Groupie Member
Join Date: May 2012
Posts: 13,434
|
Teruntuk : Rhismaya, belahan jiwaku.
Berjuta kali ingin kukirimkan surat-surat yang berisikan rindu padamu. Tapi dengan tidak berdaya terpaksa kuremat hancur semua.
Aku memang hanya mantan suamimu. Yang kautinggalkan karena kekeraskepalaan dan egoku. Tapi aku juga seorang lelaki yang punya pendirian, Rhis.
Walau cintaku padamu tak terbantahkan hingga kini, tapi menjadi seorang guru adalah keputusanku. Impian dan cita-citaku sejak dulu.
Tak mungkin aku mengingkarinya !
Walau harus kehilanganmu, aku tetap menjadi guru hingga detik ini, bahkan mungkin hingga ajal menjemput kelak.
Kamu selalu bilang, untuk apa mempertahankan profesi itu ? Gajinya tak seberapa, dikurangajari murid-murid kaya tak tahu diri tanpa bisa berbuat apa-apa.
Mungkin bagimu guru hanyalah sekedar mata pencaharianku saja. Kamu salah, Rhis.
Buatku, ini adalah kehormatan, sebuah pembuktian diri!
Menjadi guru, sesederhana beginipun, itu adalah cita-citaku.
Aku ingin berbagi ilmu, moral yang baik dan mengajar dengan tulus.
Walau gajinya kadang tak dibayarkan tepat waktu...
Walau jarang mendapat terima-kasih dari para murid yang sudah lulus...
Walau seringkali dikurangajari anak-anak bandel itu...
Bahkan pernah kena fitnah juga...
Tapi aku tetap mau menjadi guru, Rhis.
Seperti Ibu Santi, guruku dulu. Aku kagum pada ketulusan hati beliau. Kejujurannya...ketabahannya menghadapi kami yang selalu nakal dan mengejek kekurangan fisiknya.
Aku merasa bersalah pada beliau, Rhis... sekaligus mengidolakan juga.
Aku ingin tahu, saat berada diposisi yang sama dengan beliau, apakah aku sanggup menahan diri ? Mampukah aku sekuat dan setegar beliau ?
Sulit, Rhis... Berkali-kali aku nyaris gagal.
Menjadi guru bukanlah sekedar mengajar ilmu, Rhis...
Bagiku, ini adalah tempaan hidup yang paling indah.
Ah, kamu pasti tertawai aku saat membaca ini. Pasti kamu bilang aku 'naif, bodoh dan kelewat lugu' seperti biasanya, seperti dulu saat kita masih bersatu...
Kamu tidak tahu, Rhis, sebenarnya, aku tengah belajar juga saat menjadi guru.
Belajar menahan diri, belajar untuk bersabar, untuk tetap tulus mengasihi.
Karena aku penasaran dengan isi hati Bu Santi, yang dulu sering ku ejek. Kuhina, bahkan pernah nyaris kupukul.
Sayangnya kamu keburu pergi meninggalkanku, Rhis...
Kamu tidak tahan karena aku tak mau pindah bekerja di tempat pamanmu walaupun gajinya jauh lebih besar.
Kamu tidak mau mendampingiku kalau aku memilih hidup sederhana sebagai seorang guru.
Aku ya kecewa, Rhis. Kupikir sebagai istri, kamu akan mengerti semua pergumulan bathinku... Segala rasa bersalah yang terus menghantui. Pendirian, prinsip dan pilihan hidupku...
Ah sudahlah... tak baik berlarut dalam kekecewaan.
Oh iya, kalau saat ini aku berani menulis surat padamu, itu karena aku punya sedikit cerita berkenaan dengan profesiku sebagai seorang guru.
Masih ingat Carine, muridku yang bandel itu ? Yang pernah memasukkan kelabang hidup ke dalam tasku ?
Yang sering kunasehati tapi tak pernah digubrisnya ?
Yang membuatku babak belur dihajar musuhnya karena aku membelanya ?
Carine sudah lulus bertahun yang lalu, Rhis...
Beberapa minggu yang lalu aku dapat kiriman paket. Pengirimnya tertulis Carine T. Nama dia, Rhis.
Entah kenapa aku tidak langsung membukanya. Baru kemarin sore, akhirnya kubuka paket itu.
Isinya sekuntum bunga mawar putih terbuat dari plastik. Batangnya dililit selotip, ada sebuah kunci di situ.
Paket itu juga berisi sebuah kertas, berisikan informasi bank dan nomor safe deposit.
Tadi pagi aku kesana, membawa kuncinya. Setelah berhasil membuka kotak safe deposit itu, aku terhentak, Rhis.
Isinya ternyata sebuah batu mengganjal secarik kertas bertuliskan, "Gotcha ! Makasi uda percaya sama aku, Pak !"
Kalau kamu masih mendampingiku sebagai istri saat ini, kamu pasti kecewa, Rhis. Aku paham kamu pasti mengira safe deposit bank besar itu berisi duit yang banyak atau emas batangan.
Tapi tahukah kamu, Rhis ? Aku anehnya malah merasa lega.
Lega, karena sekarang aku yakin, aku tu tidak lebih baik bahkan tidak sebaik Bu Santi. Guru yang sering kuejek dan kuhina.
Besok aku mau mencari Bu Santi, Rhis. Aku mau minta maaf ke beliau.
Maaf yang puluhan tahun tertunda.
Semoga kamu berbahagia di sana, Rhis.
Dari aku, mantan suamimu.
Ari wibowoh
|