DetikForum

DetikForum (http://forum.detik.com/index.php)
-   Sosial Budaya (http://forum.detik.com/forumdisplay.php?f=52)
-   -   Mencermati Tujuan Tilang (http://forum.detik.com/showthread.php?t=1949505)

adama 20th February 2019 02:33

Niru negara eropa sahaja, tilang tidak ada denda tapi diganti dengan peringatan beberapa kali sampe surat izin mengemudi dicabut dan izin mengemudi dipersulit dapatnya lagi, berani mengemudi tak punya izin hukumannya penjara.

Kalau tidak salah Finlandia yang menerapkan hukum diatas, dapat SIM itu sangat sulit, saking sulitnya warga mungkin hanya punya 1x kesempatan dapat seumur hidupnya. Warga yang cukup umur boleh ikut ujian dapat SIM, tapi driver pemula hanya boleh pegang SIM "percobaan" setelah lolos ujian. Sekali sahaja melanggar peraturan, SIM percobaannya gugur dan harus ngulang lagi proses dari awal, hal ini untuk melatih driver pemula supaya lebih berhati-hati dan disiplin bawa kendaraan.

Ketika pegang SIM penuh warga melakukan pelanggaran dia hanya dapat peringatan enggak ada denda, namun jika dia melakukan pelanggaran lagi sampe batas yang ditentukan tak perduli pelanggarannya berbeda-beda, SIM langsung dicabut dan harus mengulang lagi proses dapatinnya kek driver pemula, untuk pelanggaran berat bahkan bisa dicabut permanen alias di banned kagak boleh mengemudi lagi.

Di Indonesia agak sulit diterapkan bukan karena warganya, melainkan karena SIM itu "lahan basah".

Ngunu wae :nyengir:

freya. 20th February 2019 05:02

Quote:

Originally Posted by mabok_perawan (Post 39049041)
pelanggar lalu lintas karena tidak disiplin, apakah mendisiplinkan orang harus dengan denda ? sama halnya dengan seorang kristiani tidak rajin kebaktian bentuk ketidaksiplinan, apakah harus didenda/dihukum agar displin ?
ngunu wae

Sebetulnya gak usah pake bawa-bawa agama sih, Pak.. irrelevant.

Kalo menurut saya, tujuan hukum itu untuk mengatur kehidupan masyarakat.. dan hukum itu baru bisa ditegakkan kalo ada sanksi nya.. Sanksi umumnya berbentuk denda / kurungan.. dan pelanggaran lalu lintas biasanya sanksi nya ya denda. Sebetulnya denda itu kan bukan untuk masuk ke kantong pribadi polisi, tapi untuk negara.. Nah tugas negara untuk mikirin gimana caranya supaya praktek penyelewengan denda kendaraan bermotor bisa diberantas. Saya pernah baca artikel wacana tilang elektronik diberlakukan di jakarta dan menurut saya itu salah satu langkah yang baik dalam upaya memberantas "salam tempel" dan menegakkan peraturan lalu-lintas .

freya. 20th February 2019 05:16

Quote:

Originally Posted by rembulan_emas (Post 39048779)
memangnya Pelanggar lalu lintas masuk ranah pidana ??? :nyengir::nyengir:
lha itu motor-motornya sendiri koq :nyengir:

Pak, mau itu motornya sendiri, motor emaknya, motor tetangganya atau motor hasil ngebegal, yang namanya kalo itu motor udah dibawa ke jalan ya harus ngikut peraturan dan hukum yg berlaku.. kalo kasus pelanggarannya cuma bikin motor si pengemudi penyok akibat dia lawan arus terus nabrak tiang ya itu contoh kasus yg cuma ngerugiin dia sendiri.. Tapi kan seringkali pelanggaran lalin merugikan pihak / pengemudi lain, dan bahkan menyebabkan kematian.. dan kalo udah kayak gitu korban kecelakaan sangat berhak untuk menuntut keadilan di meja hijau.

Quote:

Hukum pidana bertujuan untuk melindungi kepentingan umum yang memiliki implikasi secara langsung pada masyarakat secara luas (umum), dimana apabila suatu tindak pidana dilakukan, berdampak buruk terhadap keamanan, ketenteraman, kesejahteraan dan ketertiban umum di masyarakat.

mabok_perawan 20th February 2019 07:16

Quote:

Originally Posted by freya. (Post 39049573)
Sebetulnya gak usah pake bawa-bawa agama sih, Pak.. irrelevant.

relevan koq :nyengir: kedisiplinan muncul karena kebiasaan dan kebiasaan yang disiplin ada karena norma, norma agama salah satu bagian dari jenis-jenis norma.
sample , sebelum ada peraturan lalu lintas warga Indonesia sudah terbiasa berjalan, bersepeda, berkuda, dll dijalur sebelah kiri beda juga dibarat dijalur kanan ketika berkendara, ini indikasi bahwa kedisiplinan muncul karena kebiasaan bukan karena aturan yang berdenda...iku point siji
Quote:

Kalo menurut saya, tujuan hukum itu untuk mengatur kehidupan masyarakat.. dan hukum itu baru bisa ditegakkan kalo ada sanksi nya.. Sanksi umumnya berbentuk denda / kurungan.. dan pelanggaran lalu lintas biasanya sanksi nya ya denda. Sebetulnya denda itu kan bukan untuk masuk ke kantong pribadi polisi, tapi untuk negara.. Nah tugas negara untuk mikirin gimana caranya supaya praktek penyelewengan denda kendaraan bermotor bisa diberantas. Saya pernah baca artikel wacana tilang elektronik diberlakukan di jakarta dan menurut saya itu salah satu langkah yang baik dalam upaya memberantas "salam tempel" dan menegakkan peraturan lalu-lintas .
kalau Denda sekedar tujuan mendisiplinkan pengendara tentu saja dari tahun ketahun tetap bukan malah bertambah, bahkan denda saat ini lebih mahal dari harga motor, ini bukti indikasi tilang berdenda "money oriented"
begitu juga jika denda jika masuk kas negara seharusnya dikembalikan lagi ke pengendara, selama ini beban pengendara sudah banyak SIM, Pajak kendaraan, Parkir Langganan, dll opo ini ora cukup...ane kira polisi sudah cukup gemuk, kalo tak percaya 90% polisi berbodi "hamil " :nyengir:

menyinggung tilang elektronik berbasis cctv, ini bisa diakali karena tilang berlaku melihat no kendaraan, pemotor/pengendara bisa mengakali merubah nomor plat, endingnya yang kena tilang penendara lain....:nyengir: ini tak dipikirkan pihak polisi sepele namun krusial, ngunu wae

kumalraj 20th February 2019 09:37

Quote:

Originally Posted by adama (Post 39049498)
Niru negara eropa sahaja, tilang tidak ada denda tapi diganti dengan peringatan beberapa kali sampe surat izin mengemudi dicabut dan izin mengemudi dipersulit dapatnya lagi, berani mengemudi tak punya izin hukumannya penjara.

Kalau tidak salah Finlandia yang menerapkan hukum diatas, dapat SIM itu sangat sulit, saking sulitnya warga mungkin hanya punya 1x kesempatan dapat seumur hidupnya. Warga yang cukup umur boleh ikut ujian dapat SIM, tapi driver pemula hanya boleh pegang SIM "percobaan" setelah lolos ujian. Sekali sahaja melanggar peraturan, SIM percobaannya gugur dan harus ngulang lagi proses dari awal, hal ini untuk melatih driver pemula supaya lebih berhati-hati dan disiplin bawa kendaraan.

Ketika pegang SIM penuh warga melakukan pelanggaran dia hanya dapat peringatan enggak ada denda, namun jika dia melakukan pelanggaran lagi sampe batas yang ditentukan tak perduli pelanggarannya berbeda-beda, SIM langsung dicabut dan harus mengulang lagi proses dapatinnya kek driver pemula, untuk pelanggaran berat bahkan bisa dicabut permanen alias di banned kagak boleh mengemudi lagi.

Di Indonesia agak sulit diterapkan bukan karena warganya, melainkan karena SIM itu "lahan basah".

Ngunu wae :nyengir:

Mau ganti aturan apapun selama polisi lalu lintas Indonesia masih belum berubah wataknya, tetap pelanggar akan bayar uang.

freya. 20th February 2019 10:38

Quote:

Originally Posted by adama (Post 39049498)
Niru negara eropa sahaja, tilang tidak ada denda tapi diganti dengan peringatan beberapa kali sampe surat izin mengemudi dicabut dan izin mengemudi dipersulit dapatnya lagi, berani mengemudi tak punya izin hukumannya penjara.

Kalau tidak salah Finlandia yang menerapkan hukum diatas, dapat SIM itu sangat sulit, saking sulitnya warga mungkin hanya punya 1x kesempatan dapat seumur hidupnya. Warga yang cukup umur boleh ikut ujian dapat SIM, tapi driver pemula hanya boleh pegang SIM "percobaan" setelah lolos ujian. Sekali sahaja melanggar peraturan, SIM percobaannya gugur dan harus ngulang lagi proses dari awal, hal ini untuk melatih driver pemula supaya lebih berhati-hati dan disiplin bawa kendaraan.

