HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Kamis, 2024/03/18 12:43 WIB
Cinta Buta Pemuda Gresik Rela Dipenjara demi LC Warung Kopi Pangku
-
Kamis, 2024/03/18 12:55 WIB
Respons Pencinta Reptil soal Viral Emak-emak Madura Banting Ular
-
Kamis, 2024/03/18 14:24 WIB
Golkar Minta Jatah 5 Menteri Agar Jadi Lokomotif Utama Kabinet Prabowo
-
Jumat, 2024/03/13 11:47 WIB
Detik-detik Satu Keluarga Bunuh Diri di Apartemen Jakut Terekam CCTV
-
Jumat, 2024/03/13 14:18 WIB
Anies Pegang Prinsip yang Tak Menang Pilpres Berada di Luar Pemerintahan
-
Kamis, 2024/03/18 11:51 WIB
Hasto: Ketika Saya Kritisi Jokowi, Kasus Harun Masiku Tiba-tiba Muncul
|
Thread Tools |
17th October 2010, 08:44 |
#1
|
Mania Member
|
Rintangan Diplomatik dg Belanda yg tidak mengakui kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 45
Hingga saat ini pemerintah Kerajaan Belanda tidak kunjung mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Belanda hanya menyatakan menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB), 27 Desember 1949. Sikap Belanda itu membuat luka psikologis bangsa Indonesia yang pernah dijajah selama 350 tahun oleh Belanda.
Luka psikologis ini yang membuat hubungan Indonesia-Belanda pasca kemerdekaan menjadi naik turun. Kondisi ini diperparah dengan masih eksisnya gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Belanda. Meski kekuatannya sejauh ini dianggap kecil, namun seringkali dimanfaatkan pihak tertentu di Belanda untuk mendiskreditkan Indonesia. Belum hilangnya kerikil-kerikil yang mengganggu hubungan Indonesia-Belanda, menurut sejarawan dari Universitas Indonesia (UI) Dr Bambang Wibhawarta, akibat kurang masksimalnya kinerja diplomat RI di Belanda. Masalah kemerdekaan RI di Belanda serta sikap Indonesia terhadap RMS tidak pernah jelas. Lalu apa yang harus dilakukan para diplomat RI di Belanda untuk menghilangkan kerikil-kerikil tajam yang mempengaruhi hubungan RI-Belanda? Berikut petikan wawancara detikcom dengan Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, Bambang Wibhawarta: Apa pandangan Anda terkait batalnya keberangkatan SBY ke Belanda, pekan lalu? Saya kira batalnya keberangkatan Presiden SBY ke Belanda harus dilihat secara luas. Sikap SBY tersebut terkait erat dengan luka psikologis bangsa Indonesia pasca penjajahan Belanda yang berlangsung ratusan tahun. SBY sebagai kepala negara merasa tidak terima ketika kedatangan ke Belanda karena adanya tuntutan yang dilakukan RMS lewat pengadilan di Den Haag. Rasa tersinggung yang dialami SBY juga pernah dirasakan Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto. Pada masa presiden Soekarno, keteganggan terjadi pada 1952-1962. Saat itu sejumlah perusahaan Belanda langsung dinasionalisasi sebagian diantaranya diusir. Hanya ada dua perusahaan yang masih bertahan, salah satunya perusahaan minyak asal Belanda, Shell. Soekarno merasa kesal karena pemerintah Belanda dituding berada di balik pembentukan Republik Maluku Selatan (RMS) yang diproklamirkan Chris Soumokil, 25 April 1950. Selain itu Belanda juga diprotes karena menampung sekitar 12.000 lebih warga Maluku yang mengungsi ke negara itu, pasca pemberantasan separatis RMS saat itu. Sementara saat Orde Baru, Presiden Soeharto merasa tersinggung saat Menteri Kerjasama Pembangunan Belanda Jan Pronk mengkritik Indonesia terkait peristiwa penembakan terhadap demonstran pada insiden Dili, November 1991. Buntut kritik Jan Pronk, Soeharto memutuskan untuk tidak lagi menerima bantuan dari Inter Governmental Group on Indonesia (IGGI), yang diketuai Belanda. Bukan hanya menolak bantuan IGGI, Indonesia juga memutuskan untuk menghentikan semua program beasiswa antar kedua negara. Dengan batalnya SBY ke Belanda apakah akan berbuntut pemutusan hubungan kerjasama yang selama ini terjalin, pascareformasi? Kalau itu tergantung pemerintah saat ini dalam menyikapi gugatan tersebut serta eksistensi RMS di sana. Tapi yang perlu dicatat, saat Orde Baru, kondisi serupa terjadi pada era 1970-an. Saat itu Soeharto yang datang ke Belanda dikejutkan dengan didudukinya Wisma Indonesia di Belanda oleh aktivis RMS. Namun pihak Belanda langsung mengambil sikap dengan memberikan pengawalan yang sangat ketat terjadap Soeharto. Kabarnya pengawalan seketat itu baru pertama kali dilakukan Belanda terhadap tamu negara. Dan pasca kunjungan itu, hubungan Indonesia dan Belanda semakin terjalin dengan baik. Selanjutnya tercetuslah terbentuknya IGGI yang dimotori Belanda. Mengapa hubungan Indonesia-Belanda bisa naik turun seperti itu? Kita harus ingat kedua negara sudah berinteraksi sejak abad ke-17. Kita tahu Belanda menguasai Indonesia selama 350 tahun. Dan ini meninggalkan luka psikologis bagi bangsa Indonesia yang tidak bisa terhapuskan dalam perjalanan ini. Apa lagi di masa kemerdekaan pun Belanda tidak mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Belanda hanya mengakui secara resmi dikembalikan kedaulatan Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, 27 Desember 1949. Nah ini yang juga menambah luka psikologis bagi bangsa kita. Bayangkan, dengan sikap Belanda yang baru mengakui kemerdekaan RI 1949, berarti antara 1945-1949, para pejuang yang gugur saat perang kemerdekaan menjadi apa? Apakah mereka disebut penjahat-penjahat perang? Lantas untuk mengatasi persoalan ini apa yang harus dilakukan oleh pemerintah? Saya kira para diplomat harus mengungkapkan secara jelas apa yang kita tuntut. Misalnya mendesak Belanda untuk mengakui kemerdekaan kita pada 17 Agustus 1945. Diplomat-diplomat kita yang harus berjuang lebih keras dengan tuntutan ini. Dan kejadian kemarin ini merupakan suatu titik dimana kita mengevaluasi pola hubungan kita. Apakah berarti para diplomat kita di Belanda kinerjanya lemah? Saya kira belum maksimal karena masih menggunakan pola-pola lama, seperti mengirimkan tari-tarian, fashion show, serta dining party. Tidak ada pendekatan budaya yang konkrit terkait tuntutan tersebut. Selain itu, dalam menyikapi kritik atau protes tentang isu HAM pemerintah hanya bisa melontarkan nota protes. Harusnya pemerintah mengimbangi kritikan itu dengan media yang sama. Misalnya, kalau mereka melakukan kritikan lewat film, kita juga harus melawannya lewat film sebagai bentuk pelurusan isu. Dan jika mereka melakukan penggalangan dukungan melalui networking, kita juga harus melakukan hal yang sama. Apalagi sekarang teknologi informasi semakin berkembang. Ada jejaring sosial, Youtube, dan lain-lain. Jadi kita harus gunakan media-media canggih untuk melakukan sosialisasi terkait isu yang menyerang kita. |
17th October 2010, 08:45 |
#2
|
Mania Member
|
Seperti apa kekuatan para diplomat kita di Belanda?
Sebenarnya banyak pakar-pakar yang ada di jajaran diplomat kita di sana. Tapi kelihatannya tidak ada yang coba mengungkap soal sejarah-sejarah ini. Mereka hanya menyoroti soal naskah-naskah kita yang ada di Leiden, yang jumlahnya sangat banyak. Sementara untuk mengungkapkan sejarah secara terang benderang tentang Indonesia-Belanda atau sejarah Maluku belum dilakukan dengan baik. Lantas apa yang harus diperjuangkan para diplomat kita supaya hubungan baik Indonesia-Belanda bisa berjalan stabil. Tidak naik turun seperti yang selama ini terjadi? Para diplomat harus menuntut Belanda memberikan pengakuan bahwa Indonesia merdeka pada 1945. Walaupun pada 2005 sinyal-sinyal itu sudah ada saat KBRI di Belanda merayakan HUT RI di sana. Saat itu, mantan Perdana Menteri Belanda serta beberapa anggota parlemen Belanda ikut merayakannya. Tapi itu tidak cukup untuk mengatakan kalau mereka (Belanda) mengakui RI merdeka pada 1945. Untuk itu para diplomat kita harus menuntut supaya Belanda secara resmi menyatakan atau menyetujui kalau RI merdeka pada 1945. Sehingga luka psikologis yang selama ini dialami bangsa Indonesia bisa berkurang. Memang untuk menghilangkan tidak mungkin, paling kita hanya bisa memaafkan. Berarti pengakuan Belanda tentang hari kemerdekaan RI begitu penting sekali? Tentu saja. Sebab selain bisa mengurangi beban psikologis bangsa Indonesia, tindakan RMS juga bisa dieliminir. Pasalnya RMS selama ini mengklaim kalau mereka sah memerdekakan diri lantaran berbekal perjanjian Renville, yang salah satu poinnya menyebutkan terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS). Dan saat itu RI belum dianggap merdeka sehingga mereka sah untuk memerdekakan diri. Jika kemudian Belanda mengakui kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, maka klaim yang dilakukan RMS itu langsung gugur. Selain itu, diplomat kita juga harus memperjelas soal klaim RMS itu. Misalnya, kenapa hanya RMS saja yang ingin pisah kenapa wilayah yang lainnya tidak. Bahkan banyak kerajaan di Nusantara yang justru bergabung dengan RI. kalau semua sudah dijelaskan, implikasinya akan sangat luas dan penting bagi hubungan RI-Belanda ke depan. Terkait aktivis-aktivis RMS yang ada di Belanda, apa yang harus dilakukan para diplomat kita? Supaya hubungan Indonesia stabil para diplomat kita harus meminta pihak Belanda agar tegas terhadap kehadiran RMS ini. Seperti kita lihat sejarah pada 1951, sebanyak lebih dari 12.500 orang Maluku pro RMS hijrah ke Belanda. Dan ini bukan hal yang mudah. Tapi kenyataannya, tidak semua warga Maluku yang di Belanda adalah anggota RMS. Ini harusnya digunakan oleh para diplomat kita untuk menggunakan orang Maluku yang bukan anggota RMS, supaya bisa menjelaskan soal Indonesia kepada rekannya yang anggota RMS. Sayangnya, orang-orang ini tidak tergarap dengan baik oleh para diplomat kita. Paling tidak seharusnya orang-orang RMS yang ada di Belanda diundang ke Indonesia untuk diajak dialog serta melihat kondisi terkini di Maluku. Sehingga muncul pemahaman bersama dan tidak ada kesalahan persepsi bagi warga Maluku di Belanda yang saat ini kebanyakan adalah generasi ke-3. Ini jadi PR bagi para diplomat kita. Seberapa besarkah bahaya RMS bagi bangsa Indonesia? Sebenarnya kekuatan mereka tidak seberapa. Jumlah mereka kecil. Tapi sekalipun kecil bisa membuat kita kelilipan dan ujung-ujungnya merepotkan Indonesia. Soalnya mereka punya jaringan yang luas dan kadang-kadang sengaja dibiarkan oleh Belanda untuk suatu waktu dimanfaatkan untuk menekan Indonesia. Para diplomat kita harus punya sikap ketika Belanda mau menggoreng-goreng isu RMS atau apapun apa yang harus dilakukan. Para diplomat harus mendekati pihak di sana agar tidak ada lagi gejolak yang bisa menganggu hubungan kedua negara. Saya melihat batalnya SBY pergi ke Belanda yang kemudian menimbulkan pro-kontra di dalam negeri salah satunya disebabkan kelemahan diplomat kita. Akhirnya batalnya SBY ke Belanda menjadi pro-kontra dan seolah tidak ada kesepahaman antar warga negara. Kondisi ini menunjukan tidak adanya sosialisasi tentang situasi yang terjadi. Sebenarnya seberapa penting berhubungan dengan Belanda bagi Indonesia? Saya kira sangat menguntungkan kedua belah pihak, terutama dalan hubungan ekonomi jangka panjang. Sebab Belanda bisa jadi pintu masuk perdagangan Indonesia ke Uni Eropa. Begitu pun dengan Belanda, mereka akan terbantu dengan kedudukan Indonesia yang sangat strategis di kawasan Asia Tenggara. Hubungan historis yang sangat panjang antara Indonesia-belanda bisa menjadi kekuatan tersendiri dalam hubungan ekonomi. Misalnya seperti yang dilakukan Inggris bersama bekas negara-negara jajahannya. Selama ini negara-negara di Asia hanya tahu kalau Belanda hanyanya sebuah negara yang ada di Eropa. Sementara Indonesia di mata negara-negara Eropa hanya dilihat sebagai salah satu negara yang ada di Asia. Jika kemitraan kedua negara berjalan baik dan erat, terutama dalam hubungan ekonomi, politik, dan budaya, akan sangat menguntungkan bagi kedua negara di kawasan Asia maupun Eropa. Hanya saja, supaya hubungan itu tidak terganggu, rintangan psikologis harus dihilangkan dulu. Salah satunya, Belanda harus mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Dan soal RMS, juga harus clear supaya Belanda tidak coba bermain-main dalam isu RMS tersebut. Kalau semuanya sudah clear maka hubungan RI-Belanda bisa lebih harmonis dan stabil. |
19th October 2010, 11:01 |
#4
|
Addict Member
|
artinya tak usah diambil pusing hentikan hubungan Diplomatik gak apapa !
|
20th October 2010, 23:45 |
#6
|
|
Mania Member
|
Quote:
Kalo Amrik, China, Jepang, dll.... baru kita mesti hati2.... kalo cuman Belanda.... Mah.... Keciiiil |
|
22nd October 2010, 05:31 |
#7
|
Addict Member
|
|
Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu, namun engkau kaya dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis. |
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer