serdaduwaktu |
11th October 2017 16:02 |
Ricuh `Ala Gladiator` Liga 2 PSBK vs Persewangi, Akibat Ulah PSSI dan Operator Liga?
Sepakbola Indonesia kayaknya jauh dari kata kondusif, kalau kemaren masalah 15 klub Liga 1 yang mogok sudah kelar, datang lagi masalah yang tidak kalah memalukan. Pertandingan Liga 2 PSBK Blitar vs Persewangi Banyuwangi ricuh bahkan adu jotos bak di arena gladiator. Setelah pertandingan tepatnya pas konferensi pers salah satu pelatih mengatakan kalau pertandingan sore itu seharusnya tidak harus dilakukan, loh kok? Ane coba cari beberapa info dan ternyata beginilah kronologisnya bro
Quote:
1. Operator Liga, PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) menetapkan Persewangi Banyuwangi sebagai klub yang lolos ke babak play-off, setelah menempati posisi ke-empat klasemen akhir grup 6 dengan poin 18, mengungguli PSBK Blitar yang memiliki perolehan angka sama namun kalah selisih gol. Padahal dalam aturan, selisih gol diperhitungkan setelah melihat head-to-head kedua tim, dan PSBK ternyata lebih unggul dalam H2H - menang 2-0 di Blitar dan kalah 2-1 di Banyuwangi.
2. Keputusan tersebut membuat PSBK mengajukan protes pada PSSI, blundernya PSSI kemudian mengeluarkan kebijakan kontroversial, yaitu menetapkan diadakan play-off khusus antara kedua tim tersebut pada 10 Oktober 2017 di Stadion Kanjuruhan Malang, hingga membuat jadwal babak play-off sebenarnya mundur.
3. PSSI dianggap menabrak aturan meski bisa saja dengan enteng meminta PT LIB mematuhi aturan mereka sendiri, yang dengan otomatis meloloskan PSBK. Bahkan, pertandingan play-off itu sendiri juga dikeluhkan oleh manajer Persewangi, Hari Wijaya.
"Play off khusus tidak ada di regulasi Liga 2. Oleh karena itu kami memohon dengan hormat dan menghormati pejuang olahraga di Liga 2, jangan membuat keputusan setelah kompetisi selesai. Ini menjadi kecelakaan organisasi terbesar di Tanah Air," ujarnya.
4.Sempat menolak bertanding, Persewangi akhirnya tetap muncul di hari laga untuk bertarung dengan PSBK
5. Gelagat kurang sportif sudah ditunjukkan bahkan sebelum peluit kick-off dibunyikan. Pemain Persewangi tidak mau berjabat tangan dengan pemain PSBK, yang kemudian dibalas provokasi oleh kiper PSBK
"Pemain Persewangi tidak mau berjabat tangan karena takut dengan kita," seperti yang dilaporkan awak Goal - Abi Yazid - di tempat.
6. Pertandingan berjalan layaknya arena pencak silat, wasit harus mengeluarkan tiga kartu merah dalam tempo 19 menit (dua untuk Persewangi, satu untuk PSBK), karena begitu tidak terkontrolnya emosi para pemain kedua kubu. Hal tersebut ditambah dengan ketidaktegasan wasit dalam memimpin pertandingan
7. PSBK pada akhirnya berhasil memecah kebuntuan pada menit ke-69 melalui gol Prisma Chairul Anwar, untuk membuat mereka unggul 1-0
8. Terjadi keributan besar yang melibatkan pemain, tim cadangan dan ofisial kedua kubu pada menit ke-82, tetapi wasit setelah itu tetap 'nekat' melanjutkan laga
9. Empat menit berselang, wasit akhirnya menyerah untuk meneruskan pertandingan yang sudah tidak dapat dikendalikan ini setelah ia menjadi sasaran amuk pemain Persewangi yang meminta hadiah penalti usai terjadi insiden di kotak penalti PSBK
10. Usai laga, kiper sekaligus kapten Persewangi, Nanda Pradana, mencoba mendinginkan suasana dengan menjelaskan mengapa ia dan rekan-rekannya enggan berjabat tangan sebelum kick-off. 'Kami tidak mau salaman karena memang lawan kami bukan PSBK, saya sudah minta maaf kepada pemain mereka. Kami teman di luar lapangan'Â ungkapnya
|
Catatan hitam (lagi) buat sepakbola Indonesia. Jelas hal-hal kayak gini yang buat sepakbola Indonesia sedikit orang yang mau lirik kerjaannya ribut terus. Keputusan PSSI dan Operator Liga otak-atik regulasi ditengah jalan kompetisi jelas itu tidak bisa dibenarkan. Pihak yang harus dihukum atas kejadian ini bukan hanya tim yang bertanding tapi juga PSSI dan Operator Liga PT LIB harus bertanggung jawab dan introspeksi diri!:thumbsdown1:
Ada tanggapan lain dari sobat deef buat sepakbola indo?
sumber dari Goal.com
|