Ketika pegang SIM penuh warga melakukan pelanggaran dia hanya dapat peringatan enggak ada denda, namun jika dia melakukan pelanggaran lagi sampe batas yang ditentukan tak perduli pelanggarannya berbeda-beda, SIM langsung dicabut dan harus mengulang lagi proses dapatinnya kek driver pemula, untuk pelanggaran berat bahkan bisa dicabut permanen alias di banned kagak boleh mengemudi lagi.

Di Indonesia agak sulit diterapkan bukan karena warganya, melainkan karena SIM itu "lahan basah".

Ngunu wae :nyengir:

Jadi pada contoh atas, apakah bikin SIM dan ikut ujian ngambil sim di negara tsb bayar atau gratis?

Gak tau gimana di negara yg Pak Adama maksud, tapi kalo di Oz ujian ngambil SIM itu bayar.. utk ujian praktek sekitar $50an.. kalo gagal ya ngulang lagi dan bayar lagi.. Sebelom full license juga biasanya dapat SIM learner (bukan full license).

Jadi kalo ujian ngambil sim bayar, ngulang bayar, bikin sim bayar, maka biarpun gak ada denda, toh tetap si pelanggar harus keluar duit juga

freya. 20th February 2019 11:16

Quote:

Originally Posted by mabok_perawan (Post 39049661)
relevan koq :nyengir: kedisiplinan muncul karena kebiasaan dan kebiasaan yang disiplin ada karena norma, norma agama salah satu bagian dari jenis-jenis norma.
sample , sebelum ada peraturan lalu lintas warga Indonesia sudah terbiasa berjalan, bersepeda, berkuda, dll dijalur sebelah kiri beda juga dibarat dijalur kanan ketika berkendara, ini indikasi bahwa kedisiplinan muncul karena kebiasaan bukan karena aturan yang berdenda...iku point siji

Pak kalo cuman jalan di sebelah kiri itu dibilang disiplin karena kebiasaan sih terus terang saya bingung, Pak.. lah kalo saya mah jalan di sebelah kiri bukan karena faktor disiplin melainkan faktor common sense.. karena kalo saya jalan di tengah / kanan jalan maka saya berpotensi ketabrak mobil kemudian mati, mampus, wafat, mokat, is dead.

Pernyataan bapak: sebelum ada peraturan lalu lintas, warga Indo sudah terbiasa jalan, berkuda, bersepeda di jalur kiri >> pertanyaan saya adalah: pertama, apakah peraturan dibentuk / dirancang mengacu pada kebiasaan atau memikirkan faktor tingkat keamanan dan kenyamanan masyarakat? #2 kalo semua dari dulu (menurut bapak) cuma terbiasa beroperasi di lajur kiri, kenapa diciptakan lajur tengah dan kanan.

Quote:

kalau Denda sekedar tujuan mendisiplinkan pengendara tentu saja dari tahun ketahun tetap bukan malah bertambah, bahkan denda saat ini lebih mahal dari harga motor, ini bukti indikasi tilang berdenda "money oriented"
begitu juga jika denda jika masuk kas negara seharusnya dikembalikan lagi ke pengendara, selama ini beban pengendara sudah banyak SIM, Pajak kendaraan, Parkir Langganan, dll opo ini ora cukup...ane kira polisi sudah cukup gemuk, kalo tak percaya 90% polisi berbodi "hamil " :nyengir:
Petugas pajak jg sama Pak.. subur-subur.. ya balik lagi ke kebiasaan dan norma yg Bapak blg kali ya.. karena mental nya kita masi melumrahkan menyuap dan disuap.. yg penting urusan cepet beres.

Padahal kan kalo pengendara gak mau nyuap polisi, bisa minta surat tilang.. dan ngurus ke pengadilan.. konon bisa lebih murah drpada nyuap polisi apalagi polisi yg nongkrong di daerah protokol.

Mgkn negara harus bikin kemudahan dlm nyetor denda dan ngurus tilang.. seperti bisa bayar denda lewat ATM atau m-banking.

Sebetulnya yg bapak keselin soal polisi itu kan yg pada denda di tempat kan? (Kalo saya gak salah nangkep) Sebetulnya para polisi itu jg melanggar hukum kan.. Lah disuruhnya ngeluarin surat tilang utk kas negara eh malah nilep.

Kalo soal besarnya denda yg meningkat dan bukan stagnan, menurut saya, mgkn krn faktor inflasi juga. Harga kerupuk aja naik, Pak.

