akuril |
1st November 2017 13:14 |
Bukan El Classico, Laga Persib vs Persija Panas Karena Rivalitas Supporter?
Laga terpanas di Liga 1 Indonesia, antara Persija vs Persib akan segera digelar, tanggal 3 November menjadi saksi laga yang ditunggu-tunggu tersebut. Bukan di Stadion Patriot yang selama ini menjadi kandang Persija, laga panas terbuang ke Stadion Manahan Solo, alasannya karena masalah keamanan. Banyak yang menyebutkan laga Persija vs Persib merupak laga El Classico Indonesia. Laga yang selalu diwarnai ketegangan kedua supporter, bahkan tidak jarang memakan korban jiwa. hmm..kalau melihat sejarah sebenarnya Persija vs Persib bukanlah El classico, tapi karena rivalitas supporter lah yang membuat laga ini jadi panas. dibawah ini ada cuplikan tulisan lama yang menurut ane menarik nih..
Quote:
Pertemuan antara Persib melawan PSMS Medan tampaknya lebih pantas mendapatkan label sebagai El Clasico Indonesia. Duel dua tim ini juga murni dilatarbelakangi oleh perebutan prestasi bukan perseteruan semu antarsupoter.
Awal kisah persaingan Persib dan PSMS terjadi di era perserikatan musim 1983-1984. Pada saat itu, Persib yang merupakan tim promosi berhasil melaju ke final untuk meladeni PSMS di Stadion Senayan.
Tim Ayam Kinantan pun berhasil menjadi juara usai menang 3-2 melalui drama adu penalti setelah skor 0-0 menutup jalannya laga selama 90 menit. Kendati kalah, Persib bisa sedikit berbangga karena mereka terpilih sebagai tim terbaik dan Adjat Sudrajat menjadi pencetak gol terbanyak dengan delapan gol.
Puncak persaingan Persib vs PSMS kembali terjadi dua tahun kemudian tepatnya 23 Februari 1985 di tempat yang sama, yakni Stadion Senayan. Pada saat itu, kedua tim kembali bertemu di laga final perserikatan.
Partai ini merupakan salah satu sejarah sepak bola Indonesia karena memecahkan rekor penonton. Menurut buku Asian Football Confederation (AFC) terbitan 1987, pertandingan ditonton oleh 150.000 orang yang merupakan pertandingan terbesar dalam sejarah pertandingan amatir dunia.
Jumlah ini tentu sangat membeludak mengingat Stadion Senayan kala itu memiliki daya tampung sebesar 110.000 orang. Alhasil, para penonton sampai harus duduk di trek lari karena tribun sudah tak mampu untuk menampung animo suporter.
Pertandingan sendiri berlangsung sangat seru dan juga dramatis. Persib yang sempat tertinggal 0-2 dari PSMS mampu menyamakan kedudukan dan memaksa laga berlanjut lewat adu penalti.
Sayang di babak adu penalti, Maung Bandung gagal menuntaskan dendam setelah takluk 2-3 dari PSMS. Persib pun harus dua kali menahan keinginan untuk menjadi juara di era perserikatan.
Menariknya kendati laga berlangsung sengit dan ditonton ratusan ribu pendukung tak ada laporan aksi anarkis yang dilakukan oleh penonton usai laga. Hal ini menandakan bahwa kedua kelompok suporter pada saat itu sangat menjunjung tinggi nilai sportivitas.
Bahkan sempat muncul kabar bahwa seusai juara, para pemain Persib diundang untuk memperkuat PSMS untuk turnamen Piala Merlion. Alhasil bintang-bintang Maung Bandung kala itu seperti Adjat Sudradjat, Kosasih, Robby Darwis, dan Iwan Sunarya berlatih bersama dengan pemain yang mengalahkan mereka di final seperti Ponirin Mekka dan kapten Sunardi A di Stadion Teladan, Medan.
|
Jadi El Classico Indonesia lebih pantas disematkan untuk siapa? yes lebih pantas untuk laga Persib VS PSMS, ane bukan pendukung kedua tim tapi ane liat data dan fakta yang menarik dari Persib vs Persija. Media Amerika pun sering membahas laga Persib vs Persija sebagai laga paling `Gila` di Asia karea tidak ada laga didunia yang pemainnya ke Stadion pakai Rantis:nyengir:
Gimana bro? El classico Indonesia versi kalian tim manakah?
saduran dari tulisan di liputan6.com
|