DetikForum

DetikForum (http://forum.detik.com/index.php)
-   Pendidikan (http://forum.detik.com/forumdisplay.php?f=128)
-   -   Teori IQ, EQ, dan SQ (http://forum.detik.com/showthread.php?t=29317)

peace_maker 16th March 2008 12:25

Teori IQ, EQ, dan SQ
 
Sering kali kita mendengar istilah IQ, EQ dan SQ, tapi tidak paham dengan apa yg dimaksud. Semoga artikel di bawah ini bisa dapat memberikan secercah pengetahuan buat rekan detik-ers semuanya :cheers:

Selayang Pandang IQ, EQ dan SQ


Oleh: Ubaydillah, AN
Jakarta, 19 Mei 2004

Manusia adalah makhluk yang paling cerdas, dan Tuhan, melengkapi manusia dengan komponen kecerdasan yang paling kompleks. Sejumlah temuan para ahli mengarah pada fakta bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan paling unggul dan akan menjadi unggul asalkan bisa menggunakan keunggulannya. Kemampuan menggunakan keunggulan ini dikatakan oleh William W Hewitt, pengarang buku The Mind Power, sebagai faktor yang membedakan antara orang jenius dan orang yang tidak jenius di bidangnya.

Sayangnya, menurut Leonardo Da Vinci, kebanyakan manusia me-nganggur-kan kecerdasan itu. Punya mata hanya untuk melihat tetapi tidak untuk memperhatikan, punya perasaan hanya untuk merasakan tetapi tidak untuk menyadari, punya telinga hanya untuk mendengar tetapi tidak untuk mendengarkan dan seterusnya.



Penemuan Seputar Kecerdasan


Thorndike adalah salah satu ahli yang membagi kecerdasan manusia menjadi tiga, yaitu kecerdasan Abstrak -- Kemampuan memahami simbol matematis atau bahasa, Kecerdasan Kongkrit -- kemampuan memahami objek nyata dan Kecerdasan Sosial – kemampuan untuk memahami dan mengelola hubungan manusia yang dikatakan menjadi akar istilah Kecerdasan Emosional ( Stephen Jay Could, On Intelligence, Monash University: 1994)

Pakar lain seperti Charles Handy juga punya daftar kecerdasan yang lebih banyak, yaitu: Kecerdasan Logika (menalar dan menghitung), Kecerdasan Praktek (kemampuan mempraktekkan ide), Kecerdasan Verbal (bahasa komunikasi), Kecerdasan Musik, Kecerdasan Intrapersonal (berhubungan ke dalam diri), Kecerdasan Interpersonal (berhubungan ke luar diri dengan orang lain) dan Kecerdasan Spasial (Inside Organizaion: 1990)

Bahkan pakar Psikologi semacam Howard Gardner & Associates konon memiliki daftar 25 nama kecerdasan manusia termasuk misalnya saja Kecerdasan Visual / Spasial, Kecerdasan Natural (kemampuan untuk menyelaraksan diri dengan alam), atau Kecerdasan Linguistik (kemampuan membaca, menulis, berkata-kata), Kecerdasan Logika (menalar atau menghitung), Kecerdasan Kinestik / Fisik (kemampuan mengolah fisik seperti penari, atlet, dll), Kecerdasan sosial yang dibagi menjadi Intrapersonal dan Interpersonal (Dr. Steve Hallam, Creative and leadership, Colloquium in Business, Fall: 2002).




Kecerdasan Intelektual, Emosional & Spiritual
1.

Seputar Kecerdasan Intelektual

Sudah bertahun-tahun dunia akademik, dunia militer (sistem rekrutmen dan promosi personel militer) dan dunia kerja, menggunakan IQ sebagai standar mengukur kecerdasan seseorang. Tetapi namanya juga temuan manusia, istilah tehnis yang berasal dari hasil kerja Alfred Binet ini (1857 – 1911) lama kelamaan mendapat sorotan dari para ahli dan mereka mencatat sedikitnya ada dua kelemahan (bukan kesalahan) yang menuntut untuk diperbaruhi, yaitu:

a. Pemahaman absolut terhadap skor IQ .

Steve Hallam berpandangan, pendapat yang menyatakan kecerdasan manusia itu sudah seperti angka mati dan tidak bisa diubah, adalah tidak tepat. Penemuan modern menunjuk pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu hanya 42% yang dibawa dari lahir, sementara sisanya, 58% merupakan hasil dari proses belajar.

b. Cakupan kecerdasan manusia : kecerdasan nalar, matematika dan logika

Steve Hallam sekali lagi mengatakan bahwa pandangan tersebut tidaklah tepat, sebab dewasa ini makin banyak pembuktian yang mengarah pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu bermacam-macam. Buktinya, Michael Jordan dikatakan cerdas selama berhubungan dengan bola basket. Mozart dikatakan cerdas selama berurusan dengan musik. Mike Tyson dikatakan cerdas selama berhubungan dengan ring tinju.


2.


Seputar Kecerdasan Emosional (EQ)
Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama tehnis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat


3.


Seputar Kecerdasan Spiritual


Danah Zohar, penggagas istilah tehnis SQ (Kecerdasan Spiritual) dikatakan bahwa kalau IQ bekerja untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam (telinga perasaan), maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’ ( Danah Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate intelligence: 2001).

Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi ter-kavling-kavling sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber – SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.


Penerapan IQ-EQ-SQ Dalam Kehidupan


IQ, EQ, dan SQ bisa digunakan dalam mengambil keputusan tentang hidup kita. Seperti yang kita alami setiap hari, keputusan yang kita buat, berasal dari proses :

1. merumuskan keputusan,

2. menjalankan keputusan atau eksekusi,

3. menyikapi hasil pelaksanaan keputusan.

Rumusan keputusan itu seyogyanya didasarkan pada fakta yang kita temukan di lapangan realita (apa yang terjadi) – bukan berdasarkan pada kebiasaan atau preferensi pribadi suka – tidak suka. Kita bisa menggunakan IQ yang menonjolkan kemampuan logika berpikir untuk menemukan fakta obyektif, akurat, dan untuk memprediksi resiko, melihat konsekuensi dari setiap pilihan keputusan yang ada.

Rencana keputusan yang hendak kita ambil – hasil dari penyaringan logika, juga tidak bisa begitu saja diterapkan, semata-mata demi kepentingan dan keuntungan diri kita sendiri. Bagaimana pun, kita hidup bersama dan dalam proses interaksi yang konstan dengan orang lain. Oleh sebab itu, salah satu kemampuan EQ, yaitu kemampuan memahami (empati) kebutuhan dan perasaan orang lain menjadi faktor penting dalam menimbang dan memutuskan. Banyak fakta dan dinamika dalam hidup ini, yang harus dipertimbangkan, sehingga kita tidak bisa menggunakan rumusan logika – matematis untung rugi.

Kita pun sering menjumpai kenyataan, bahwa faktor human touch, turut mempengaruhi penerimaan atau penolakan seseorang terhadap kita (perlakuan kita, ide-ide atau bahkan bantuan yang kita tawarkan pada mereka). Salah satu contoh kongkrit, di Indonesia, budaya “kekeluargaan” sangat kental mendominasi dan mempengaruhi perjanjian bisnis, atau bahkan penyelesaian konflik.



Kesimpulan


Perlu diakui bahwa IQ, EQ dan SQ adalah perangkat yang bekerja dalam satu kesatuan sistem yang saling terkait (interconnected) di dalam diri kita, sehingga tak mungkin juga kita pisah-pisahkan fungsinya. Berhubungan dengan orang lain tetap membutuhkan otak dan keyakinan sama halnya dengan keyakinan yang tetap membutuhkan otak dan perasaan. Seperti kata Thomas Jefferson atau Anthony Robbins, meskipun keputusan yang dibuat harus berdasarkan pengetahuan dan keyakinan sekuat batu karang, tetapi dalam pelaksanaannya, perlu dijalankan se-fleksibel orang berenang.

Aplikasi keputusan dengan IQ, EQ, dan SQ ini hanyalah satu dari sekian tak terhitung cara hidup, dan seperti kata Bruce Lee, strategi yang paling baik adalah strategi yang kita temukan sendiri di dalam diri kita. “Kalau kamu berkelahi hanya berpaku pada penggunaan strategi yang diajarkan buku di kelas, namanya bukan berkelahi (tetapi belajar berkelahi)”. Selamat mencoba. (Jr)

dikutip dari http://www.e-psikologi.com/pengembangan/190504.htm

rfshomepage 16th March 2008 12:44

gantian akh... gw yg berpartisipasi...di tritnya mba peace_maker

wah, mo komentar apa yach... hmm sambil baca dulu yach sekalian posting pembukaan dulu aj dech
wow, info & sharing yg bagus nih mba...
makacih atas pencerahannya

siMbah 16th March 2008 12:45

Quote:

Originally Posted by peace_maker (Post 1487217)
Sering kali kita mendengar istilah IQ, EQ dan SQ, tapi tidak paham dengan apa yg dimaksud. Semoga artikel di bawah ini bisa dapat memberikan secercah pengetahuan buat rekan detik-ers semuanya :cheers:


Aplikasi keputusan dengan IQ, EQ, dan SQ ini hanyalah satu dari sekian tak terhitung cara hidup, dan seperti kata Bruce Lee, strategi yang paling baik adalah strategi yang kita temukan sendiri di dalam diri kita. “Kalau kamu berkelahi hanya berpaku pada penggunaan strategi yang diajarkan buku di kelas, namanya bukan berkelahi (tetapi belajar berkelahi)”. Selamat mencoba. (Jr)

dikutip dari http://www.e-psikologi.com/pengembangan/190504.htm

yang di Bold aku setuju banget...
nasehat bapak sewaktu meningglkan kampung dulu : bukan hanya logika tapi juga etika, estetika, serta semangat spiritual ntuk menjadikan hidup menjadi bahagia... dan kesemuanya didapatkan melalui proses, dalam hidup itu sendiri.. pembelajaran adalah proses...

peace_maker 16th March 2008 13:18

Quote:

Originally Posted by rfshomepage (Post 1487331)
gantian akh... gw yg berpartisipasi...di tritnya mba peace_maker

wah, mo komentar apa yach... hmm sambil baca dulu yach sekalian posting pembukaan dulu aj dech
wow, info & sharing yg bagus nih mba...
makacih atas pencerahannya

silahkan di baca dan di pahami dulu bro, ditunggu tanggapannya :cheers:
Quote:

Originally Posted by siMbah (Post 1487334)
yang di Bold aku setuju banget...
nasehat bapak sewaktu meningglkan kampung dulu : bukan hanya logika tapi juga etika, estetika, serta semangat spiritual ntuk menjadikan hidup menjadi bahagia... dan kesemuanya didapatkan melalui proses, dalam hidup itu sendiri.. pembelajaran adalah proses...

:iagree:, pembelajaran itu adalah proses, bukan turun dari langit , takes time mbah :cheers:

fertygo 16th March 2008 13:44

hebat mbak!:clap:
minta ijin copy ya?:cheers:

peace_maker 16th March 2008 13:56

Quote:

Originally Posted by fertygo (Post 1487666)
hebat mbak!:clap:
minta ijin copy ya?:cheers:

buat nambah wawasan fer :cheers:
kalau mengambil artikel dari situs resmi begini memang lebih baik kalau dicantumkan sumbernya dari mana.

fertygo 16th March 2008 14:04

Quote:

Originally Posted by peace_maker (Post 1487750)
buat nambah wawasan fer :cheers:
kalau mengambil artikel dari situs resmi begini memang lebih baik kalau dicantumkan sumbernya dari mana.

bukan maksud gw yg ini mau gw save
gw ijin dulu:cheers:

peace_maker 16th March 2008 14:12

Quote:

Originally Posted by fertygo (Post 1487791)
bukan maksud gw yg ini mau gw save
gw ijin dulu:cheers:

oh iya mangga, sok atuh, silahkan, smoga ada gunanya buat fertygo :cheers:
skalian kasih tanggapannya dong...

fertygo 16th March 2008 14:19

Quote:

Originally Posted by peace_maker (Post 1487844)
oh iya mangga, sok atuh, silahkan, smoga ada gunanya buat fertygo :cheers:
skalian kasih tanggapannya dong...

gw sendiri punya bukunya yg membahas ini......:smoking:
singkat kata kita tidak bisa hanya mengandalkan IQ.
tapi juga harus menggunakan EQ dan SQ dalam mengambil suatu keputusan.

Charlott3 8th November 2008 12:20

Mau nambahin dikit mpiss...
Mudah² jadi bahan referensi yg berguna khususnya buat para orangtua...

Quote:

Saya ingat waktu di SMA dulu, kami (murid) harus menjalani test IQ untuk
penjurusan. Sekolah saya menetapkan bahwa murid2 dengan IQ tinggi bisa
masuk ke jurusan IPA/Science. Murid dengan IQ sedang hanya bisa masuk
jurusan Sosial dan yang paling rendah IQnya hanya diijinkan untuk masuk
ke jurusan Bahasa.

Aturan di sekolah saya ternyata berlawanan dengan aturan dari SMA swasta
terkenal di Yogyakarta yang mengarahkan anak-anak yang ber IQ paling
tinggi justru ke jurusan Bahasa.

Sewaktu saya diskusi dengan Romo Mangun Wijaya (Alm) tentang kurikulum
sekolah, Beliau mengatakan bahwa pen didikan di Indonesia masih mewarisi
"budaya" kolonial Belanda.