Misal taon 80 denda nerobos lampu merah Rp 500,- trus 2019 jg tetep harus 500.. ya duit 500 di taon 80 kan udah beda nilainya di jaman now.


Quote:

menyinggung tilang elektronik berbasis cctv, ini bisa diakali karena tilang berlaku melihat no kendaraan, pemotor/pengendara bisa mengakali merubah nomor plat, endingnya yang kena tilang penendara lain....:nyengir: ini tak dipikirkan pihak polisi sepele namun krusial, ngunu wae
ya kalo saya sih (misal saya jd pengemudi), saya gak akan merencanakan pelanggaran lalin saya sebelomnya dan berjaga-jaga dengan plat bodong. Lah ngerepotin saya aja nanti kalo tiba2 ada operasi surat-surat kendaraan bermotor dan surat2 saya gak sesuai dgn plat kendaraan.

Kalo saya, pertama kali dgr wacana tilang elektronik, sy malah takutnya kameranya (entah bgmn caranya) dicopotin dan diembat.

adama 20th February 2019 12:20

Quote:

Originally Posted by kumalraj (Post 39049925)
Mau ganti aturan apapun selama polisi lalu lintas Indonesia masih belum berubah wataknya, tetap pelanggar akan bayar uang.

Ya setidaknya berkurang, kan yang berubah aturan diatas. :D

adama 20th February 2019 12:23

Quote:

Originally Posted by freya. (Post 39050099)
Jadi pada contoh atas, apakah bikin SIM dan ikut ujian ngambil sim di negara tsb bayar atau gratis?

Gak tau gimana di negara yg Pak Adama maksud, tapi kalo di Oz ujian ngambil SIM itu bayar.. utk ujian praktek sekitar $50an.. kalo gagal ya ngulang lagi dan bayar lagi.. Sebelom full license juga biasanya dapat SIM learner (bukan full license).

Jadi kalo ujian ngambil sim bayar, ngulang bayar, bikin sim bayar, maka biarpun gak ada denda, toh tetap si pelanggar harus keluar duit juga

Kuliah aja gratis (kecuali S2) apalagi cuman bikin SIM, bayar pajak tinggi pun warga masih seneng pelayanan serba gratis. Enggak kek disini semua dipajakin, tapi apa-apa harus bayar. :D

freya. 20th February 2019 12:48

Quote:

Originally Posted by adama (Post 39049498)
Niru negara eropa sahaja, tilang tidak ada denda tapi diganti dengan peringatan beberapa kali sampe surat izin mengemudi dicabut dan izin mengemudi dipersulit dapatnya lagi, berani mengemudi tak punya izin hukumannya penjara.

Kalau tidak salah Finlandia yang menerapkan hukum diatas, dapat SIM itu sangat sulit, saking sulitnya warga mungkin hanya punya 1x kesempatan dapat seumur hidupnya. Warga yang cukup umur boleh ikut ujian dapat SIM, tapi driver pemula hanya boleh pegang SIM "percobaan" setelah lolos ujian. Sekali sahaja melanggar peraturan, SIM percobaannya gugur dan harus ngulang lagi proses dari awal, hal ini untuk melatih driver pemula supaya lebih berhati-hati dan disiplin bawa kendaraan.

Ketika pegang SIM penuh warga melakukan pelanggaran dia hanya dapat peringatan enggak ada denda, namun jika dia melakukan pelanggaran lagi sampe batas yang ditentukan tak perduli pelanggarannya berbeda-beda, SIM langsung dicabut dan harus mengulang lagi proses dapatinnya kek driver pemula, untuk pelanggaran berat bahkan bisa dicabut permanen alias di banned kagak boleh mengemudi lagi.

Di Indonesia agak sulit diterapkan bukan karena warganya, melainkan karena SIM itu "lahan basah".

Ngunu wae :nyengir:

Ah masak sih Pak di finlandia denda lalu lintas gratis??



Quote:

Around 3,400 people die in traffic crashes every day, leading to around 1.25 million deaths globally each year.

One-third of these deaths are caused by speeding, according to the World Health Organization. With road traffic crashes the leading cause of death among young people, some countries are coming up with innovative ways to stop people speeding.

In Finland, speeding fines are linked to salary. The Finns run a "day fine" system that is calculated on the basis of an offender daily disposable income generally their daily salary divided by two.

The more a driver is over the speed limit, the greater the number of day fines they will receive.

sumber
Cilukkkk ba kekokkk..


Ayo Pak coba diinget inget lagi nama negaranya


All times are GMT +8. The time now is 16:10.


Powered by vBulletin
Copyright © 2000 - 2006, Jelsoft Enterprises Ltd.