HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Sabtu, 2024/04/23 12:57 WIB
Pacari Putri Nikita Mirzani, Vadel Badjideh Akui Banyak Hujatan
-
Jumat, 2024/04/22 15:00 WIB
Unggahan Natasha Rizki di Hari Anniversary Pernikahan dengan Desta Jadi Sorotan
-
Sabtu, 2024/04/23 13:07 WIB
Kabar Calonkan Diri Jadi Bupati Bantul Soimah Beri Klarifikasi
-
Sabtu, 2024/04/23 13:02 WIB
Reaksi Nassar Diminta Jadian dengan Irish Bella Saat Hadir di Acara Ultah
-
Sabtu, 2024/04/23 14:26 WIB
Rumah Via Vallen Digeruduk Massa Aliansi Arek Sidoarjo
-
Kamis, 2024/04/21 10:26 WIB
Unang Bagito Kini Jadi Perajin Tongkat Kayu
|
Thread Tools |
20th June 2017, 11:06 |
#1
|
Addict Member
|
Mengintip Sejarah Cina di Indonesia
Dengan runtuhnya Dinasti Ming dan gencarnya kolonialisme barat di Asia Tenggara, mendorong sejumlah imigran datang dan mengawali sejarah Cina di Indonesia. senantiasa terjaga. Walau terhitung sebagai pihak minoritas, etnis Tionghoa memiliki peran yang besar, khususnya dalam bidang ekonomi. Itu sebabnya, etnis Tionghoa selalu identik dengan sebutan kaum âthe haveâ, atau orang kaya. Pemikiran tersebut, sebenarnya sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, dan tertanam kuat hingga masa modern seperti sekarang ini. Menariknya, informasi mengenai sejarah Cina di Indonesia tidak pernah bosan untuk dibahas. Dengan demikian akan mudah untuk memahami seperti apa pola gerak perkembangannya. Masuknya Cina ke Indonesia Melansir wawasansejarah.com, sejarah Cina di Indonesia ditandai dengan kedatangan orang-orang Cina di Indonesia sejak ratusan tahun lalu. Saat itu, banyak orang Cina yang merantau di wilayah Asia Tenggara pada abad ke-11, termasuk Indonesia. Alasan perantauan tersebut seperti orang kebanyakan, yakni merubah nasib dan memerbaiki tingkat kehidupan. Sebagai catatan, Dinasti Ming di Cina saat itu sedang runtuh, yang mengakibatkan banyak kerusuhan, pergolakan sosial, hingga kemiskinan rakyat Cina. Gencarnya kolonialisme Barat di negara-negara Asia Tenggara yang membutuhkan para pekerja untuk mengeksploitasi kekayaan alam di negara-negara tersebut mendorong masuknya sejumlah imigran yang didatangkan dari Cina. Orang-orang Cina memiliki keunikan tersendiri, yakni membuat lingkungan sendiri, sehingga terbentuklah suatu komunitas. Sejarah Cina di Indonesia mencatat, kawasan Glodok di bilangan Jakarta Barat, adalah salah satu lingkungan orang Cina di Indonesia. Selain itu, hadirnya lingkungan sendiri tersebut bukanlah tanpa alasan. Dengan hidup secara eksklusif, mereka tetap memertahankan adat istiadat, dan kebudayaan tradisi leluhur. Etnis Cina yang dikenal ulet dan pekerja keras, terutama dalam bidang perdagangan membuat Belanda memilih Cina sebagai perantara dagang. Dengan demikian Cina diberi hak oleh Belanda untuk memungut pajak dari rakyat. Orang-orang Cina mendapat perlakuan istimewa dari Belanda, berbeda halnya dengan kaum pribumi. Faktor-faktor di ataslah yang menghambat proses pembauran dengan masyarakat pribumi yang menciptakan jarak pemisah diantara keduanya. Sejarah Cina di Indonesia mencatat, kaum Cina memang sulit membaur karena memiliki perbedaan-perbedaan dengan kaum pribumi diantaranya karena faktor kepercayaan atau agama, adat istiadat atau kebudayaan, status sosial, hingga tingkat penghasilan. Sejarah Cina di Indonesia Mayoritas para perantau dari Cina bukanlah golongan terpelajar. Hal tersebut diketahui sebelum abad ke-20. Dr. F. De Haan dalam Leo Suryadinata dalam penyelidikannya mengatakan bahwa sebelum tahun 1729 M penduduk Tionghoa di Jakarta sudah mempunyai semacam sekolah swasta yang diselenggarakan di rumah-rumah orang kaya atau yang sang guru datang ke rumah untuk memberi pelajaran bagi anak-anak Tionghoa. Pada tahun 1900 M orang-orang Cina mulai mendirikan sekolah-sekolah khusus untuk mereka. Pendidikan orang-orang Cina semakin berkembang. Terlebih lagi Belanda membuat kebijakan terkait sistem pendidikan yang dipisah-pisahkan menurut golongan masyarakat. ⢠Hollands Indische School (HIS) untuk orang-orang pribumi. ⢠Hollands Chinese School (HCS) untuk orang non pribumi keturunan Cina. ⢠Hollands Arabische School (HAS) untuk keturunan Arab. Dari kebijakan yang ada, kaum pribumi semakin memiliki prasangka buruk terhadap etnis Tionghoa. Pasalnya, pendidikan bagi kaum pribumi nyatanya hanya dapat dirasakan oleh keturunan ningrat saja. Dalam bidang politik dan pemerintahan diadakan garis pemisah pula, yang mana jabatan-jabatan tertentu hanya diperuntukkan bagi orang-orang Cina dan pribumi keturunan ningrat. Seiring berjalannya waktu, sejarah Cina di Indonesia mencatat, ketika pemberontakan G 30 S PKI meletus, sikap pemerintah Indonesia banyak berubah, terutama terhadap keturunan Cina yang ternyata diketahui banyak diantara mereka yang bersimpati kepada pemberontakan tersebut. Adapun kebijakan baru bagi orang-orang Cina adalah ⢠Dilarang diadakannya upacara-upacara atau perayaan-perayaan tradisional Cina. ⢠Muncul peraturan yang mengakibatkan dikeluarkannya kartu penduduk yang membedakan antara sesama WNI, pribumi, dan non pribumi. ⢠Dalam bidang pendidikan: ditutupnya sekolah-sekolah khusus untuk anak-anak non pribumi keturunan Cina. Sehingga orang tua mereka menyekolahkannya ke sekolah swasta bahkan keluar negeri. Sebagai catatan, sejak tahun 1968-1999, perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim orde baru dibawah Presiden Soeharto melarang segala hal yang berbau Tionghoa. Tujuannya untuk mengeliminasi secara sistematis dan bertahap atas identitas diri orang Cina terhadap kebudayaannya termasuk kepercayaan, agama, dan adat istiadatnya. Kondisi Cina di Indonesia memang mengalami pasang surut sejak masa kolonial sampai masa reformasi. Pada tahun 1998 tepatnya pada tanggal 13-14 Mei merupakan hari-hari penting etnis Cina di Indonesia karena selama dua hari itu, di Jakarta dan Solo terjadi kerusuhan secara besar-besaran. Pada bulan dan tahun yang sama, Presiden Soeharto saat itu dilengserkan. Sejak saat itu pula etnis Cina mulai merasa bahwa mereka masih mempunyai harapan untuk memperoleh tempat yang layak di Indonesia. Harapan tersebut semakin cerah ketika Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mulai menjabat. Gus Dur mengizinkan etnis Cina kembali merayakan hari-hari besar tradisionalnya. Pada tahun 2000, Gus Dur mencabut Inpres Nomor 14/1967. Ia dikenal toleran dalam sikap keberagamaannya, inklusif dalam perbedaan pendapat, dan pluralis di tengah kemajemukan. Sebagai bangsa pluralis dan bahkan paling pluralis ia tak hanya mengakui eksistensi pluralitas (co-existence), tetapi juga mendukung eksistensi pluralitas (pro-existence); pro existence Kong Hu Cu dan pro perayaan Imlek. Gus Dur kemudian mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya). Demikian informasi tentang sejarah Cina di Indonesia. Sumber: wawasansejarah |
Last edited by bungam; 20th June 2017 at 11:09.. Reason: lupa gambar |
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer