HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Jumat, 2024/04/16 14:03 WIB
Megawati Kirim Amicus Curiae ke MK: Habis Gelap Terbitlah Terang
-
Kamis, 2024/04/04 13:05 WIB
Viral Sarung Motif Spanduk Pecel Lele, Netizen Minta Jangan Dipakai Salat
-
Kamis, 2024/04/04 14:54 WIB
Dito Mahendra Divonis 7 Bulan Penjara di Kasus Kepemilikan Senjata Api
-
Minggu, 2024/04/12 13:16 WIB
Kubu Prabowo Ngebet Ingin Pulihkan Hubungan dengan Megawati dan PDIP
-
Selasa, 2024/04/14 17:18 WIB
Projo Respons Hasto soal Jokowi Cukup Temui Kader Anak Ranting PDIP
-
Senin, 2024/04/02 12:31 WIB
Wanita Bersamurai Tusuk Penjaga Toko di Tangerang hingga Tewas, Ini Pemicunya
|
Thread Tools |
17th September 2017, 10:48 |
#1
|
Addict Member
|
Korupsi Helikopter AW-101, Siapa Korban dan Siapa Menikmati?
Pengadaan Helikopter Angkut AgustaWestland (AW)-101 di TNI Angkutan Udara Tahun 2016-2017 ramai dibicarakan dan menghiasi setiap laman media massa. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tersangka dari Direktur PT Diratama Jaya Mandiri (DJM) Irfan Kurnia Saleh dan dari perwira tinggi TNI AU.
Irfan menjadi broker pembelian AW-101 yang semula untuk helikopter kepresidenan dan berganti-ganti peruntukannya menjadi untuk kebutuhan SAR and Rescue, hingga akhirnya aroma korupsi tercium. Proses pengadaan AW-101 ditengarai KPK sarat dugaan korupsi, karena pengadaan tendernya berlangsung tidak fair. Keterlibatan orang dalam TNI membuat lelang hanya diikuti PT DJM dan PT Karya Cipta Gemilang (KCP) saja, yang kedua perusahaan itu dikontrol oleh Irfan. Menurut Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan, (16/6/2017) dari hasil penyelidikan dan penyidikan oleh tim, diterima informasi lelang ini sudah diatur oleh Irfan Kurnia Saleh sendiri. Jadi, Irfan sudah mengendalikan PT DJM dan PT KCG dan sudah mengetahui pemenangnya adalah PT DJM. Tak sampai disitu saja, KPK menduga Irfan melakukan mark-up harga mencapai Rp 738 milyar, padahal harga semestinya yang tertuang dalam perjanjian kontrak PT DJM dengan AugustaWestland selaku produsen hanya Rp 514 miliar. Akibatnya, negara mengalami kerugian keuangan sekitar Rp 224 miliar. Keterlibatan personel militer aktif membuat KPK tidak bisa bertindak dan akhirnya menyerahkannya kepada Pusat Polisi Militer (Puspom) TNI. Komandan Pusat Polisi Militer TNI Mayor Jenderal TNI Dodik Wijanarko, kepada wartawan mengatakan, pihaknya sudah merilis satu tersangka baru dari TNI AU, yakni Kolonel Kal FTS SE, yang perannya sebagai Kepala Unit Layanan Pengadaan. Sebelumnya, Puspom TNI sudah menetapkan tiga tersangka dari TNI AU yang terdiri atas dua perwira, yaitu Marsma FA dan Letkol WW, serta seorang bintara tinggi, yaitu Pelda SS. Cikal Bakal AW -101 Kasus helikopter AW-101 ini mencuat sejak 2015 lalu. Kala itu Presiden Joko Widodo menolak usulan TNI AU untuk membeli Helikopter VVIP AW-101 yang rencananya dipakai sebagai helikopter kepresidenan. Presiden Jokowi lebih memilih memakai helikopter L-2 Super Puma produksi PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Setelah lama mengendap, pada Desember 2016, sebuah foto helikopter AW-101 tiba-tiba muncul di situs militer www.rotorblur.co.uk. Dalam foto itu terlihat AW-101 sedang uji coba terbang di sebuah bandara di Yeofil, Inggris. Dalam keterangan foto, disebutkan helikopter akan dikirim ke Indonesia karena dipesan oleh TNI AU. Foto itu memperlihatkan helikopter yang sudah dicat dengan warna khas hijau loreng TNI, tak lupa logo sederhana segi lima milik TNI AU dan bendera Indonesia dipasang di ekor helikopter. Harian umum Kompas menjadikan isu ini tajuk utama pada 27 Desember 2016. Kepala Staf TNI AU saat itu, Marsekal Agus Supriatna, tidak menampik kalau pihaknya tetap ingin membeli AW-101. Dia berkelit bahwa pembelian tetap dilakukan, hanya spesifikasinya saja yang diturunkan. Karena, menurut dia, yang ditolak itu untuk VVIP, sedangkan yang dipesan TNI AU adalah SAR tempur sesuai dengan kajian TNI AU. Dalam informasi di situs rotorblur, sang fotografer Rich Pittman menyebut helikopter yang didatangkan adalah helikopter bekas India yang tidak jadi dibeli, karena tersandung kasus korupsi. Namun, Kasau Marsekal TNI Agus Supriatna, lagi-lagi menampik tudingan itu. Menurutnya, helikopter itu bukanlah bekas India, namun dikerjakan pembangunanannya sejak awal dengan sistem tiga shift dengan pengawasan dari TNI AU. Pada awal Februari 2017, helikopter ini pun tiba di Lanud Halim Perdanakusumah dan menjadi ramai, karena diketahui kontrak dengan AugustaWestland sudah dibatalkan sejak jauh-jauh hari. Lalu kenapa helikopter ini tetap datang ke Indonesia? Marsekal TNI Agus Supriatna yang kini sudah tidak pensiun sebagai Kasau, digantikan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto. Kemudian, melihat hal ini, Hadi melaporkan kasus ini ke Presiden Jokowi dan kemudian tim investigasi pun dibentuk. Lalu apakah benar Helikiopter AW-101 itu untuk SAR? Ketika mantan KASAU Agus Supriatna menyebut bahwa helikopter AW-101 yang dibelinya untuk SAR, fakta di lapangan sendiri berbeda. Begitupun ketika dia menyebut helikopter ini bukan bekas helikopter India. Helikopter yang tiba di Halim pada sisi bagian kanan dan kiri tidak terdapat ramp door alias pintu geser. Ramp door adalah pintu untuk keluar-masuk personel dan barang/logistik ke dalam kabin. Posisi ramp door selalu di buritan fuselage. Adapun spesifikasi teknis yang dikehendaki pengguna (TNI AU) pada pengadaan helikopter angkut berat ini adalah helikopter angkut pasukan dan SAR tempur. Namun, posisi jendela dan pintu pada AW-101 mirip helikopter berkelas VVIP, bukan helikopter tempur/SAR. Memang AW-101 pun kadang dipesan atau digunakan untuk SAR, seperti yang dilakukan oleh Norwegia. Namun kita bisa melihat tampilan Helikopter SAR milik Norwegia amatlah berbeda dengan AW-101 yang didatangkan ke Indonesia. Soal ramp door ini sempat diungkit Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, dalam konferensi pers, 26 Mei 2017 lalu. Panglima TNI mengatakan, bahwa Helikopter itu pintunya bukan ramp door, padahal harusnya ramp door dan PT Dirgantara Indonesia harusnya bisa membuat helikopter seperti ini dan sudah dipakai juga. Selain soal ramp door, pernyataan Mantan Kasau Agus Supriatna soal helikopter AW-101 ini bukan bekas India pun patut dikritisi. Nomor seri helikopter AW-101 Indonesia adalah ZR343. History tracking nomor seri ini ternyata menyebutkan helikopter tersebut pernah singgah dulu di India. ZR343 masuk dalam penyediaan 12 helikopter pemerintah India untuk Presiden dan para pejabat tinggi India pada tahun anggaran 2010. Pada awal 2013, Kejaksaan Italia menangkap Giuseppe Orsi, CEO Finmeccanica, perusahaan yang kini memiliki AugustaWesland, dengan tudingan penyuapan. Dari sana terungkap bahwa AW melakukan banyak proyek yang ditengarai melibatkan praktik penyuapan di pelbagai negara, termasuk India. Menteri Pertahanan India, A.K. Antony, langsung memerintahkan penyelidikan atas kontrak tersebut. Aparat Hukum India lalu membongkar skandal korupsi pembelian AW-101 tersebut. Skandal yang melibatkan banyak politikus India ini masyhur dengan sebutan Chopper Gate. Geram dengan AugustaWestland, pemerintah India membatalkan secara sepihak kontrak dan mengembalikan seluruh helikopter AW-101 yang telah mereka pesan. Alhasil, ke-12 helikopter yang telah dipesan ini pun mangkrak di gudang AugustaWestland di Yeovil, Inggris. Dari database Helis.com, didapati bahwa selama proses tak bertuan ini, helikopter AW-101 ZR343 yang sekarang menjadi milik Indonesia sempat dipakai Perdana Menteri Inggris David Cameroon saat menghadiri NATO Summit di Wales 2014 lalu. Jadi, siapa menikmati hasil korupsi dan siapa yang jadi korban? Sumber : tirto.id |
-
Ivan Gunawan Minta Maaf Usai Candai Pelecehan Seksual Saipul Jamil
-
Olivia Nathania, Anak Nia Daniaty Bebas dari Penjara Kasus CPNS Bodong
-
Raffi Ahmad soal Lily: Aku yang Adzanin
-
Gaya Unik Chef Renatta Rayakan Lebaran, Pakai Sarung & Baju Koko Kakeknya
-
Viral Ibu Melahirkan Bayi Kembar Beda 22 Hari, Ada Cerita Sedih di Baliknya
-
Wanita Bersamurai Tusuk Penjaga Toko di Tangerang hingga Tewas, Ini Pemicunya
-
Viral Sarung Motif Spanduk Pecel Lele, Netizen Minta Jangan Dipakai Salat
-
Pria RI Viral Rela Habiskan Rp 34 Juta Demi Istri Nonton Konser Taylor Swift
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer