HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Senin, 2024/04/24 11:29 WIB
KPU Tetapkan Prabowo Jadi Presiden dan Gibran Wakil Presiden Baru RI
-
Senin, 2024/04/24 11:43 WIB
Mooryati Soedibyo, Pendiri Mustika Ratu, Meninggal Dunia Dalam Usia 96 Tahun
-
Senin, 2024/04/24 11:47 WIB
Ganjar Mengaku Tak Diundang ke Penetapan Prabowo-Gibran
-
Sabtu, 2024/04/23 14:49 WIB
PAN Siapkan Eko Patrio-Zita Anjani Pilkada Jakarta, Desy Ratnasari di Jabar
-
Sabtu, 2024/04/23 14:37 WIB
Ini Tampang Azizatus yang Ngeprank Rumah Dirampok gegara Takut Ditagih Utang
-
Sabtu, 2024/04/23 13:58 WIB
Ahmad Syaikhu: Saatnya Anies Dukung Kader PKS Maju di DKI
|
Thread Tools |
23rd September 2017, 23:51 |
#1
|
Mania Member
|
Menelaah Fenomena NoBar Film Pengkhianatan G30S/PKI
Panglima TNI melempar sebuah “bom” menarik dengan memerintahkan jajaran TNI melakukan NoBar Film Pengkhianatan G30S/PKI dan sebagai akibatnya timbul berbagai macam pro dan kontra terhadap keputusannya tersebut.
Tulisan ini dibuat untuk menelaah fenomena tersebut mulai dari mengapa Panglima TNI melakukan hal itu dan mengapa timbul resistensi terhadap hal itu. Tulisan ini murni analisa a saya saja so feel free untuk disagree. Part 1: Mengapa Panglima TNI memerintahkan jajaran TNI melakukan NoBar terhadap Film Pengkhianatan G30S/PKI? Buat yang tidak setuju terhadap perintah tersebut, mereka langsung menuduh bahwa Panglima TNI sedang berusaha menaikkan pamornya untuk menghadapi masa pensiun dan pemilu 2019. Ini adalah analisa yang wajar, tetapi kalau dilihat lebih dalam alasan ini kurang kuat. Kalau memang ingin berpolitik di Pemilu 2019, kenapa harus mengambil issue kontroversial ini? Kenapa tidak berusaha saja mendekat ke partai penguasa saat ini, karena 2019 Presiden Jokowi harus mencari pasangan baru, mengingat WaPres Jusuf Kalla sudah cukup lanjut usianya pada saat itu (77 tahun). Mendekat ke penguasa adalah cara yang mudah untuk masuk ke dunia politik. Lalu kenapa dia justru mengambil posisi yang relatif cukup sensitif terhadap Presiden dan partainya? Bukankah itu menutup salah satu option untuk masuk ke dunia politik. Lalu apakah memang Panglima TNI merasa bahwa ancaman munculnya kembali ajaran komunisme seperti era 1960an di Indonesia nyata adanya sehingga dia perlu mengadakan acara Nobar? Rasanya juga tidak terlalu tepat, karena kalau memang ancamannya seperti itu akan terdeteksi oleh aparat intelejen (BIN dan BAIS) dan bisa ditangani tanpa perlu melakukan hal seperti ini. Saya menilai ucapan mengenai komunisme seperti rasa asin itu memang benar adanya, tetapi bukan berarti bahwa komunisme akan bangkit seperti era 1960an. Yang menjadi perhatian Panglima TNI adalah adanya usaha-usaha sekelompok orang untuk mencoba membuat versi tandingan tentang kejadian G30S/PKI dengan dalih meluruskan sejarah. Sejak orde baru tumbang banyak sekali pemikiran yang beredar bahwa Soeharto lah dalang dari G30S PKI, bahwa TNI AD dengan Dewan Jenderal-nya lah yang membuat sandiwara itu. Inilah yang saya rasa merisaukan TNI (terutama TNI AD), sehingga Panglima TNI memerintahkan agar dilakukan NoBar film tersebut. Apakah film tersebut akurat? Jelas tidak akurat, tetapi bukan berarti esensi film itu salah. Esensi film bahwa PKI dibalik gerakan yang dilakukan LetKol Untung sudah benar. Bahwa akibat G30S lalu timbul pelanggaran HAM selama puluhan tahun terhadap anggota, simpatisan PKI dan keturunannya tidak kemudian membuat PKI tidak terlibat dalam G30S. Dengan mengadakan acara NoBar tersebut Panglima TNI ingin melakukan counter argumen terhadap usaha “pelurusan” sejarah yang dibuat sebagian orang. Ini terefleksikan dari ucapan Panglima bahwa NoBar adalah usaha pelurusan sejarah. |
23rd September 2017, 23:52 |
#2
|
Mania Member
|
Part 2: Resistensi atas Perintah NoBar Panglima TNI
Banyak sekali resistensi terhadap Perintah NoBar Panglima TNI, tetapi yang menarik adalah resistensi dari partai Presiden Jokowi PDI-P. Politisi PDI-P secara terbuka mengecam apa yang dilakukan oleh Panglima TNI, bahkan beberapa meminta Presiden melarang dan menegur Panglima TNI. Sungguh sangat menarik mengapa PDI-P bereaksi keras terhadap pemutaran film tersebut. Menurut saya ini bukan karena PDI-P sudah dikuasai oleh orang ex PKI, tetapi karena ada âpemainâ ketiga disamping PKI dan TNI AD. âPemainâ ketiga tersebut adalah Presiden pertama RI Soekarno. Film tersebut dalam pandangan saya menggambarkan posisi Presiden Soekarno yang amat sangat ambigu terhadap G30S tersebut. Posisi ambigu tersebut dapat kemudian diartikan berbagai macam hal oleh penonton. (Posisi ambigu ini sejalan dengan apa yang dilakukan TNI AD saat melakukan pengadilan terhadap pelaku G30S berusaha untuk tidak mengimplikasikan bahwa Presiden Soekarno terlibat dalam gerakan tersebut). Yang terburuk tentunya bahwa Presiden Soekarno mengetahui/terlibat gerakan tersebut. Untuk PDI-P hal tersebut sangat tidak diinginkan karena Presiden Soekarno adalah simbol penting dari partai PDI-P. Karena itulah gaung untuk membuat versi baru dari film tersebut dimunculkan antara lain oleh Presiden Jokowi dengan dalih agar dimengerti oleh kaum millenial. Sangat tidak jelas apa yang dimaksud dengan versi millenial dari film tersebut. Apa yang ingin disampaikan dari versi yang terbaru? Apakah ada studi dan data yang lebih akurat dari data yang dipakai oleh Arifin C Noer saat membuat film itu? Rasanya tidak data baru yang mengubah fakta bahwa PKI yang berada dibalik tindakan tersebut. Satu-satunya hal yang bisa digali lebih baru adalah apakah peran Presiden Soekarno dalam kejadian itu. Dan kalau yang dijadikan referensi adalah dokumen analisa CIA yang telah di declassified, maka posisi Presiden Soekarno dalam kejadian itu malahan menjadi lebih buruk. Jadi sangat tidak jelas tujuan pembuatan versi baru film itu kecuali jika ingin mengubah fakta yang disajikan. |
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer