View Single Post
Old 27th November 2017, 12:55
#2754  
reader-aja
Mania Member
Femalereader-aja is offline

reader-aja's Avatar

Join Date: Dec 2015
Posts: 2,153
reader-aja Super Legendreader-aja Super Legendreader-aja Super Legendreader-aja Super Legendreader-aja Super Legendreader-aja Super Legendreader-aja Super Legendreader-aja Super Legendreader-aja Super Legendreader-aja Super Legendreader-aja Super Legend

Default

Pak Hasan, Pahlawan Pendidikan

Sore itu hujan baru saja reda. Aku dan kedua temanku segera beranjak dari tempat berteduh kami, bergegas menuju mess yg kami tempati selama program magang disini. Sebuah desa di pelosok provinsi paling barat pulau Jawa. Saat itu kendaraan masih terbilang jarang melintasi desa ini. Jadi kami harus menempuh jarak lumayan jauh dari peternakan menuju mess tersebut.

Di persimpangan jalan setapak, kami berpapasan dengan sekelompok siswa SD yg ramai berceloteh riang bersama seorang laki-laki paruh baya berbatik korpri yg dapat ditebak merupakan salah satu guru mereka. Segera kami saling menyapa dan terlibat perbincangan sepanjang jalan tersebut.

Pak guru bernama Hasan itu ternyata salah satu guru di tempat beliau mengajar. Selain seorang lagi yg walau notabene-nya merupakan kepala sekolah tapi mau tidak mau harus ikut mengajar juga dikarenakan tidak ada lagi staf guru yg tersedia. Jarak rumah menuju sekolah yg mencapai belasan kilometer harus ditempuh dengan berjalan kaki. Musim penghujan akan mempersulit perjalanan akibat jalan yg berubah menjadi area berlumpur.
Bangunan fisik sekolah yg jauh dari kata layak, dengan dinding dari anyaman bambu yg sudah rapuh, lantai yg tembokannya tak lagi tersisa akibat dana renovasi yg tak kunjung turun. Papan tulis yg hanya tinggal sepotong, bangku yg masih eksis hanya karena ada gotong royong orang tua murid untuk perbaikan seadanya. Semua itu tidak menyurutkan semangat pak Hasan untuk mengajar siswanya yg hampir semua berasal dari g olongan ekonomi lemah. Akibatnya gaji PNS golongan II nya pun sering terseret untuk membeli kapur atau kebutuhan sekolah lainnya.

Aku tercenung mengingat betapa di kota asalku, ada oknum-oknum guru yg rela memberi nilai bagus pada murid hanya agar mendapat reward dari orang tua murid yg bersangkutan. Padahal gaji & tunjangan mereka lebih dari cukup. Ditunjang pula oleh fasilitas sekolah yg amat sangat memadai. Jauh seperti bumi & langit bila dibanding sekolah di desa ini.

Lambat-lambat aku bertanya pada pak Hasan, "apa hal paling menyedihkan yg pernah bapak alami selama mengajar?"
Dan tahukah apa jawaban beliau, kawan?
Beliau menjawab, "hal paling menyedihkan buat bapak itu saat melihat murid bapak yg sangat berpotensi tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi karena keterbatasan biaya."

Ya Allah... sungguh mengharukan karena itu jawaban paling tidak egois yg pernah aku dengar. Membuatku sejenak berandai, jika saja aku orang berkuasa di negeri ini, sungguh akan kusematkan penghargaan tertinggi kepada orang-orang macam pak Hasan ini.

Kini sekian tahun telah berlalu. Ingin sekali aku bertemu pak Hasan lagi. Sudahkah SD tempat beliau mengajar di renovasi? Adakah program BOS sampai dengan utuh kepada murid-muridnya? Apakah pula program itu bisa membuat beliau tersenyum lega karena mengurangi angka putus sekolah di desanya?
Itu adalah pertanyaan-pertanyaan yg kerap mengusikku, terutama saat euforia perayaan hari guru berlangsung.
Lalu aku pun hanya bisa tertunduk dan mengucap sebaris doa. Semoga Rahmat dan kasih sayang Allah selalu dilimpahkan kepada pak Hasan dan semua pejuang pendidikan di pelosok negeri ini. Karena walau seringkali luput dari perhatian yg berwenang tapi mereka dengan tanpa pamrih dan tidak mengenal kata lelah, terus berjuang untuk mencerdaskan generasi muda bangsa ini.

Last edited by reader-aja; 27th November 2017 at 15:15..
Reply With Quote