DetikForum

DetikForum (http://forum.detik.com/index.php)
-   Sosial Budaya (http://forum.detik.com/forumdisplay.php?f=52)
-   -   "Jawanisasi" Mencengkram Berbagai Bidang (http://forum.detik.com/showthread.php?t=1534540)

shiori_kamisaki 22nd April 2017 18:13

"Jawanisasi" Mencengkram Berbagai Bidang
 
Beberapa waktu lalu, kita dihebohkan dengan bagaimana seorang hafidz membaca kitab suci Al-Quran dalam langgam Jawa. Tentu saja ada pro kontra di situ, apakah sebenarnya ini dibenarkan atau tidak.

Tapi jauuuhhhhh sebelum itu, dari penglihatan saya, "Jawanisasi" sudah lama mewabah dalam Gereja Katolik di Indonesia. Sejak Konsili Vatikan II tahun 1965, terjadi pembaharuan dalam bidang peribadahan di Gereja Katolik sedunia, di antaranya bentuk tata ibadah ekaristi yang baru dan diizinkannya penggunaan bahasa dan budaya lokal (inkulturasi), setelah sebelumnya ibadah ekaristi hanya bisa dirayakan dalam bahasa Latin.

Tetapi ketika "inkulturasi" ini diterapkan dalam Gereja di Indonesia, terlihat bahwa budaya Jawa-lah yang dominan. Di antaranya yang bisa saya sebutkan:

1) Panggilan "Romo" terhadap imam/pastor. "Romo" diambil dari bahasa Jawa kromo inggil yang berarti "ayah", dan juga nama tokoh utama dalam wiracarita Ramayana.

2) Penggunaan gong pada saat konsekrasi (peristiwa saat imam mendoakan roti dan anggur yang menjelma menjadi tubuh dan darah Kristus). Di Roma / Vatikan dan gereja2 di Eropa biasanya digunakan lonceng.

3) Sikap umat menyembah roti dan anggur yang menjadi tubuh dan darah Kristus, mirip dengan sikap berdoa umat Hindu dan Kejawen, dengan tangan dikatupkan (anjali mudra) di atas dahi.

Masih banyak lagi yang lainnya. Terasa sekali bahwa Jawanisasi, terutama pada saat Soeharto menjabat sebagai presiden dengan latar belakang kultur Jawa-nya yang kental (tidak seperti Soekarno yang ibunya orang Bali dan belajar di sekolah Belanda).

Kebijakan transmigrasi yang gencar dilakukan, di mana orang2 dari Jawa dipindahkan ke pulau lain dengan alasan "pemerataan penduduk", dipandang secara sinis oleh banyak pihak sebagai upaya "men-Jawa-kan" pulau-pulau lain.

Terbukti, di Provinsi Lampung saat ini sekitar 60% penduduknya adalah suku Jawa, sementara di provinsi2 lain di Sumatera bagian tengah dan selatan jumlahnya sekitar 20-30%. Nama-nama desa berbau Jawa seperti Wonosari, Sidomulyo, Sukorejo, dll dengan mudah kita temukan di Sumatera.

Efeknya adalah konflik antar etnis yang sudah beberapa kali terjadi antara penduduk asli dengan transmigran Jawa ini. Penduduk asli cemburu karena orang2 Jawa ini diberi pembekalan, pelatihan, sehingga mereka berhasil mengolah hasil alam di tempat yang baru.

Selain transmigrasi, Jawanisasi juga terlihat pada aparatur pemerintahan. Orang Jawa ataupun orang2 dengan nama berbau Jawa (apapun etnisnya) lebih gampang menjadi PNS. Kepala daerah, terutama gubernur, diutus oleh pemerintah pusat (bukan melalui pemilihan) dan kebanyakan dari mereka adalah orang Jawa.