Menurut beliau, seharusnya anak-anak yang kecerdasannya tinggi
seharusnya diarahkan untuk masuk jurusan Sosial supaya di masa mendatang
akan lahir ekonom, hakim, jaksa, pengacara, polisi, diplomat, duta
besar, politisi dsb yang hebat2. Tetapi rupanya hal itu tidak
dikehendaki oleh penguasa (Belanda). Belanda menginginkan anak-anak yang
cerdas tidak memikirkan masalah2 sosial politik. Mereka cukup diarahkan
untuk menjadi tenaga ahli/scientist, arsitektur, ahli computer, ahli
matematika, dokter, dsb yang asyik dengan science di laboratorium
(pokoknya yang nggak membahayakan posisi penguasa). Saya nggak tahu
persis yang benar Romo Mangun Wijaya atau pemerintah Belanda. Hanya saja
waktu itu saya yang kuliah ambil jurusan Kurikulum jadi patah semangat
karena kayaknya kurikulum di Indonesia ini hampir tidak ada hubungannya
dengan kehidupan yang akan dijalani orang setelah keluar dari sekolah.

Kita bisa lihat, Insinyur yang menjadi politisi bahkan memimpin
parlemen,kemudian dokter (umum) bisa menjadi kepala Dinas P & K atau
tenaga marketing, sarjana theologia yang jadi pengusaha, dsb. Sampai
saat ini,masih banyak orang tua dan masyarakat yang beranggapan bahwa
anak yang hebat adalah anak yang nilai matematika dan science-nya menonjol.
Paradigma berpikir orang tua/masyarakat ini sangat mempengaruhi konsep
anak tentang kesuksesan. Bulan Juni 2003 yang lalu, lembaga tempat saya
bekerja mengadakan seminar anak-anak.

Di depan 800-an anak, Kak Seto Mulyadi (Si Komo) menunjukkan 5 Rudy.
- Yang Ke-1 : Rudy Habibie (BJ Habibie) yang genius, pintar bikin
pesawat dan bisa menjadi presiden.
- Yang Ke-2 : Rudy Hartono yang pernah beberapa menjadi juara bulu
tangkis kelas dunia.
- Yang Ke-3 : Rudy Salam yang suka main sinetron di TV
- Yang Ke-4 : Rudy Hadisuwarno yang ahli di bid. kecantikan dan punya
byk salon kecantikan di bbrp kota.
- Yang Ke-5 : Rudy Choirudin yang jago masak dan sering tampil memandu
acara memasak di TV.

Sewaktu Kak Seto bertanya "Rudy yang mana yang paling sukses menurut
kalian?" Hampir semua anak menjawab "Rudy Habibie" Sewaktu ditanyakan
"Mengapa, kalian bilang bahwa yang paling sukses Rudy Habibie?"

Anak-anakpun menjawab "Karena bisa membuat pesawat terbang, bisa menjadi
presiden, dsb" Sewaktu Kak Seto menanyakan "Rudy yang mana yang paling
tidak sukses?" Hampir seluruh anak menjawab "Rudy Choirudin" Ketika
ditanyakan "Mengapa kalian mengatakan bahwa Rudy Choirudin bukan orang
yang sukses?"

Anak-anakpun menjawab "Karena Rudy Choirudin hanya bisa memasak"

Memang begitulah pola pikir dan pola asuh dalam keluarga dan masyarakat
Indonesia pada umumnya yang masih menilai kesuksesan orang dari
karya-karya besar yang dihasilkannya. Masyarakat kita banyak yang belum
bisa melihat kesuksesan adalah pengembangan talenta secara optimal
sehingga bisa dimanfaatkan dalam kehidupan yang dijalaninya dengan "enjoy".

Banyak masyarakat kita yang beranggapan bahwa IQ adalah segala-galanya.
Padahal kenyataannya EQ, SQ dan faktor2 lain juga sangat menentukan.
Dalam seminar tsb Kak Seto hanya ingin merubah paragidma berpikir
anak-anak (dan juga orang tua/keluarga) . Anak-anak dan orang tua harus
menyadari dan mensyukuri setiap talenta yang diberikan oleh Tuhan.

Bila talenta tersebut dikembangkan dengan baik, maka kita bisa mencapai
kesuksesan di "bidangnya".
Jadi untuk anak-anak yang tidak pintar
matematika, anak2 tidak perlu minder dan orang tua tidak perlu malu atau
menekan anak. Anak-anak yang lebih menyukai pelajaran menggambar
daripada pelajaran2 lain, bukanlah anak-anak yang bodoh karena justru
anak2 yang punya imajinasi tinggilah yang pintar menggambar/ melukis.
Anak-anak yang suka ngobrol, kalau kita arahkan bisa saja kelak menjadi
politisi atau negotiator yang baik. Anak-anak yang banyak bicara, kalau
diarahkan untuk menuliskan apa yang ingin dibicarakan bisa2 menjadi penulis yang hebat.



All times are GMT +8. The time now is 02:14.


Powered by vBulletin
Copyright © 2000 - 2006, Jelsoft Enterprises Ltd.