|
|
15th August 2017, 20:30
|
|
Mania Member
Join Date: Feb 2017
Posts: 9,821
|
Patung RA Kartini di Monas Bertuliskan Aksara-Bahasa Asing
Patung RA Kartini di Monas Bertuliskan Aksara-Bahasa Asing Dinilai Terlalu Sensitif
Patung RA Kartini di Kawasan Monumen Nasional (Monas) Jakarta. Foto: Detik.com
NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sekretaris Jendral Dewan Pengurus Pusat Sektor Media Informatika & Grafika Serikat Buruh Sejahtera Indonesia DPP MIG SBSI Jacob Ereste mengungkapkan bahwa tulisan beraksara dan berbahasa asing di patung Taman Monas tidak sepatutnya ditempelkan ke pusted tempat berdirinya patung RA. Kartini yang berada di kawasan Monumen Nasional (Monas).
Alsannya, menurut Jacob, sensitifitas warga bangsa Indonesia yang beragam soal bisa meletup akibat kurang pekanya pemerintah.
“Sejujurnya saya khawatir keresahan serupa masyakat Jawa Timur yang keberatan pada bangunan patung raksasa itu ikut jadi penyulut warga DKI Jakarta dan sekitarnya, karena seakan menandai kekuasaan asing terhadap pemerintah yang semakin tidak berdaya akibat kekuatan ekonomi bangsa asing pada bangsa Indonesia pada umumnya,” terang Jacob melalui pesan singkatnya, Selasa (15/8/2017).
Jacob menjelaskan, dimanapun keberadaannya, patung tersebut merupakan monumen sejarah dari sosok yang digambarkan oleh patung tersebut. Maka itu relevansi dari tulisan berbahasa dan beraksara asing bisa menimbulkan interpretasi negatif.
“Jika benar sosok patung itu adalah RA. Kartini, pertanyaan warga masyarakat adakah hubungan sejarahnya dengan semangat yang hendak dijesankan pada masyarakat umum tentang aksara dan bahasa yang diterakan pada pustek yang menjadi bagian dari monumen sejarah itu,” kata Jacob.
Oleh karena itu, lanjutnya, agar tidak menimbulkan kegaduhan dan keresahan yang bisa semakin menjurus pada sikap dan tindakan yang tidak baik, pemerintah DKI Jakarta hendaknya segera menghapus aksara dan bahasa asing yang ditumpangkan itu.
“Kalaupun aksara dan bahasa asing itu terkait dengan bohir yang mendanainya, toh bisa dibuat tidak perlu menyolok seperti itu. Karena rasa pirasa tradisi dan budaya bangsa Indonesia yang sejati, tidak pernah pongah atau berpenampilan norak seperti itu,” ungkapnya.
Jacob menambahkan, kekhawatiran berbagai pihak yang segera bisa dipahami juga melalui media sosial, adalah ekspresi otentik yang patut jadi pertimbangan pihak terkait. Tujuannya, agar masyarakat dapat lebih bijak mengantisipasi hal-hal sensitif yang tidak pernah diharapkan menjadi penyulut kerusuhan yang bisa merugikan semua pihak.
Pewarta/Editor: Ach. Sulaiman
http://nusantaranews.co/patung-ra-ka...lalu-sensitif/
Kurang ajar, emang sejak kapan Indonesia menjadi bagian Republik Rakyat China???
|
|
|
15th August 2017, 21:56
|
|
Addict Member
Join Date: Jun 2012
Posts: 105
|
Quote:
Originally Posted by doellpaten
Kurang ajar, emang sejak kapan Indonesia menjadi bagian Republik Rakyat China???
|
kalau makannya masih indomie jangan rewel lah
|
|
|
15th August 2017, 22:06
|
|
Mania Member
Join Date: Feb 2017
Posts: 9,821
|
Quote:
Originally Posted by A.Barzagli
kalau makannya masih indomie jangan rewel lah
|
Itukan proses jual beli, produknya dihasilkan oleh negeri ini, mosok bodoh bener harus merasa berutang budi karena itu hingga membuat kau rela menghamba kpd republik rakyat china....
|
|
|
16th August 2017, 00:22
|
|
Mania Member
Join Date: Dec 2016
Posts: 2,947
|
Quote:
Originally Posted by doellpaten
Patung RA Kartini di Monas Bertuliskan Aksara-Bahasa Asing Dinilai Terlalu Sensitif
Patung RA Kartini di Kawasan Monumen Nasional (Monas) Jakarta. Foto: Detik.com
NUSANTARANEWS.CO, Jakarta â Sekretaris Jendral Dewan Pengurus Pusat Sektor Media Informatika & Grafika Serikat Buruh Sejahtera Indonesia DPP MIG SBSI Jacob Ereste mengungkapkan bahwa tulisan beraksara dan berbahasa asing di patung Taman Monas tidak sepatutnya ditempelkan ke pusted tempat berdirinya patung RA. Kartini yang berada di kawasan Monumen Nasional (Monas).
Alsannya, menurut Jacob, sensitifitas warga bangsa Indonesia yang beragam soal bisa meletup akibat kurang pekanya pemerintah.
âSejujurnya saya khawatir keresahan serupa masyakat Jawa Timur yang keberatan pada bangunan patung raksasa itu ikut jadi penyulut warga DKI Jakarta dan sekitarnya, karena seakan menandai kekuasaan asing terhadap pemerintah yang semakin tidak berdaya akibat kekuatan ekonomi bangsa asing pada bangsa Indonesia pada umumnya,â terang Jacob melalui pesan singkatnya, Selasa (15/8/2017).
Jacob menjelaskan, dimanapun keberadaannya, patung tersebut merupakan monumen sejarah dari sosok yang digambarkan oleh patung tersebut. Maka itu relevansi dari tulisan berbahasa dan beraksara asing bisa menimbulkan interpretasi negatif.
âJika benar sosok patung itu adalah RA. Kartini, pertanyaan warga masyarakat adakah hubungan sejarahnya dengan semangat yang hendak dijesankan pada masyarakat umum tentang aksara dan bahasa yang diterakan pada pustek yang menjadi bagian dari monumen sejarah itu,â kata Jacob.
Oleh karena itu, lanjutnya, agar tidak menimbulkan kegaduhan dan keresahan yang bisa semakin menjurus pada sikap dan tindakan yang tidak baik, pemerintah DKI Jakarta hendaknya segera menghapus aksara dan bahasa asing yang ditumpangkan itu.
âKalaupun aksara dan bahasa asing itu terkait dengan bohir yang mendanainya, toh bisa dibuat tidak perlu menyolok seperti itu. Karena rasa pirasa tradisi dan budaya bangsa Indonesia yang sejati, tidak pernah pongah atau berpenampilan norak seperti itu,â ungkapnya.
Jacob menambahkan, kekhawatiran berbagai pihak yang segera bisa dipahami juga melalui media sosial, adalah ekspresi otentik yang patut jadi pertimbangan pihak terkait. Tujuannya, agar masyarakat dapat lebih bijak mengantisipasi hal-hal sensitif yang tidak pernah diharapkan menjadi penyulut kerusuhan yang bisa merugikan semua pihak.
Pewarta/Editor: Ach. Sulaiman
http://nusantaranews.co/patung-ra-ka...lalu-sensitif/
Kurang ajar, emang sejak kapan Indonesia menjadi bagian Republik Rakyat China???
|
Kartini dari China ?
udah ane bilang Soeharto lebih jeli Khong Hu Chu dilarang, kawatir akan menjadi Balelo, udah terlihatkan sekarang
|
|
|
16th August 2017, 05:54
|
|
Addict Member
Join Date: Jun 2017
Posts: 851
|
mungkin maksudnya kalau lo pergi ke negera lain biar gak bingung. kartini kan pinter bahasa asing juga. ada sisi positif nya juga lebih dari patung.
|
|
|
16th August 2017, 05:57
|
|
Addict Member
Join Date: Jun 2017
Posts: 851
|
Quote:
Originally Posted by doellpaten
Itukan proses jual beli, produknya dihasilkan oleh negeri ini, mosok bodoh bener harus merasa berutang budi karena itu hingga membuat kau rela menghamba kpd republik rakyat china....
|
kalau di tulisnya pake bahasa arab bisa di kira menghina agama.
|
|
|
16th August 2017, 06:06
|
|
Groupie Member
Join Date: Sep 2009
Posts: 18,583
|
Busyet!!! SBy udah pensiun dan jualan nasi goreng, ehhh masih ada taiker yg tega mo ngebully
dasar kampret!!!
Quote:
Patung Kartini adalah sebuah patung bentuk dari persahabatan antara kedua negara yakni Indonesia dan Jepang, meskipun di masa sebelum kemerdekaan kita pernah mengalami masa memilukan selama kurang lebih tiga setengah tahun di jajah oleh Jepang. Tapi itu adalah sejarah masa lalu yang patutnya tidak usah di bahas panjang lebar lagi di masa sekarang ini. Patung kartini yang letak awalnya berada di kawasan Menteng Jakarta Pusat ini dipindahkan karena akan dibuat sebuah patung yakni patung Diponegoro yang tepat berada di depan taman Suropati. Patung yang menyimbolkan sebuah pahlawan wanita asal Jepara yang memperjuangkan harkat dan kesetaraan antara wanita dan pria dalam hal menuntut hak-hak pendidikan dan kebudayaan ini memang terlihat memiliki tiga patung selain patung utama dan dua patung kecil yang berada dibagian depan dan belakang patung tersebut. Patung Kartini ini terbuat dari tembaga Tatakan patung berukuran 7 x 3,25 meter persegi terbuat dari marmer dan bertuliskan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang di bawahnya. Tinggi patung Kartini 2,20 meter, patung setinggi 1,40 meter dan patung II 1,37 meter. Patung ini berada di sisi bagian Monas yang berseberangan dengan Stasiun gambir, peresmian dan peletakan patung Kartini dilaksanakan pada tahun 2005 yang lalu dipimpin Gubernur Sutiyoso. Hadir dalam kesempatan itu Dubes Jepang untuk Indonesia, Yutaka Iimura seperti tertera pada plakat patung dengan penandatangan bersama sebagai wakil dari dua negara yang bersahabat. (Roy)
|
kalo jaman SBy acakadut ane sih percayak
|
|
|
16th August 2017, 06:23
|
|
Banned
Join Date: Dec 2010
Posts: 15,195
|
Quote:
Originally Posted by doellpaten
Itukan proses jual beli, produknya dihasilkan oleh negeri ini, mosok bodoh bener harus merasa berutang budi karena itu hingga membuat kau rela menghamba kpd republik rakyat china....
|
Jadi kalau jual beli , nggak masalah siapa bohir yang mendanai indomie ?
(bohir ki OPO ?)
|
|
|
16th August 2017, 07:55
|
|
Groupie Member
Join Date: Feb 2016
Location: Kampung Keling
Posts: 24,386
|
Quote:
Originally Posted by doellpaten
Patung RA Kartini di Monas Bertuliskan Aksara-Bahasa Asing Dinilai Terlalu Sensitif
Patung RA Kartini di Kawasan Monumen Nasional (Monas) Jakarta. Foto: Detik.com
NUSANTARANEWS.CO, Jakarta âÃÂàSekretaris Jendral Dewan Pengurus Pusat Sektor Media Informatika & Grafika Serikat Buruh Sejahtera Indonesia DPP MIG SBSI Jacob Ereste mengungkapkan bahwa tulisan beraksara dan berbahasa asing di patung Taman Monas tidak sepatutnya ditempelkan ke pusted tempat berdirinya patung RA. Kartini yang berada di kawasan Monumen Nasional (Monas).
Alsannya, menurut Jacob, sensitifitas warga bangsa Indonesia yang beragam soal bisa meletup akibat kurang pekanya pemerintah.
âÃÂÃÂSejujurnya saya khawatir keresahan serupa masyakat Jawa Timur yang keberatan pada bangunan patung raksasa itu ikut jadi penyulut warga DKI Jakarta dan sekitarnya, karena seakan menandai kekuasaan asing terhadap pemerintah yang semakin tidak berdaya akibat kekuatan ekonomi bangsa asing pada bangsa Indonesia pada umumnya,âÃÂàterang Jacob melalui pesan singkatnya, Selasa (15/8/2017).
Jacob menjelaskan, dimanapun keberadaannya, patung tersebut merupakan monumen sejarah dari sosok yang digambarkan oleh patung tersebut. Maka itu relevansi dari tulisan berbahasa dan beraksara asing bisa menimbulkan interpretasi negatif.
âÃÂÃÂJika benar sosok patung itu adalah RA. Kartini, pertanyaan warga masyarakat adakah hubungan sejarahnya dengan semangat yang hendak dijesankan pada masyarakat umum tentang aksara dan bahasa yang diterakan pada pustek yang menjadi bagian dari monumen sejarah itu,âÃÂàkata Jacob.
Oleh karena itu, lanjutnya, agar tidak menimbulkan kegaduhan dan keresahan yang bisa semakin menjurus pada sikap dan tindakan yang tidak baik, pemerintah DKI Jakarta hendaknya segera menghapus aksara dan bahasa asing yang ditumpangkan itu.
âÃÂÃÂKalaupun aksara dan bahasa asing itu terkait dengan bohir yang mendanainya, toh bisa dibuat tidak perlu menyolok seperti itu. Karena rasa pirasa tradisi dan budaya bangsa Indonesia yang sejati, tidak pernah pongah atau berpenampilan norak seperti itu,âÃÂàungkapnya.
Jacob menambahkan, kekhawatiran berbagai pihak yang segera bisa dipahami juga melalui media sosial, adalah ekspresi otentik yang patut jadi pertimbangan pihak terkait. Tujuannya, agar masyarakat dapat lebih bijak mengantisipasi hal-hal sensitif yang tidak pernah diharapkan menjadi penyulut kerusuhan yang bisa merugikan semua pihak.
Pewarta/Editor: Ach. Sulaiman
http://nusantaranews.co/patung-ra-ka...lalu-sensitif/
Kurang ajar, emang sejak kapan Indonesia menjadi bagian Republik Rakyat China???
|
Kalau berdasarkan patung itu mungkin sejak SBY jadi presiden tapi ternyata bukan jadi bagian RRC tapi bagian dari Kekaisaran Jepang.
https://travel.detik.com/destination...i-ada-di-monas
Patung tersebut menggambarkan 3 pose Kartini yang berbeda: sedang berjalan, menyusui, dan menari. Patung ini adalah pemberian dari Jepang sebagai lambang persahabatan untuk Indonesia. Upacara peletakkan Patung Kartini digelar pada 20 Desember 2005 oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Yutaka Himura kepada Gubernur Jakarta Sutiyoso.
|
|
King of Losers
|
16th August 2017, 07:57
|
|
Banned
Join Date: Dec 2010
Posts: 15,195
|
Quote:
Originally Posted by doellpaten
Patung RA Kartini di Monas Bertuliskan Aksara-Bahasa Asing Dinilai Terlalu Sensitif
Patung RA Kartini di Kawasan Monumen Nasional (Monas) Jakarta. Foto: Detik.com
NUSANTARANEWS.CO, Jakarta â Sekretaris Jendral Dewan Pengurus Pusat Sektor Media Informatika & Grafika Serikat Buruh Sejahtera Indonesia DPP MIG SBSI Jacob Ereste mengungkapkan bahwa tulisan beraksara dan berbahasa asing di patung Taman Monas tidak sepatutnya ditempelkan ke pusted tempat berdirinya patung RA. Kartini yang berada di kawasan Monumen Nasional (Monas).
Alsannya, menurut Jacob, sensitifitas warga bangsa Indonesia yang beragam soal bisa meletup akibat kurang pekanya pemerintah.
âSejujurnya saya khawatir keresahan serupa masyakat Jawa Timur yang keberatan pada bangunan patung raksasa itu ikut jadi penyulut warga DKI Jakarta dan sekitarnya, karena seakan menandai kekuasaan asing terhadap pemerintah yang semakin tidak berdaya akibat kekuatan ekonomi bangsa asing pada bangsa Indonesia pada umumnya,â terang Jacob melalui pesan singkatnya, Selasa (15/8/2017).
Jacob menjelaskan, dimanapun keberadaannya, patung tersebut merupakan monumen sejarah dari sosok yang digambarkan oleh patung tersebut. Maka itu relevansi dari tulisan berbahasa dan beraksara asing bisa menimbulkan interpretasi negatif.
âJika benar sosok patung itu adalah RA. Kartini, pertanyaan warga masyarakat adakah hubungan sejarahnya dengan semangat yang hendak dijesankan pada masyarakat umum tentang aksara dan bahasa yang diterakan pada pustek yang menjadi bagian dari monumen sejarah itu,â kata Jacob.
Oleh karena itu, lanjutnya, agar tidak menimbulkan kegaduhan dan keresahan yang bisa semakin menjurus pada sikap dan tindakan yang tidak baik, pemerintah DKI Jakarta hendaknya segera menghapus aksara dan bahasa asing yang ditumpangkan itu.
âKalaupun aksara dan bahasa asing itu terkait dengan bohir yang mendanainya, toh bisa dibuat tidak perlu menyolok seperti itu. Karena rasa pirasa tradisi dan budaya bangsa Indonesia yang sejati, tidak pernah pongah atau berpenampilan norak seperti itu,â ungkapnya.
Jacob menambahkan, kekhawatiran berbagai pihak yang segera bisa dipahami juga melalui media sosial, adalah ekspresi otentik yang patut jadi pertimbangan pihak terkait. Tujuannya, agar masyarakat dapat lebih bijak mengantisipasi hal-hal sensitif yang tidak pernah diharapkan menjadi penyulut kerusuhan yang bisa merugikan semua pihak.
Pewarta/Editor: Ach. Sulaiman
http://nusantaranews.co/patung-ra-ka...lalu-sensitif/
Kurang ajar, emang sejak kapan Indonesia menjadi bagian Republik Rakyat China???
|
Kalau sebaliknya, dilihat dari sisi menyusui disebelah kiri, tulisannya malah huruf Jawa yah?
|
|
|
detikNews
........
|