HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Senin, 2024/04/24 11:29 WIB
KPU Tetapkan Prabowo Jadi Presiden dan Gibran Wakil Presiden Baru RI
-
Senin, 2024/04/24 11:43 WIB
Mooryati Soedibyo, Pendiri Mustika Ratu, Meninggal Dunia Dalam Usia 96 Tahun
-
Senin, 2024/04/24 11:47 WIB
Ganjar Mengaku Tak Diundang ke Penetapan Prabowo-Gibran
-
Senin, 2024/04/24 12:17 WIB
25 Makam Nabi dan Rasul Allah SWT
-
Senin, 2024/04/24 16:41 WIB
2 Bule Nyasar ke Halalbilahal, Kesengsem Magelang Sampai Batalkan ke Bromo
-
Senin, 2024/04/24 16:20 WIB
Disebut Prabowo Tersenyum Berat, Anies: Biasa Saja
|
Thread Tools |
26th March 2009, 05:54 |
#1
|
Mania Member
|
Prabowonomics
Konsep ekonomi Prabowo mengundang kontroversi. Ekonom berhaluan liberal meragukannya.
VIVAnews - GAYANYA di panggung mirip-mirip Soekarno. Tangannya mengepal dan diangkat-angkat. Orasinya tegas dan lugas. Sindirannya pun tajam. Meski suara serak, calon presiden Prabowo Subianto tetap berusaha berteriak lantang, meledak-ledak. “Saudara-saudara, elit di Jakarta lupa. Negara kita punya kekayaan alam. Kaya, kaya. Tetapi rakyat tidak mengalami perbaikan nasib. Sistem ekonomi kapitalis saat ini hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Sebagian besar tidak merasakannya. Orang tak punya uang tidak boleh hidup negeri ini. Saya tahu isi hatimu. Kau inginkan pekerjaan yang baik dan halal. Kau ingin beri makan istri dan anakmu. Betul? Ingin sekolahkan anakmu. Betul? Apa Saudara mau jadi kacung terus? Mau jadi bangsa miskin terus? Mau anak-anak tak sekolah? Saudara-saudara, mari buat perubahan besar. Perubahan untuk masa depan anak-anakmu. Beri kesempatan pemimpin baru. Yang tak mampu minggir saja. Kembali ke rumah, ajak saudara-saudara, teman-teman, semua, untuk perubahan.” Peluh membasahi baju mantan Komandan Pasukan Khusus yang tengah berkampanye di Kota Padang tersebut. Di depan panggung, di bawah terik matahari, massa berteriak, “Hidup Gerindra. Prabowo presiden!” Ribuan orang berseragam merah putih tumpek blek di lapangan Cimpago yang berada di bibir pantai. Perubahan sistem ekonomi adalah misi besar yang digadang-gadang sang Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Prabowo beralasan kapitalisme-liberal adalah sistem ekonomi yang salah sehingga harus dirombak. “Resesi ekonomi global adalah bukti kegagalan pasar bebas tanpa kendali, sistem kapitalisme tanpa kendali,” katanya di seminar yang digelar Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia, pada Rabu, 11 Maret 2009. Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) itu sedang berada di atas angin. Krisis keuangan dan resesi ekonomi global telah menimbulkan sorotan tajam terhadap sistem kapitalis. Yang pedas dikritik bukan cuma kejatuhan bursa saham Wall Street, simbol kapitalisme dunia. Di dalam negeri, kelompok penentang kapitalisme-liberal semakin mendapat panggung. Saat Prabowo meluncurkan buku “Membangun Kembali Indonesia Raya” pada Kamis lalu, 12 Maret, suasana Hotel Dharmawangsa terasa marak. Sejumlah rektor, profesor, elit partai dan wakil asosiasi binaan Prabowo hadir di ball- room hotel yang disulap penuh nuansa merah itu. “Saya ingin mengubah vonis bahwa negeri ini akan terus miskin,” kata Prabowo. Tepuk tangan membahana. Jenderal Prabowo yang dulu pernah dijauhi setelah dinyatakan terlibat penculikan sejumlah aktivis pro-demokrasi, kini menjadi magnet yang menyedot perhatian sementara kalangan. Enam hari kemudian, 18 Maret, giliran kelompok Indonesia Bangkit meluncurkan buku "Ekonomi Konstitusi" di Hotel Four Seasons, Jakarta. Di sini sejumlah ekonom juga berkumpul. Terlihat ada Iman Sugema, Hendri Saparini, Revrisond Baswir, Ichsanuddin Noorsy dan lainnya. “Indonesia jangan pakai tim ekonomi “teh botol” (teknokrat bodoh dan tolol),” ujar Iman mengejek ekonom yang berhaluan neoliberal—mereka yang pro pasar bebas, rezim perdagangan tanpa sekat negara, serta peran pemerintah yang minimal dalam sistem ekonomi. Para ekonom ini dikenal menganut paham yang cenderung sosialis, nasionalistis, dan menginginkan peran negara yang lebih besar sebagai lokomotif perekonomian nasional. Endang S Thohari dari Institute Garuda Nusantara—kelompok-pemikir yang didirikan Prabowo—turut hadir di sana. Menurut Endang, mereka tengah bahu membahu menggusur paham neoliberal. “Berjuang bisa di mana saja, yang penting tujuannya sama.” Dibekingi Prabowo, upaya kelompok ini terus bergulir. Prabowo menyatakan tak main-main dengan gagasan besarnya. Ia mengisahkan, tekadnya menggebu setelah dia dipensiun paksa pada 1998. Saat itu ia banting setir jadi pengusaha membantu adiknya, Hashim Djojohadikusumo, yang berkibar sebagai pengusaha minyak di Kazakhstan. Saat tinggal di Amman, Yordania, dia terperangah membaca sebuah laporan Van Zorge, konsultan politik dan bisnis di Jakarta mengenai kekayaan Indonesia yang menguap dari Bumi Pertiwi. Menurut taksirannya, dalam tempo 10 tahun sejak 1997, tak kurang dari US$ 250 miliar devisa ekspor telah terbang ke luar negeri. Prabowo seperti mendapat amunisi kembali. Sejak 2003, dia sibuk berkeliling mengkampanyekan dampak buruk sistem kapitalisme-liberal. Setahun kemudian dia menulis buku berjudul “Kembalikan Indonesia” yang mengecam habis-habisan sistem ekonomi liberal. Putra begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo itu terus merangsek. Dia lalu menghimpun para ekonom, ahli pertanian, pengusaha dan pakar industri. Selama belasan bulan sejak 2007, Prabowo terlibat dalam berbagai diskusi intensif dengan kalangan ini. Dia kerap mengundang Kwik Kian Gie, Sri Edi Swasono, Bungaran Saragih (mantan menteri pertanian), Prasetyantoko (ekonom Atmajaya), Hendri Saparini, dan lainnya. Kwik dan Prasetyantoko mengaku memang sering diundang Prabowo. “Saya beberapa kali datang ke rumahnya untuk diskusi dan memberi masukan,” ujar Kwik kepada VIVAnews, “Apa yang diiklankan Prabowo itu sama dengan pemikiran saya.” Untuk menerjemahkan pandangannya, Prabowo dibantu Hashim, Rachmat Pambudy (ekonom IPB), Endang S Thohari (doktor Prancis ahli pedesaan), Widya Purnama (mantan Direktur Utama Pertamina), dan Rauf Purnama (mantan Direktur Utama PT Asean Aceh Fertilizer). Mereka semua tergabung dalam Institut Garuda Nusantara. Konsep ekonomi ala Prabowo ini—kini populer disebut Prabowonomics— kemudian dituangkan dalam buku “Membangun Kembali Indonesia Raya” setebal 209 halaman. Isinya mengelu-elukan konsep pembangunan ekonomi berbasis ketahanan pangan, kedaulatan energi, serta industri nasional yang bernilai tambah. Prabowo memimpikan perekonomian yang berlandaskan sumber daya domestik—seperti sumber alam, sumber daya manusia, dan sumber dana—serta pasar domestik yang besar, 230 juta penduduk Indonesia. Di atas itu, Prabowo menjanjikan sejumlah program maha ambisius. Di bidang pangan, dia berikrar akan membuka sawah dan kebun jagung masing-masing sejuta hektare, membangun pabrik pupuk urea, menambah pasokan bahan bakar gas, serta membangun infrastruktur desa. Di bidang energi, dia berpromosi bakal mengganti bahan bakar minyak fosil dengan sumber energi nabati. Belum habis, dia juga berjanji akan membuka 4,4 juta ha kebun aren untuk bahan baku produksi bioetanol, membangun pabrik bio-etanol berbahan baku singkong, serta mendirikan pembangkit tenaga panas bumi. Untuk sektor industri, dia bilang bakal menggeber industri makanan, tekstil, sepatu, agroindustri, serta sumber alam yang bernilai tambah, seperti migas, tambang, energi dan komoditas. “Kita jangan cuma ekspor buah coklat dan biji sawit mentah-mentah, tetapi sudah dibuat pabrik bernilai tambah di sini,” kata Endang. Tim Prabowo percaya sektor-sektor itu mampu menggenjot pertumbuhan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2008, sektor pertanian menyumbang 14,68 persen produk domestik bruto (PDB). Ini masih kalah dari sektor industri pengolahan. Namun, jika agroindustri digabung, maka sektor pertanian akan menjadi penyumbang terbesar kue ekonomi nasional. Supaya program itu berjalan, Prabowo mengajukan sejumlah resep. Di antaranya adalah mengerahkan BUMN sebagai lokomotif pembangunan di sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja. Kebijakan fiskal dan moneter akan dipusatkan ke sana. Pembayaran hutang luar negeri dijadwal ulang untuk menambah persediaan dana untuk melumasi berbagai program raksasa itu. Selain itu, ini dia, lahan kritis akan dibagi-bagikan ke petani. “Pemerintah jangan cuma jadi wasit, tetapi harus turun tangan jadi lokomotif ekonomi,” kata Prabowo. Dia memberi contoh pemimpin China Deng Xiaoping yang menjadikan lembaga pemerintah dan BUMN sebagai motor penggerak, sehingga ekonomi mereka bertumbuh di atas 10 persen. Dengan berbagai konsep ini, tim Prabowo hakulyakin pada 2011 ekonomi nasional bakal tumbuh 8-9 persen. Tak cuma itu, dua tahun kemudian mereka bermimpi angka pertumbuhan akan melesat ke level di atas 10 persen. Jika itu terjadi, begitu mereka bermimpi, saat Republik berulang tahun ke-100 pada 2045, pendapatan per kapita Indonesia akan mencapai, jangan kaget, US$ 60 ribu atau Rp 720 juta per tahun. Bagi kubu ekonom pro-Prabowo, ambisi itu mereka nilai realistis. Hendri Saparini, Iman Sugema, Dradjad Wibowo, Kwik Kian Gie, dan Revrisond Baswir, menilai Prabowonomics bisa dilaksanakan asal ada perubahan paradigma ekonomi. “Argentina yang penduduknya lebih sedikit bisa tumbuh 8 persen,” kata Dradjad. Meski juga mengaku bersepakat, Revrisond toh buru-buru mengingatkan, “Yang penting, jangan cuma jadi jargon kampanye saja.” Tanggapan berbeda datang dari kubu ekonom neo-liberal. Mereka mengritik program Prabowo bak mimpi di siang bolong. Para ekonom jebolan Universitas Indonesia, seperti Muhammad Ikhsan, Chatib Basri, Adrian Panggabean, serta Purbaya Yudhi Sadewa dari Danareksa, meragukan target pertumbuhan ekonomi 10 persen itu. “Terlalu ambisius,” kata Ikhsan. Adrian dan Chatib mempertanyakan bagaimana angka itu dihitung. Yudhi juga mewanti-wanti rencana Prabowo merestrukturisasi utang luar negeri. Jika dilakukan, menurutnya itu akan jadi pertaruhan besar bagi Indonesia. “Resikonya besar. Pasar modal, obligasi dan kurs rupiah akan hancur,” kata Kepala Ekonom Danareksa Research Institute ini. “Jadi, kalau tak bayar utang, ekonomi Indonesia akan hancur.” .................................................. ................ http://sorot.vivanews.com/news/read/..._prabowonomics |
Untuk Kejayaan Indonesia di http://www.partaigerindra.or.id/ |
26th March 2009, 09:10 |
#2
|
Mania Member
|
Saya hanya ingin sedikit mengomentari mengenai artikel ini. Sebenarnya saya tidak ingin masuk ke dalam bagian politik karena most of political interests do not match with sound economic policies.
