View Single Post
Old 26th August 2016, 10:18
#9  
berjangkasolidgold
Registered Member
berjangkasolidgold is offline

Join Date: Aug 2016
Posts: 21
berjangkasolidgold is a new comer

Default Wacana Harga Rokok Naik, Butet Kertaradjasa: Budaya Kretek Mati



Wacana kenaikan harga rokok tampaknya tidak mendapat dukungan dari kalangan budayawan. Salah satunya Butet Kartaradjasa.

"Jelas tidak setuju. Itu ndak masuk akal harga segitu. Ndak rasional," ujarnya kental dengan logat Jawa saat dihubungi JawaPos.com, Kamis (25/8).

Mengaku menjadi konsumen rokok sejak 1975, Butet mengatakan, kalaupun ada kenaikan harga, cukup sewajarnya saja. Setidaknya, 50 persen dari harga semula bukan seperti yang disebutkan. Yakni, berkisar Rp. 50 ribu.

Kalaupun dikatakan harga rokok di Indonesia menempati posisi ketujuh termurah di dunia, seharusnya pemerintah bersyukur. "Murah kok malah jadi masalah. Murah itu harusnya disyukuri. Murah itu memihak rakyat. Masa rakyat mau dianiaya dengan harga mahal," kesalnya.

Nyatanya, lanjut dia, survei yang dilakukan Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany, dibiayai lembaga yang mengucurkan dana untuk kampanye antirokok, Bloomberg Initiative (BI).

Di balik semua gagasan tersebut, Butet berpandangan ada kepentingan perang dagang tingkat dunia antar produk pengganti kretek. Pada akhirnya, ada keinginan agar ada produk farmasi sebagai pengganti rokok.

"Rokok elektrik, vitamin sebagai pengganti nikotin. Para perokok lalu coba konsumsi produk farmasi. Ujungnya cuma itu," sebut dia.

Lagipula banyak kerugian yang didapat. Dengan naiknya harga rokok, pria yang juga penulis itu mengatakan, ini akan mematikan budaya kretek. "Kretek kan produk unggulan. Ini mematikan kebudayaan," tegas Butet.

Para petani pun nantinya banyak yang menganggur. "Tapi bukan hanya petani, masyarakat bisa mati karena dampak ekonominya kemana-mana," tutur dia.

Karenanya, dia berharap agar pemerintah mengkaji lebih detil terkait wacana tersebut. "Pemerintah kalau mau cari duit yang kreatif, jangan menyiksa rakyat," sindir pria multitalenta itu.

Butet mengaku akan menyuarakan agar pemerintah tak merealisasikannya. Dia mengatakan akan terus melawan kebijakan yang pastinya erugikan rakyat. "Lawan kebijakan yang ngawur. Ini masih wacana, jadi kita biarin aja. Kalau jadi kebijakan, yo perang," pungkasnya.

Kesehatan tidak bisa dijadikan alasan untuk menaikan harga rokok. Faktanya, terlalu banyak makan nasi saja bisa menimbulkan penyakt diabetes. Namun, kata Butet, pemerintah tidak melarang memakan nasi terlalu banyak.

Begitupula dengan asap. Jika bersandar pada alasan asap rokok, seharusnya menurut pria kelahiran Jogjakarta itu, semua mobil tidak boleh jalan agar udara tetap bersih. "Logikanya dimana?" tanya Butet.

Sumber gan
Reply With Quote