HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Rabu, 2024/03/28 12:03 WIB
Harvey Moeis Suami Sandra Dewi Tersangka Korupsi Timah, Pakai Rompi Pink
-
Senin, 2024/03/27 13:00 WIB
Klarifikasi Pihak Teuku Ryan soal Minta Nafkah Anak pada Ria Ricis
-
Selasa, 2024/03/22 11:14 WIB
Stevie Agnecya Meninggal Dunia, Selebritas Berduka dan Tak Percaya
-
Senin, 2024/03/27 11:39 WIB
Raffi Ahmad Rela Nggak Dibayar untuk Jadi MC Pernikahan Rizky Febian dan Mahalini
-
Rabu, 2024/03/28 12:33 WIB
Penampilan Ammar Zoni Berjenggot Saat Tiba di Kejari Jakarta Barat
-
Rabu, 2024/03/28 12:52 WIB
Lolly Pulang ke Indonesia, Nikita Mirzani: Dia Dideportasi dari Inggris
|
Thread Tools |
11th December 2017, 12:31 |
#1
|
Addict Member
|
Kumpulan Cerita Pendek Kayara
Dear Mimin dan Momod...
ijin bikin thread ya di SF Cerita Kita. Ceritanya lagi belajar membuat cerpen alias cerita pendek. Ada beberapa yg sudah selesai. Ada yang masih berupa draft singkat, bahkan cuma ide saja. Berharap dengan ditulis di sini, bisa tersemangati untuk memperbaiki kualitas tulisan, sekaligus menyelesaikan tulisan yg belum selesai hingga jadi tuntas. Itu sih harapan saya. Eh satu lagi, moga thread perdana ini rame |
Be patient. For what was written for you, was written by the Greatest of Writers |
11th December 2017, 13:19 |
#2
|
Moderators
|
Welcome to SFCK yaa, mbak Barkah..
Semoga betah menulis di SF ini.. Segera stlh mbak mengupdate thread ini dgn tulisan perdana mbak (boleh satu chapter dulu) maka threadnya aku sticky selama 1 minggu dan stlhnya aku unsticky.. stp ada update (selama aku masih aktif online dan mantau) aku usahakan re-stick selama kurleb 3 hr shrg update nya bs dibaca oleh SR-er dan kemudian aku unstick lagi. Happy writing, mbak.. |
11th December 2017, 13:51 |
#3
|
Addict Member
|
List Cerpen Yang ingin di post di sini (nyicil) :
1. Perempuan Kedua (cerpen) 2. Menjual Kenangan (cerpen) 3. Luka Yang membuatmu Tumbuh (kontemplasi) 4. Kematian Yang Kita Inginkan (kontemplasi) 5. Prasangka (true story) 6. Balada Si Muka Boros (true story) 7. Kematian Jimboo (cerpen) blm selesai 8. Crying and Dancing in the rain - selesai 9. Pagi Yang Sempurna - selesai ....... |
Be patient. For what was written for you, was written by the Greatest of Writers Last edited by kayarabarkah; 19th January 2018 at 13:39.. |
11th December 2017, 14:10 |
#4
|
Addict Member
|
Perempuan Kedua
Spoiler
|
Be patient. For what was written for you, was written by the Greatest of Writers Last edited by kayarabarkah; 11th December 2017 at 14:14.. Reason: tampilan tanda baca (kutipan) tdk karuan saat di publish |
13th December 2017, 07:15 |
#6
|
Addict Member
|
bagian ketiga
Mula-mula, kau memenuhi janjimu.
