View Single Post
Old 8th June 2017, 21:09
#6  
-invincible-
Addict Member
-invincible- is offline

Join Date: Nov 2016
Posts: 475
-invincible- Super Legend-invincible- Super Legend-invincible- Super Legend-invincible- Super Legend-invincible- Super Legend-invincible- Super Legend-invincible- Super Legend-invincible- Super Legend-invincible- Super Legend-invincible- Super Legend-invincible- Super Legend

Default

Kebetulan gue pernah merasakan ada di 2 situasi yang berlawanan itu.. Dua2nya mengerikan!


Gue percaya yang namanya keajaiban tapi gue percaya juga sama dokter, wakil Sang Keajaiban itu sendiri..

Uang pengobatan bisa dicari, tapi gue gak tega juga lihat gimana sakitnya tiap hembusan napasnya..

Jadi, gue akan cari 2nd opinion dari dokter2 spesialis lainnya dulu. Baru setelah itu gue akan nanya 1 pertanyaan ke orang yang gue kasihi itu, "Maukah tetap bertahan melawan sakit demi gue dan orang2 yang dia sayang?". Gue gak akan kasih opsi 'menyerah', karena secara psikologis dia akan milih itu (based on my experienced). Gue akan bilang juga kalau uang bukan masalah dan masih ada peluang untuk sembuh (Gue rela bohong agar dia gak terpengaruh saat mutusin stop atau lanjut).

After all kalaupun dia milih 'menyerah', itu karena emang dia gak bisa survive lagi nahan sakit, bukan karena faktor eksternal. Jika dia milih tetap mau survive, ya berarti gue harus cari dana pengobatannya. Apapun yang dia pilih, itulah yang akan jadi keputusan gue..


*) I have stopped being a part of the deciding voice in case like that. I'll let my lovely one to decide.