In term of investment, I always stick to one rule: Always be cautious on what is too good to be true. Terlalu banyak orang yang menawarkan media investasi yang bisa menjadikan orang kaya secara instant. Baik dari mulut ke mulut seperti arisan dengan hasil lebih dari 50% per bulan, maupun melalui iklan di media massa yang menawarkan metode atau cara berinvestasi yang hasilnya luar biasa. Tetapi sampai dengan saat ini saya belum menemukan satupun media investasi yang secara konsisten menghasilkan return yang luar biasa. All of them just selling dreams and coz many people want to get rich instantly they buy the dreams and hoping miracle would happen. But sadly miracle didn't happen. Pada saat kampanye pemilu ini, terlalu banyak janji dan mimpi yang ditawarkan dan banyak pula rakyat yang membeli mimpi2 tersebut. Banyak rakyat yang berharap keajaiban terjadi tetapi sudah berulang kali juga rakyat kecewa karena keajaiban tidak kunjung terjadi. Apakah ini salah politisi yang mengumbar janji ataukah salah rakyat yang terlalu bermimpi? Well I'm not in a position to judge. Tapi inilah realita yang selama ini selalu terjadi dan mungkin akan terus berulang. Ada banyak what's so called ahli atau pengamat ekonomi dengan berbagai aliran yang dianut, ada neo-liberal, ada keynesian, ada neo-classic dsb. Mereka selalu berargumen bahwa aliran yang mereka anut adalah yang paling benar. Tapi satu hal yang pasti adalah economic is not an exact science no matter what those experts trying to do with economic studies. Ilmu ekonomi adalah social science and will always be social science. Kenapa? Karena tidak ada yang pasti dalam ilmu ekonomi, ekonomi adalah sesuatu yang berhubungan dengan perilaku dan interaksi manusia yang terlibat didalamnya. Dan perilaku manusia adalah unpredictable dan tidak selalu rational. Sehingga implikasinya adalah selalu terdapat ketidakpastian atas hasil dari suatu kebijakan ekonomi. Dan tidak ada kebijakan ekonomi yang tidak ada implikasi negatifnya, selalu ada trade off. Kita hanya menilai sejauh mana negative impactnya dibandingkan dengan positive impactnya. Sebagai contoh, pada saat terjadi inflasi yang tidak terkendali, maka salah satu kebijakan ekonomi yang bisa diambil adalah dengan mengurangi supply uang dengan menaikkan tingkat suku bunga. Dengan demikian tingkat konsumsi diharapkan akan berkurang sehingga permintaan akan barang dan jasa menurun sehingga inflasi menjadi terkendali. Namun konsekuensi dari kebijakan ini adalah akan terjadi kontraksi ekonomi sehingga roda ekonomi akan bergulir lebih lamban atau dengan bahasa lain pertumbuhan ekonomi akan menurun. Setiap kebijakan ekonomi pasti ada konsekuensinya. Seperti juga adanya wacana untuk menjadwal ulang pembayaran hutang luar negeri, ini tentunya object to approval dari negara/lembaga peminjam uang. Apabila mereka tidak setuju lalu bagaimana? Apakah plan B nya? Apakah kita lalu mengemplang pembayaran hutang? Ada juga rencana untuk menjadikan BUMN sebagai lokomotif pembangunan nasional. Ini adalah rencana yang kedengarannya bagus tetapi yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah apakah kapasitas dan ukuran yang dimiliki oleh BUMN2 semata dapat menjadi lokomotif untuk menarik seluruh gerbong pembangunan nasional? Lalu untuk proyek2 ambisius seperti pembukaan satu juta hektar sawah & kebun jagung dan juga empat juta hektar kebun aren, tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dari manakah pendanaan proyek ambisius ini berasal? Kalau berasal dari pemerintah, apakah mampu APBN kita menanggung