Bagaimana bisa Jawanisasi ini mewabah??? Apa sebenarnya kehebatan etnis Jawa, selain jumlah mereka sebagai etnis terbesar di Indonesia, yang membuat mereka seakan-akan menguasai segala aspek di bangsa ini, termasuk agama???

kaldun 22nd April 2017 18:51

ada banyak faktor:
- penduduknya paling besar dan menyebar
- dlm sebuah pertarungan sering terjadi situasi: kalo memang susah ditaklukan kenapa tdk diakomodasi sj?
- lebih acceptable
- mgk jawa dianggap pihak lain cocok dijadikan the leading culture untuk nusantara
- dan mgk masih banyak lg

kaldun 22nd April 2017 18:57

Quote:

Originally Posted by shiori_kamisaki (Post 35806038)
Orang Jawa ataupun orang2 dengan nama berbau Jawa (apapun etnisnya) lebih gampang menjadi PNS. Kepala daerah, terutama gubernur, diutus oleh pemerintah pusat (bukan melalui pemilihan) dan kebanyakan dari mereka adalah orang Jawa.

Mosok sih :bingung:

tp kalopun benar, Tuhan tetap adil saya kira

toh di bidang lain jg terjadi sukuisasi alias suku lain jg kebagian

misalnya:
padangisasi di dunia perdagangan
cinaisasi di dunia perdagangan
batakisasi di dunia hukum mulai jaksa, hakim, sampai pengacara

jd tenanglah
semua akan kebagian

:kewl-pics:

kbc_grab 22nd April 2017 20:46

setahu saya orang jawa itu terkenal karena kerisnya, jaman dahulu di jawa itu banyak kisah tentang keris-keris buatan empu-empu kondang bahkan ada silsilah dan sejarahnya.

kbc_grab 22nd April 2017 20:51

Quote:

Originally Posted by kaldun (Post 35806120)
ada banyak faktor:
- penduduknya paling besar dan menyebar
- dlm sebuah pertarungan sering terjadi situasi: kalo memang susah ditaklukan kenapa tdk diakomodasi sj?
- lebih acceptable
- mgk jawa dianggap pihak lain cocok dijadikan the leading culture untuk nusantara
- dan mgk masih banyak lg

kalau orang jepang malah kesan nya senang bekerja kayak orang korea.

kaldun 22nd April 2017 21:56

Quote:

Originally Posted by kbc_grab (Post 35806514)
kalau orang jepang malah kesan nya senang bekerja kayak orang korea.

jokowi orang jawa, tp prinsipnya jg kerjak! kerjak! kerjak!!

kbc_grab 22nd April 2017 22:19

Quote:

Originally Posted by kaldun (Post 35806663)
jokowi orang jawa, tp prinsipnya jg kerjak! kerjak! kerjak!!

kalau pak jokowi sering nya malah dapetnya investor. tapi biasanya investor begitu ada juga yang abal-abal, karena orang kaya suka hati-hati urusan duit.

shiori_kamisaki 23rd April 2017 11:17

Quote:

Originally Posted by kaldun (Post 35806134)
Mosok sih :bingung:

tp kalopun benar, Tuhan tetap adil saya kira

toh di bidang lain jg terjadi sukuisasi alias suku lain jg kebagian

misalnya:
padangisasi di dunia perdagangan
cinaisasi di dunia perdagangan
batakisasi di dunia hukum mulai jaksa, hakim, sampai pengacara

jd tenanglah
semua akan kebagian

:kewl-pics:

Pernah ada yang cerita, dia orang Minang, dengan mudah masuk jadi PNS karena namanya berbau Jawa. Yah, mungkin mirip kayak gubernur Sumatera Barat yang sekarang (Irwan Prayitno).

lumache 24th April 2017 05:21

Quote:

Originally Posted by shiori_kamisaki (Post 35806038)
Beberapa waktu lalu, kita dihebohkan dengan bagaimana seorang hafidz membaca kitab suci Al-Quran dalam langgam Jawa. Tentu saja ada pro kontra di situ, apakah sebenarnya ini dibenarkan atau tidak.

Tapi jauuuhhhhh sebelum itu, dari penglihatan saya, "Jawanisasi" sudah lama mewabah dalam Gereja Katolik di Indonesia. Sejak Konsili Vatikan II tahun 1965, terjadi pembaharuan dalam bidang peribadahan di Gereja Katolik sedunia, di antaranya bentuk tata ibadah ekaristi yang baru dan diizinkannya penggunaan bahasa dan budaya lokal (inkulturasi), setelah sebelumnya ibadah ekaristi hanya bisa dirayakan dalam bahasa Latin.

Tetapi ketika "inkulturasi" ini diterapkan dalam Gereja di Indonesia, terlihat bahwa budaya Jawa-lah yang dominan. Di antaranya yang bisa saya sebutkan:

1) Panggilan "Romo" terhadap imam/pastor. "Romo" diambil dari bahasa Jawa kromo inggil yang berarti "ayah", dan juga nama tokoh utama dalam wiracarita Ramayana.

2) Penggunaan gong pada saat konsekrasi (peristiwa saat imam mendoakan roti dan anggur yang menjelma menjadi tubuh dan darah Kristus). Di Roma / Vatikan dan gereja2 di Eropa biasanya digunakan lonceng.

3) Sikap umat menyembah roti dan anggur yang menjadi tubuh dan darah Kristus, mirip dengan sikap berdoa umat Hindu dan Kejawen, dengan tangan dikatupkan (anjali mudra) di atas dahi.

Masih banyak lagi yang lainnya. Terasa sekali bahwa Jawanisasi, terutama pada saat Soeharto menjabat sebagai presiden dengan latar belakang kultur Jawa-nya yang kental (tidak seperti Soekarno yang ibunya orang Bali dan belajar di sekolah Belanda).

Kebijakan transmigrasi yang gencar dilakukan, di mana orang2 dari Jawa dipindahkan ke pulau lain dengan alasan "pemerataan penduduk", dipandang secara sinis oleh banyak pihak sebagai upaya "men-Jawa-kan" pulau-pulau lain.

Terbukti, di Provinsi Lampung saat ini sekitar 60% penduduknya adalah suku Jawa, sementara di provinsi2 lain di Sumatera bagian tengah dan selatan jumlahnya sekitar 20-30%. Nama-nama desa berbau Jawa seperti Wonosari, Sidomulyo, Sukorejo, dll dengan mudah kita temukan di Sumatera.

Efeknya adalah konflik antar etnis yang sudah beberapa kali terjadi antara penduduk asli dengan transmigran Jawa ini. Penduduk asli cemburu karena orang2 Jawa ini diberi pembekalan, pelatihan, sehingga mereka berhasil mengolah hasil alam di tempat yang baru.

Selain transmigrasi, Jawanisasi juga terlihat pada aparatur pemerintahan. Orang Jawa ataupun orang2 dengan nama berbau Jawa (apapun etnisnya) lebih gampang menjadi PNS. Kepala daerah, terutama gubernur, diutus oleh pemerintah pusat (bukan melalui pemilihan) dan kebanyakan dari mereka adalah orang Jawa.

Bagaimana bisa Jawanisasi ini mewabah??? Apa sebenarnya kehebatan etnis Jawa, selain jumlah mereka sebagai etnis terbesar di Indonesia, yang membuat mereka seakan-akan menguasai segala aspek di bangsa ini, termasuk agama???

1. Dan kata pater?
2. Gong ngga cuma di jawa. Di kalimantan lulu malah belajar nari di atas gong
3. Pernah ke gereja di thailand?

Btw tapi emang setuju tentang jawanisasi. Semua disuruh makan nasi :mad:

shiori_kamisaki 24th April 2017 15:35

Quote:

Originally Posted by lumache (Post 35810151)
1. Dan kata pater?

Kata "Pater" berasal dari bahasa Latin yang berarti "bapa" atau "ayah". Sapaan "pater" jelas satu hal yang wajar sebab bahasa Latin adalah "bahasa resmi" Gereja Katolik. Dokumen2 Gereja diterbitkan dalam bahasa Latin sebelum diterjemahkan ke bahasa2 lain.

Lantas kenapa begitu di Indonesia umat Katolik jadi menyapa para imam dengan sebutan "Romo"? Kenapa harus mengambil kata dari bahasa Jawa? Apakah memang tidak ada padanan lain dalam bahasa Indonesia sebagai sapaan itu?

Dalam bentuk tulisan, biasanya sapaan "Romo" disingkat jadi "Rm." Syukurlah, sekarang gereja-gereja Katolik di Indonesia sudah mulai "aware" terhadap penulisan sapaan ini seperti format di Roma dan negara2 lain. Gelar "Rm." dikoreksi menjadi "RD" (reverendus dominus) untuk imam diosesan, dan "RP" (reverendus pater) untuk imam dari ordo dan di belakangnya singkatan ordonya.


All times are GMT +8. The time now is 11:44.


Powered by vBulletin
Copyright © 2000 - 2006, Jelsoft Enterprises Ltd.