Seminggu pertama setelah pernikahanmu dengan perempuan itu, kau datang sendirian selepas pulang kantor. Dua cangkir kopi, untukmu dan untukku, serta menu makan malam untuk kita berdua . Aku menyiapkan sajian istimewa yang sangat kau suka. Pepes ikan banjar . Bumbunya aku ulek dengan tanganku sendiri di dalam cobeg. Itu karena kau bisa membedakan rasa saat bumbu itu diuleg dengan cobeg atau di blender. Ikan banjar yang berlumur bumbu dengan tambahan irisan halus daun kunyit , kemudian dibungkus daun pisang dan dipanggang di atas bara arang dari kayu rambutan. Dengan demikian, selain rasa yang meresap sempurna ke dalam daging ikan, aroma daun pisang yang dipanggang di atas bara arang, akan menimbulkan sensasi rasa dan penciuman yang menjadi satu. "Lezat..." selalu katamu penuh bangga akan olahan tanganku. Kau makan dengan lahap, sampai tambah dua piring. Lantas, setelahnya kau tertidur di atas sofa di ruang keluarga saat menemaniku menonton tv. Kau terbangun terburu-buru setelah telepon pintarmu melantunkan lagu yang aku tak tahu judulnya. Berkali-kali. Aku sudah mendengarnya sejak pertama kali telepon pintarmu itu berbunyi. Namun, begitu kulihat nama yang terpampang di layar itu adalah perempuan yang merenggutmu dariku, sengaja aku diamkan dan tak kubangunkan dirimu. Di dering yang entah keberapa kalinya, baru kau terbangun. Kau menjawab panggilan itu di teras depan, seolah menghindariku mencuri dengar pembicaraanmu dengan perempuan tu. Lantas setelahnya kau pamitan padaku. Menciumku sekilas dan masuk ke dalam mobilmu dengan buru-buru. Beberapa menit kemudian, kau dan mobilmu sudah menghilang di kegelapan malam, meninggalkan pintu gerbang yang terbuka. Sesuatu yang tak pernah kau lakukan sebelumnya. "Namun kini, gara-gara perempuan itu, kau berubah," gerutuku sembari mengunci pintu gerbang itu. |
Be patient. For what was written for you, was written by the Greatest of Writers |
13th December 2017, 07:24 |
#7
|
Moderators
|
Aku suka mbak dengan ceritanya, dengan cara penulisannya.. Tapi menurut aku setiap bagian yang diposting terlalu singkat.. Jadi kadang aku merasa nanggung pas baca.. dan betul mbak, kalau mbak sbelomnya udah save file ini di bentuk file tertentu (aku gak tau apakah microsoft word atau apa) maka saat diposting, tanda baca kutipnya jadi gak karu-karuan dan harus dirapikan kembali..
|
In life, sometimes you win - sometimes you learn |
13th December 2017, 07:34 |
#8
|
|
Addict Member
|
Quote:
Makasih buat komentarnya. Jadi semangat, hehehehe. |
|
Be patient. For what was written for you, was written by the Greatest of Writers |
13th December 2017, 07:43 |
#9
|
Addict Member
|
Perempuan Kedua, Bagian terakhir
Esok sorenya, kau masih memenuhi janji. Datang selepas kantor. Namun agak berbeda dari sebelumnya. Kau hanya makan setengah dari porsi yang biasa. Kopi pun tersisa setengah cangkir. Kau bilang, ingin menyisakan ruang di lambungmu untuk menyantap masakan yang dengan susah payah dibuatkan perempuan itu untukmu.
Aku kesal mendengar celotehanmu. Sepertinya kau menangkap kekesalan yang terpancar jelas di raut wajahku, karena kau kemudian menghentikan ceritamu tentang perempuan itu, lalu beralih tentang macetnya jalanan yang semakin menjadi-jadi. Lucu, bukannya kemacetan itu sudah bertahun-tahun kau jalani, dan kau sudah terbiasa menghadapinya? Mengapa baru kau keluhkan sekarang? Sepertinya, kau kehilangan topik pembicaraan menarik lainnya, selain tentang perempuan itu. Sadar bahwa aku kehilangan minat mendengar celotehanmu tentang jalanan dan perempuan itu, kau terdiam. Lalu, kau minta ijin pulang ke perempuan itu. Ada sesuatu yang meremas ulu hatiku. Rumah ini, sepertinya bukan lagi jadi bagian dari dirimu. Karena pulang, sudah tidak kau tujukan ke rumah ini, tempat kita berdua selama ini bersama, melainkan kepada perempuan itu. Esoknya, kau masih datang. Kali ini raut wajahmu lelah dan tampak muram. Saat kutanya, kau bilang banyak kerjaan kantor yang