya tersebut umumnya pengusaha pribumi yang menjadi boneka. Mereka hanya menjalankan bisnis dari modal para etnis Tionghoa. Ambil contoh Chairul Tandjung. Pribumi terkaya Indonesia itu tak lebih sekadar ‘pemain’ bisnis Salim Grup) atau Sandiaga Uno (Williem Suryadjaja/mantan pemilik Astra Grup). Mereka hanyalah proxy atau orang upahan yang diberi nol koma sekian persen saham dengan syarat namanya dicantumkan sebagai pemilik kerajaan bisnis. Sejatinya, kaum pribumi asli yang masuk dalam daftar orang terkaya Indonesia itu tidak lebih dari 2%. Dengan fakta-fakta tersebut, siapa sesungguhnya yang rasis dan diskriminatif di negeri ini? Pribumi atau Tionghoa? Kaum mayoritas pribumi selalu jadi korban, tapi tidak mampu melawan karena kalah uang/kuasa. Kondisi pribumi dan Tionghoa di Indonesia sejatinya representasi penguasaan minoritas di atas kekuasaan mayoritas. |
15th October 2014, 16:55 |
#2
|
Banned
|
kasian deh orang-2x pribumi yang "kalah" ama keturunan Tionghoa, pasti mereka itu adalah golongan the loser alias kaum pecundang, karena dasarnya emang bermental pecundang!
kalo emang merasa lebih hebat dari para keturunan Tionghoa, buktikan donk kalo anda memang punya kelebihan untuk bersaing dengan mereka, jangan bisanya cuma menghujat mulu. belajar yang bener sampe ke negeri China kalo perlu, terus kalo emang udah punya kemampuan yang mumpuni silakan aja bersaing (yang sehat) dengan para keturunan Tionghoa. jangan bersikap seperti pepatah lama "buruk muka, cermin di belah", karena kalah bersaing dengan para keturunan Tionghoa, terus mereka yang di hujat tapi gak mau koreksi diri sendiri untuk mencari kelemahan atau kekurangan sendiri dulu. di kantor gua ada beberapa karyawan Tionghoa, bahkan ada yg asli berasal dari PRC (expatriate), tapi so far hubungan kerja dengan karyawan pribumi fine-fine aja tuh. malah mereka sering sharing knowledge dengan kami, jadinya ya kami dapet ilmu baru terus dari mereka. intinya, kalo kita tidak menghargai orang lain, bagaimana orang lain bisa menghargai kita? |
15th October 2014, 17:00 |
#3
|
Groupie Member
|
yah bukan disini aja, di Malaysia pun bgtu org melayu kalah bersaing dengan etnis Tionghoa, menurut ane gak bisa disalahkan etnis Tionghoa nya karena toh mereka emang udah jago bisnis sejak zaman dulu, sementara orang kita cuma sibuk hura2 rusuh yg gak jelas..... toh walau saat kerusuhan 98 banyak toko Tionghoa dibakar mereka jg bisa bangkit lagi kok......
daripada sirik dan dengki terhadap keberhasilan etnis Tionghoa lbh baik kita belajar dr mereka........ |
15th October 2014, 17:20 |
#4
|
Banned
|
Nggak usah ikut2an peraturan Bumiputera dari Malaysia.
Dari dulu , katanya , prebumi disini sudah banyak aturan yang menguntungkan , cuma nggak bisa memanfaatkan , jadi cuma terima rente saja. Sekarang sudah banyak prebumi2 yang pintar , bersainglah secara sehat. |
15th October 2014, 17:42 |
#5
|
Addict Member
|
KARENA PENJAJAHANLAH YG MEMBUAT SEMUA ITU BISA TERJADI
Pribumi Indonesia yg dijajah tentu sangat menderita, pendidikan kurang, wawasan kurang, bodoh dan tidak terdidik. Hal ini berbeda kondisinya dengan para imigran etnis Tionghoa yg merupakan pelarian dari negerinya karena hidup susah dan sulit bersaing di negeri asalnya, di Indonesia mereka menduduki strata sosial lebih tinggi dan mendapat prioritas dari penjajah Belanda. Begitu pula para pribumi yg kooperatif atau memilih mengikuti penjajah, atau bahkan ikut memihak penjajah, tentu mereka akan lebih terdidik, lebih makmur dan sejahtera. Saat Indonesia merdeka, tentu saja mereka (para etnis Tionghoa dan pribumi yg mengikuti penjajah) akan punya kesempatan lebih baik dalam mengelola negara Indonesia. Mereka lebih terdidik, lebih maju, lebih sejahtera, hidup berdampingan dengan pribumi yg mayoritas masih miskin, menderita, tidak terdidik, tidak berwawasan. Ditambah lagi pemerintahan yg korup penuh KKN, jadilah mereka melenggang melaju kencang bebas hambatan menguasai banyak sendi kehidupan ekonomi di Indonesia. ------------------------------------------------------------------------ Untuk informasi saja, setelah Indonesia merdeka, mayoritas kepemimpinan dalam pemerintahan dan militer dipegang oleh para mantan KNIL. Padahal KNIL ini saat jaman penjajahan adalah tentara yg membantu Belanda menumpas perlawanan pejuang-pejuang pribumi mulai dari penumpasan Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Cut Nyak Dien, Teuku Umar, dll. Para mantan KNIL itu tentu adalah pribumi yg terdidik, berwawasan, pandai, makmur dan sejahtera. Dan merekalah para mantan KNIL + pribumi yg ikut penjajah Belanda yg akhirnya memimpin dan menguasai negeri ini. |
Last edited by mas.petruk; 15th October 2014 at 17:46.. |
15th October 2014, 17:46 |
#6
|
|
Groupie Member
|
Quote:
antum kalo mao provokasi (m e n j i j i k k a n) di zimbabwe sahaja, nanti ana panggilken tante rumod yang sangar biar antum dipecut dan diban, mau antum ? malu maluin sahaja |
|
15th October 2014, 17:56 |
#7
|
|
Banned
|
Quote:
kaum menengah skrg mayoritas kelahiran 70-80an, dimana kesempatan mengenyam pendidikan terbuka untuk siapa saja...baik yg pribumi atau tionghoa. jd siapapun bisa sukses asalkan mau USAHA. udah tahun 2014 masih mewek2 nyalahin belanda |
|
15th October 2014, 17:57 |
#8
|
Banned
Join Date: Dec 2008
Location: ALS no. 388
Route:
Medan-Sby-Malang
Chassis: M-Benz
OH1526 Body:
Tentrem Scorpion
X
Posts: 27,312
|
sebenarnya salah pemerintahan Orde Baru sendiri, kenapa orang Tionghoa dipaksa jadi pebisnis, hasilnya ya seperti sekarang...
coba kalo dari dulu diperbolehkan jadi anggota TNI, polisi, PNS, atau karyawan di berbagai sektor... justru beda banget dgn kebijakan Bumiputera di Malaysia dimana penduduk asli diangkat jadi bos berbagai perusahaan... |
15th October 2014, 18:29 |
#9
|
Banned
|
gw justru banyak belajar dari teman2 yang tionghoa, mereka rata-rata lebih rajin dari gw (oops.. ngaku). kalau mendengar cerita mereka, hidup di cina itu susah, masih jauh lebih enak kita yang pribumi di indonesia. dengan jumlah penduduk 1 milyar orang, persaingan begitu gila disana. makanya disini, mereka sudah diajarkan orang tuanya untuk rajin. beda dengan kita yang segalanya ingin cepat, instan dan dengan usaha mudah.
|
15th October 2014, 18:46 |
#10
|
Addict Member
|
Sebenernya bisa di ukur kok.
Rata2 etnis tionghua itu memang pekerja keras, ulet. Dan diskriminasi terhadap pribumi biasanya hanya beberapa golongan / oknum aja, tapi biasanya langsung dicap semuanya seperti itu =.= Yang paling penting itu ya kompetensi seseorang untuk bisa bersaing satu sama lain. tapi ada kalanya dalam proses rekrutmen beberapa grup yang di sebut TS itu lebih memprioritaskan etnis sendiri karena menurut mereka pola pikir, etos kerja mirip dan komunikasi akan lebih mudah. |
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer