View Single Post
Old 30th June 2008, 15:20
#26753  
LunES
Mania Member
LunES is offline

LunES's Avatar

Join Date: Jan 2008
Location: Somewhere Over The Rainbow
Posts: 4,043
LunES Super LegendLunES Super LegendLunES Super LegendLunES Super LegendLunES Super LegendLunES Super LegendLunES Super LegendLunES Super LegendLunES Super LegendLunES Super LegendLunES Super Legend

Default MILAN STORY "ROAD TO ONE CENTURY" Part 3

Pembenahan besar-besaran terjadi pada musim 1987/1988 dengan masuknya Arrigo Sacchi, pelatih Parma yang sebenarnya belum banyak dikenal. Tapi, perubahan paling fenomenal, masuknya duo Belanda -Marco Van Basten dan Ruud Gullit- Frank Rijkard menyusul setahun kemudian.

Sayangnya, pada partai perdana, Milan dikalahkan Fiorentina. Lalu, kalah dari Barcelona pada Piala UEFA. Publik San Siro mencemooh Sacchi sebagai pelatih “kagetan”. Bahkan, beberapa pemain menuntut pria botak itu mundur.

Namun, Berlusconi membelanya “Pelatih ini pilihan saya,” ia menegaskan. “Siapa tak suka boleh meninggalkan Milan”. Sejak itu, kritik terhadap Sacchi surut.

Untungnya, Milan kemudian menuai kemenengan demi kemenangan, sampai akhirnya meraih scudetto ke-11 mereka. Sacchi berhasil menghapus kesan buruk pada awal musim.

Periode itu merupakan awal lahirnya “The Dream Team”. Sukses Milan merupakan perpaduan kecermelangan duo Belanda, teknik dan strategi Carlo Ancelotti –kini pelatih Milan-, serta kesegaran Paolo Maldini.

Setahun kemudian, Milan benar-benar jadi tim impian, setelah mendatangkan Rijkaard, mantan pemain Ajax dan Real Zaragoza. Kini, klub berdiri pada tahun 1889 itu memiliki trio Belanda. Bahkan ketenaran mereka mengalahkan trio Swedia Gren-No-Li pada era 50-an.

Usai mendapat scudetto ke-11, langkah AC Milan seolah tak terbendung. Mereka melangkah menuju pentas Eropa. Pada musim 1988/1989, pasukan Arrigo Sacchi ini menjuarai Piala Champions -kini Liga Champions- setelah mengalahkan Steaua Bucharest. Ini merupakan gelar ketiga mereka.

Tahun berikutnya, boleh dibilang “Rossoneri” mencapai puncak kejayaan. Mereka meraih tiga gelar sekaligus: Piala Champions, Piala Super Eropa dan Piala Interkontinental. Kendati di kompetisi lokal cuma jadi runner-up –Juaranya Napoli-.

Tapi, semusim kemudian, tanda-tanda buruk terjadi. Milan gagal lagi meraih scudetto, Piala Champions pun lepas. Sacchi yang diangkat jadi pelatih nasional, kemudian menyerahkan Franco Baresi dan kawan-kawan kepada Fabio Capello.