pendanaan sebesar itu tanpa mengakibatkan defisit yang luar biasa? Untuk ekonomi neo-liberalisme yang meminimalisasi peran negara dalam mengatur pasar, memang sudah kehilangan momentumnya sejak terjadi global financial crisis yang disebabkan oleh kurangnya peran pemerintah dalam mengatur prilaku para korporasi keuangan. Di US pun peran pemerintah sebagai regulator mulai ditingkatkan dan sudah bernuansa lebih socialist. Dan satu lagi, menurut pendapat saya, Indonesia belum pernah benar2 menganut sistem ekonomi neo-liberalism murni. Buktinya pemerintah masih punya BUMN dan masih besar peran pemerintah dalam melakukan regulasi2. Jadi saya rasa siapapun yang akan menjadi presiden, ekonomi yang bernuansa lebih sosialis tidak akan terhindarkan. Untuk para ahli dan pengamat ekonomi, with all respect, ada yang memang hanya cocok menjadi pengamat tetapi sangat kurang pada saat menjadi regulator atau praktisi. Seperti juga para akademisi bisnis, tidak semua mampu menjadi praktisi misalnya menjadi eksekutif perusahaan. Karena selalu ada gap antara teori dengan praktek nya. Not all theory can be implemented. Well I always try to be neutral. I don't want to touch on political side, only on economic one. Pendapat saya ini tidak dimaksudkan untuk menyudutkan siapapun, hanya saya simpati dengan rakyat kebanyakan yang sudah terlalu banyak diberikan mimpi dan bermimpi keajaiban yang tak kunjung datang. Saya hanya berharap siapapun presiden yang akan terpilih nanti bisa membawa kemajuan |
26th March 2009, 09:50 |
#3
|
|
Mania Member
|
Quote:
|
|
Untuk Kejayaan Indonesia di http://www.partaigerindra.or.id/ |
26th March 2009, 10:31 |
#4
|
|
Addict Member
|
Quote:
kalau kurs dolar hancur setidaknya produk dalam negeri lebih dilirik sebagai alternative |
|
26th March 2009, 10:39 |
#5
|
Mania Member
|
|
Untuk Kejayaan Indonesia di http://www.partaigerindra.or.id/ |
26th March 2009, 12:09 |
#6
|
Addict Member
|
Sekarang rakyat dan mahaiswa sedang menikmati kebebasan....bebas mengkritik pemerintah....bebas mengeluarkan pendapat dan fikiran....
Apakah kita mau kebebasan itu hilang kembali ??? Apakah kita mau aktifis yang mengkritik pemerintah diculik dan disekap seperti jaman dulu ????? Apakah kita sebagai anggota millis forum diskusi politik seperti ini ditangkap dan diculik....lantas dibunuh dan dibuang entah dimana ???? Tentu jawabannya : "TIDAK!!!" Katakan "tidak" pada politisi atau calon pemimpin yang alergi di kritik dan pernah punya track record buruk dalam menghadapi para aktifis dan mahasiswa. |
26th March 2009, 13:17 |
#7
|
|
Mania Member
|
Quote:
|
|
26th March 2009, 13:59 |
#8
|
||
Mania Member
|
Quote:
ex : Presiden Nixon mengikuti beberpa logika John Meynard Keynes, tp dia TIDAK mengatakan menjadi Nixonomic. Program ekonomi no.1 Prabowo dan Gerindra adalah Utang. Utang kembali lagi menjadi sumber utama dalam proyek2 massif... apa ga trauma ma Soeharto ?? kita sekarang yg bayar, utang itu ga nyelesaikan masalah, hanya menumpuk masalah di masa depan. Quote:
|
||
"It doesn't matter how beautiful your theory is, it doesn't matter how smart you are. If it doesn't agree with experiment, it's wrong." Richard P. Feynman |
26th March 2009, 16:53 |
#9
|
Mania Member
|
sumber dari mana proyek masif pake utang.. yg nomor satu itu menjadwalkembali pembayaran utang..sebelumkomen sudah baca programnya atau belum???
|
YOU CAN FOOL SOME PEOPLE SOMETIME , BUT YOU CAN FOOL ALL THE PEOPLE ALL THE TIME |
26th March 2009, 20:33 |
#10
|
Mania Member
|
|
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer