DetikForum

DetikForum (http://forum.detik.com/index.php)
-   Sejarah (http://forum.detik.com/forumdisplay.php?f=191)
-   -   Insiden Santa Cruz (http://forum.detik.com/showthread.php?t=1200391)

andi_rai 22nd May 2015 15:29

Insiden Santa Cruz
 
Permisi om tante, ini Thread pertama ane..
semoga berkenan yaa....


Insiden Santa Cruz Peristiwa tragis ini terjadi tanggal 12 November 1991 di pekuburan umum Santa Cruz, Dili. Ribuan warga Timor berunjuk rasa tepat dua pekan setelah kematian Sebastiao Gomez Rangel, pemuda Timor Leste yang di bunuh milisi prointegrasi di Gereja Motael, Dili. Jenasah Sebastiao akan di makamkan ulang di Santa Cruz dalam sebuah prosesi yang diperkirakan mengundang kerumunan massa luar biasa besar. Allan Nairn, jurnalis Amerika Serikat yang saat itu ada di Dili menuturkan, "Seusai misa di gereja Motael, pemuda-pemuda Timor mengeluarkan spanduk dan poster dari balik baju mereka dan mulai bergerak ke arah pemakaman (baca Jejak Lama di Santa Cruz). Sekitar pukul delapan pagi, massa makin padat. Komandan Sektor C/Khusus Dili Kolonel Aruan memerintahkan pasukan Brigade Mobil menyekat massa dengan membentuk barikade di belakang demostran. Pasukan Indonesia terus bergerak maju, mendekati massa yang terkepung. Komandan Kompi Gabungan Letda Sugiman Mursanib berteriak memerintahkan pasukannya melepas tembakan peringatan ke udara. Mendadak serentetan tembakan terdengar. Massa di bagian belakang roboh. Sisanya bubar, tunggang langgang. Demostrasi yang dilakukan dalam Peristiwa 12 November 1991 di Dili diyakini Sintong bukanlah demonstrasi biasa. Ada unsur pembrontakan terhadap pemerintah. Para demonstran di dapati membawa senjata api laras panjang, pistol, granat tangan, senjata tajam dan pentungan, selain bendera Fretilin maupun Falintil. Di sekitar pekuburan umum Santa Cruz ditemukan barang bukti berupa sepucuk senapan serbu Heckler & Koch G3 dengan delapan butir peluru, dua pucuk senapan Mauser dengan 13 butir peluru, sepucuk pistol FN dengan 12 butir peluru, sepucuk pistol Smith & Wesson dengan empat butir peluru, enam buah granat tangan, 26 bilah parang, 70 bilah pisau dan berbagai jenis senjata lainnya seperti tombak, kapak, sabit, dan pipa besi sebagai pentungan. Meletusnya Insiden Santa Cruz tidak lepas dari kebijakan pemerintah Jakarta. Dalam analisinya, Sintong Panjaitan mengatakan bahwa semua ini tidak lepas dari kebijakan Presiden Soeharto. Keberhasilan operasi teritorial selama satu setengah tahun mendorong Presiden Soeharto memutuskan bahwa Timtim dinyatakan sebagai daerah terbuka, seperti 26 provinsi lainnya. Menurut Sintong, keputusan Soeharto pada tahun 1990 itu tergesa-gesa. Keputusan itu menimbulkan gejolak sosial yang mengarah kepada perpecahan di masyarakat. Membanjirnya pendatang di Timtim menimbulkan bibit pertentangan yang bersifat SARA. Di kalangan penduduk asli Timtim telah muncul perasaan tidak senang dengan kedatangan suku Makassar dan Bugis yang di anggap sebagai kelompok penghisap baru dan menghambat kehidupan ekonomi mereka. Para pendatang menguasai perdagangan sampai tingkat kecamatan. Kondisi sosial politik masyarakat Timor Timur saat itu mirip jerami kering yang siap dibakar. ☆ Sabotase oleh Kelompok Prabowo ? Mayjen Sintong Panjaitan tahu Peristiwa 12 November 1991 pada saat ia sedang bersama KSAD Jenderal Edi Sudrajat mengikuti rapat Akmil, Magelang. Esok harinya ia langsung terbang ke Dili untuk mengambil alih pimpinan. Bagi Sintong ini adalah titik balik dari karier militernya yang cemerlang. (Diberitakan Sintong kedepan akan mendapat tugas baru sebagai Asisten 2/operasi Panglima ABRI dalam buku Hendo Subroto, 2009, Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, halaman 399). Sintong merasa dalam Insiden 12 November di Dili, terdapat unsur sabotase. Menurut Sintong, "Memang benar ada orang-orang, mereka itu tentara juga, tetapi mereka berpakaian preman atau berpakaian seragam militer tidak teratur yang berada di luar komando, ikut menembak juga di situ." Keadaan orang-orang yang tidak di kenal itu, dibenarkan oleh Kolonel Binsar Aruan sebagai Komandan Sektor C berdasarkan masukan informasi tentang orang-orang tak dikenal yang berada di sekitar pekuburan umum Santa Cruz. Dalam Laporan yang diliris April 2008, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Timor Leste menemukan sejumlah kesaksian yang menyebutkan penembakan dilakukan oleh belasan prajurit dari Kompi A Batalyon 303. Menurut laporan itu, sejumlah tentara bertelanjang dada menembak dari dalam Taman Makam Pahlawan Seroja yang berseberangan dengan pekuburan Santa Cruz. Sintong mengaku tidak mengerti mengapa para prajurit itu ada di lokasi. Sebagian anggota batalyon itu sedang diistirahatkan dari operasi karena stres dan jenuh di hutan. Mengapa mereka ada di Santa Cruz? Dikabarkan bahwa kecurigaan Sintong mengarah kepada Prabowo. Hubungan keduanya memang sudah tak akur sejak 1985. Sintong curiga karena Prabowo sering datang ke Dili, menemui Letkol Sjafrie Sjamsoeddin--Wakil Komandan Satgas Intel Kolakops Timor Timur, padahal Prabowo sudah tidak bertugas disana. Selain itu, Prabowo juga sering menemui tokoh kelompok prointegrasi garis keras, seperti Bupati Manatuto, Abilio Jose Osorio Soares. Sintong Panjaitan merasa ada yang melaporkan kesalahannya kepada Presiden Soeharto. Menurut Sintong, Mabes ABRI pernah memberitahukan kepadanya bahwa pada waktu itu Mabes ABRI belum menyampaikan laporan resmi tentang Peristiwa 12 November di Dili kepada Presiden Soeharto. Namun, memang sudah banyak laporan masuk ke Presiden, berasal dari Prabowo dan Letkol Sjafrie Sjamsoeddin, Wakil Komandan Satgas Intel Kolakops Timor Timur. Insiden Santa Cruz membawa perubahan bagi persaingan internal tentara. Karena tekanan dunia internasional, ABRI harus bersikap tegas. Maka dibentuklah Dewan Kehormatan Perwira (DKP) untuk menuntaskan insiden ini. Mayjen Feisal Tanjung terpilih sebagai Ketua DKP. Sidang DKP memutuskan untuk memberhentikan Mayjen Sintong Panjaitan dari Jabatam Pangdam Udayana. Sedangkan Brigjen R.S. Warouw dicopot dari jabatan Pangkoopskam Timtim dan dipensiunkan dari dinas militer. Karier militer Mayjen Sintong Panjaitan pun berakhir, Dia memang tidak serta merta dipecat, tetapi mustahil baginya mendapatkan jabatan strategis dan prestisius. Sangat bertentangan dengan ramalan banyak pihak sebelum Insiden Santa Cruz, bahwa Sintong memiliki peluang dengan untuk menjadi Panglima ABRI. Kelak Sintong pensiun dengan pangkat Letnan Jenderal. Pangkat yang persis sama dengan Prabowo Subianto. Nasibnya juga sama--difavoritkan untuk jabatan KSAD dan kemudian Pangab, tetapi kariernya harus ditentukan oleh sidang Dewan Kehormatan Perwira. Enam setengah tahun kemudian, Sintong Panjaitan dan Prabowo Subianto akan bertemu kembali dalam situasi dan kondisi yang sangat berbeda.

☆ Dikutip dari buku Sintong & Prabowo: Dari 'Kudeta L.B. Moerdani' Sampai 'Kudeta Prabowo', A. Pambudi, 2009 Copy and WIN : http://******/KNICZ

Copy and WIN : http://******/KNICZ

karinaputri80 19th February 2016 10:21

tentang orang-orang tak dikenal yang berada di sekitar pekuburan umum Santa Cruz.

selmahamida 27th July 2017 15:08

tentara Indonesia saat itu juga dalam keadaan terdesak. setiap orang memiliki naluri untuk melindungi diri


All times are GMT +8. The time now is 13:53.


Powered by vBulletin
Copyright © 2000 - 2006, Jelsoft Enterprises Ltd.