Guru Bersepeda Onthel Itu Adalah Ibuku
Aku tumbuh besar dilingkungan keluarga yang mengabdi didunia pendidikan. Ibuku adalah seorang guru SD. Saudara-saudara ibuku juga rata-rata berprofesi sebagai guru. Mungkin mereka mengikuti jejak kakek yang juga berprofesi sebagai guru. Kemudian setelah bertahun-tahun mengabdi diangkat menjadi kepala sekolah sampai akhirnya menjadi kepala dinas pendidikan pada zaman itu. Mungkin jejak beliau menginspirasi buat anak-anaknya.
Masa kecilku banyak aku habiskan dilingkungan sekolah bahkan sebelum aku memasuki usia sekolah. Saat masih balita, aku sangat rewel dan tidak mau dititipkan sama pengasuh. Aku terus merengek tidak mau ditinggal ibu pergi bekerja. Bahkan katanya sambil nangis guling2. Entahlah aku juga tidak begitu ingat bagian yang itu. Akhirnya ibu terpaksa membawaku kesekolah tempat beliau mengajar.
Jarak antara rumah dengan sekolah tempat ibuku mengajar sekitar 3 KM. Beliau menempuhnya dengan onthel (sepeda onta). Bukan perjalanan yang mudah untuk ditempuh pada masa itu. Jalannya banyak turunan dan tanjakan yg lumayan curam. Bahkan ibuku sesekali turun dari sepedanya karena tidak sanggup mengayuh menaiki tanjakan yg curam itu. Beliau terpaksa menggiring sepedanya melewati tanjakan itu dengan aku masih duduk diatas boncengan belakang. Setiap ibu menaikkan aku dibonvengan sepeda, kakiku selalu diikat kedepan dgn saputangan. Itu demi keselamatan agar aku tidak jatuh ataupun kakiku masuk kedalam jeruji sepeda. Dan aku selalu mencengkram erat pinggang ibu agar tidal jatuh. Karna tanganku masih kecil dan pendek jadi tidak bisa memeluk tubuh ibuku.
Saat ibuku mengajar, demi menjaga profesionalitasnya, aku ditinggal diruang guru bersama kepala sekolah yg ruangannya terletak didalam ruang guru tersebut. Pak kepsek itu sangat baik padaku mengizinkan aku bermain dengan mesin tik. Aku sangat senang sekali. Karena pada zaman itu mesin tik merupakan alat yamg sangat canggih karena belum ada komputer, laptop apalagi ponsel pintar.
Sebenarnya tidak terlalu banyak yang kuingat saat masih kecil. Namanya juga memorynya masih terbatas. Yang jelas perjuangan ibuku sebagai ibu rumah tangga dan seorang guru sanggatlah hebat. Aku bangga pada ibuku walaupun teman-teman sering mengejekku karna ibu mengendarai sepeda ontel butut sedangkan guru-guru yang lain sudah ada yang naik sepeda motor. Mereka mungkin tidak mengerti bagaimana pengorbanan ibuku selama ini. Mulai dari bangun subuh. Setelah sholat subuh, langsung menyetrika seragam sekolah kakak2 yang masih SD, mengurus keperluan ayah, menyiapkan sarapan terlebih lagi mengurus aku yg masih kecil yang belum bisa melakukan semuanya sendiri. Setelah itu berangkat mengajar dgn bersepeda menempuh perjalanan yg berliku sambil membawa aku. Dan ada beberapa kali kejadian ban sepeda bocor sehingga harus berjalan kaki mencari bengkel. Mungkin kalau akibat kena paku atau benda tajam lainnya dijalan masih bisa dimaklumin.
Tapi... aku pernah mendengarnya langsung dari beberapa mantan murid ibuku waktu SD yg kebetulan berteman denganku ketika mereka sudah dewasa. Ada dari mereka yang mengaku kalau dulu mereka sering mengusilin sepeda onthel ibuku. Ban sepedanya sengaja dikempesin bahkan sampai tega ditusuk sampai bocor. Dan mereka menganggap itu kenakalan anak kecil biasa bahkan bercerita sambil tertawa. Aku gak bisa menahan emosi. "Hei, yang kalian tertawakan itu ibuku! Apa salahnya sama kalian?" Aku hampir beranjak pergi tapi dicegah dan mereka mencoba menjelaskan. Mereka sudah mengakui perbuatannya dan ibuku tidak marah. "Apa?" Memang sih ibuku bukan tipe ibu yg cerewet. Dia org yg sabar dan jarang marah. Tapi itukan sudah keterlaluan. Aku pernah menanyakan hal itu kepada ibuku. Beliau malah bilang itu hal biasa namanya juga anak-anak. Aku makin penasaran kembali bertanya apakah ibuku pernah marah sama muridnya? Ternyata pernah bahkan sampai menjewer. Itu karena ibuku kesal anak itu nakal sekali dibilangin tidak mau nurut bahkan melawan perkataan ibuku. Akhirnya kesabaran ibuku habis sampai menjewer. Tapi itu anak bukannya takut malah tertawa cekikikan. Huh dasar bandel!
Kalau sekarang ibuku sudah tidak berani lagi main jewer yg bandel. Soalnya zaman sekarang apa2 lapor polisi. Kalau zaman dulu orang tua murid sendiri yg titip pesan ke gurunya. "kalau anak saya bandel gak mau nurut kata2 bu guru, jewer aja telinganya bu!" Begitu.
Sampai sekarang ibuku tetap setia mengabdi didunia pendidikan sudah 30 tahun lebih bahkan hampir 40 tahun mengabdi sebagai guru. Alhamdulillah sekarang dipercaya sebagai kepala sekolah. Sudah gak perlu capek-capek lagi mengayuh sepeda onthel karna sudah bisa naik motor matic. Walaupun sebentar lagi akan pensiun tapi aku salut, hormat dan bangga sama ibuku.
Tanggal untuk memperingati hari guru maupun hari ibu hanyalah formalitas.
Aku rasa tidak perlu menunggu setahun sekali untuk merayakan hari guru maupun hari ibu. Karna walaupun dirayakan tiap haripun tidak akan sanggup membalas jasa2 beliau.
Terimakasih aku ucapkan untukmu ibu. Tetap menjadi ibu dan guru yang terbaik buat kami semua.
I Love you mom
Dan selemat hari guru buat seluruh bapak dan ibu guru dimanapun kalian berada.
Semoga diberi kesehatan dan kesabaran dalam mengemban tugas yang mulia ini