harus kau selesaikan, dan mungkin besok kau akan lembur di kantor sampai malam. Kau baru bisa datang di hari Sabtu dan berjanji akan seharian menemaniku. Kau juga bilang akan membawa perempuan itu ke rumah ini agar kami saling mengenal dan memahami. Aku menolak keras rencanamu. "Itu tidak ada dalam perjanjian kita," kataku meradang. Kau memelukku, menyiumi jari-jari tanganku. Kau meminta maaf bila menikahi perempuan itu menyakiti hatiku. Tapi kau juga berkeras menyakinkanku bahwa kau tidak salah pilih. Bahwa perempuan itu adalah perempuan baik yang akan menyayangiku sama halnya dirimu menyayangiku. Dia tidak ingin merenggutmu dari diriku. Dia hanya ingin diberi kesempatan untuk saling mengenal dan memahami satu sama lainnya dengan lebih baik. Begitu katamu mengajuk hatiku. Bagaimanapun, kita telah bersama selama 28 tahun. Berdua saja. Walau hatiku belum sepenuhnya menerima kehadiran perempuan itu dalam kehidupan kita, tetapi hatiku juga tak mampu menolak permintaanmu. Aku terlalu mencintaimu. Lalu, Sabtu itu kau datang. Bersamanya. Canggung dia menyalami dan mencium pipiku. Terasa pipi mudanya yang kencang dan halus bersentuhan dengan pipiku yang mulai mengendur. Aku seperti dihadapkan pada fakta yang baru kusadari. Aku semuda dirinya saat pertama kali kau hadir dalam hidupku. Betapa waktu begitu cepat berlalu, dan kini perempuan itu yang sudah siap mengganti posisi diriku sepenuhnya di sampingmu. Seharian itu kau dan perempuan itu menemaniku. Tak banyak pembicaraan antara aku dan perempuan itu. Aku memilih menghindar berbincang-bincang lama dengannya. Lebih banyak dirimu yang berusaha mencairkan suasana kaku di antara kita bertiga. Menjelang senja, kau dan perempuan itu berpamitan pulang, dan berjanji akan datang esoknya lagi. Begitulah selanjutnya. Janji yang semula kau ucapkan, seiring waktu mulai terabaikan. Tidak secara langsung memang, tetapi perlahan-lahan, sampai aku tak menyadari bahwa segalanya kini telah berbeda. Dulu kau berjanji akan datang sendirian ke rumah ini, menemuiku setiap hari. Lalu, alasan kesibukan kantor, lelah diterpa macet, kau mulai datang seminggu 3 kali, lama kelamaan, hanya Sabtu dan Minggu. Itu pun bersama perempuan itu. Mulanya, aku kesal, dan kecewa. Namun lama-kelamaan aku mulai terbiasa dengan kehadiran perempuan itu. Rumah tak lagi sepi. Apalagi kuakui, dia cukup pandai mengambil hati. Dengan membantuku memasak menu kesukaanmu, atau pun menata halaman depan dan belakang dengan tanaman bunga yang dibawanya setiap Sabtu. Entahlah darimana perempuan itu tahu bunga apa saja yang kusukai. Aku yakin, pasti darimu. Tapi, yang membuatku mulai menerima kehadiran perempuan itu adalah kemampuannya bermuka tebal. Bagaimanapun perlakuanku padanya, perempuan itu tetap menunjukkan senyumnya dan sikap santunnya. Padahal, kurang apa aku menyoba menjatuhkannya di hadapanmu. Mulai dari kritikku terhadap pepes ikan bakar buatannya yang keasinan (padahal kuakui, pepes buatannya mendekati buatanku secara sempurna), atau dandanannya yang sederhana, tidak mencerminkan dia istri seorang manager di perusahaan ternama. Sekilas terkadang kulihat pandangan matanya yang lelah dan bertabir airmata. Namun begitu menyadari kalau aku mengawasinya, dia kembali menebarkan senyumnya, dan ajaibnya, aku seperti berhalusinasi kalau sebelumnya kulihat wajahnya penuh duka. Beberapa kali Sabtu dan Minggu bersamamu dan perempuan itu, aku menyadari banyak hal kemiripan yang ada antara aku dan perempuan itu. Kami sama-sama suka memasak, dan menyukai tanaman. Aku memang belum pernah berkunjung ke rumah yang kau diami bersama perempuan itu. Tetapi melihat dia mahir menggunakan pacul mini dan peralatan berkebun yang kupunya, aku yakin, halaman di depan rumahmu, pastilah tertata indah dan teduh. Lalu, saat aku mulai terbiasa dengan kehdarianmu dan perempuan itu di setiap Sabtu dan Minggu, kau dan perempuan itu mulai ingkar janji. Sudah dua kali Sabtu dan Minggu kau dan perempuan itu tak menyambangiku. Ada perasaan sepi dan kehilangan ketika waktu berlalu tanpa kehadiranmu dan perempuan itu di depan pintu. Bahkan aku sudah terbiasa mengandalkan perempuan itu menata halaman mungil penuh bunga itu dengan tangannya, sehingga aku tak menyadari kebun mungil itu sudah mulai dipenuhi semak. Tak sepatah berita kau kabarkan padaku, kecuali diawal ketidak hadiranmu dan perempuan itu. Kau menelponku dan bicara terburu-buru, bahwa kalian tidak bisa datang karena Kaylaânama perempuan itu, sakit. Lidahku masih terlalu kaku bahkan sekedar untuk menanyakan perempuan itu sakit apa, walau hatiku ingin. Jadi, begitulah. Sampai kini pun aku tak tahu apa yang terjadi pada dirimu dan perempuan itu. Dan kini, di Sabtu sore ini, aku masih duduk di teras, bersikap seolah-olah menikmati angin sore yang bertiup melewati lebatnya dedaunan pohon mangga dan jambu air. Sesungguhnya aku menantikan kehadiranmu dan perempuan itu. Namun sampai langit semakin menjingga, dan aku menutup pintu gerbang, kau dan perempuan itu, tak jua hadir. Baru saja, aku ingin menutup pintu depan, telepon genggamku berdering. Buru-buru kupencet tombol menerima panggilan. Dan suaramu seperti panik mengabarkan bahwa kau di rumah sakit. Kayla pendarahan. Kayla hamil. Kandungannya masih bisa diselamatkan, namun Kayla harus bedrest selama masa kehamilan. Sejenak kata-katamu harus terhenti karena kudengar seseorang memanggil namamu. Kau menyudahi pembicaraan dengan buru-buru dan berjanji akan menelpon lagi. Aku masih terdiam dengan telepon genggam masih dalam pegangan. Kakiku lemas, seolah seluruh otot dan persendianku lepas semua. Kududukkan pantatku pada sofa di ruang tamu, dan ingatanku melayang ke 28 tahun silam, awal mula kau hadir dalam kehidupanku. Saat itu, menjelang persalinan, aku harus bedrest karena ternyata kehamilanku bermasalah. Placenta previa, yakni placenta yang menghalangi jalan lahir, bisa menyebabkan janin hadir lebih awal dari perkiraan. Untung Mas Teguh selalu menjagaku, dan ada mama mertua yang setia mendampingku di saat-saat masa sulit, karena kedua orangtuaku tinggalnya di sebrang pulau. Lalu, saat aku berjuang melahirkanmu, Mas Teguh, suamiku dan juga ayahmu, tengah dalam perjalanan menuju rumah sakit. Malangnya, bukannya kecupan sayang dan ucapan selamat yang kuterima dari Mas Teguh menyambut kehadiranmu, melainkan kabar duka, bahwa Mas Teguh merupakan salah satu korban dari kecelakaan beruntun di jalan tol yang basah dan licin. Hari memang sedang hujan lebat saat peristiwa itu terjadi. Sejak itulah, kau tumbuh dalam pengasuhanku, dan hanya kita berdua selama 28 tahun. Sesekali kakek nenekmu dari pihakku dan pihak ayahmu, datang berkunjung. Namun, praktis, kita berdua saja selama ini. Aku menutup pintu dari kehadiran laki-laki yang menawarkan diri sebagai pengganti Mas Teguh. Cintaku sepenuhnya kucurahkan padamu, satu-satunya yang tersisa dari diri Mas Teguh. Dan kini, perempuan itu, tepatnya Kayla, menantuku, menghadapi masalah yang jauh lebih sulit. Awal kehamilannya, sudah bermasalah, setidaknya itu yang kutangkap dari penjelasanmu yang terburu-buru. Kau membutuhkanku. Perempuan itu juga membutuhkanku. Tidak ada alasan lagi bagiku untuk bersikap posesif lagi terhadapmu. Kau bukan lagi milikku sepenuhnya. Ada perempuan itu, maksudku Kayla, menantuku, dan calon anak kalian. Juga calon cucuku. Kutekan nomor teleponmu, dan begitu kudengar suaramu di seberang sana, aku berkata, â Bawa Kayla ke rumah ini. Biar ibu bisa bantu menjaganya. Ibu akan persiapkan kamar untuk Kayla selama di sini.â Hanya ada hening, namun beberapa waktu kemudian kudengar suaramu. âTerima kasih, Ibu, â katamu serak. Waktunya berbenah. Sebentar lagi anak menantuku akan datang dan menetap di sini. Dan kukira.., aku sudah sangat siap menjadi seorang nenek! end. |
Be patient. For what was written for you, was written by the Greatest of Writers |
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer