Quote:
Originally Posted by kumalraj
2 presiden juga belum tentu cukup kecuali kalau keduanya itu masing-masing menjabat dua kali. Untuk merubah mental rakyat, itu butuh satu generasi.
Jadi kalaupun dilakukan dengan benar, kita tidak bisa berharap yang sudah dewasa itu berubah karena sudah hasil didikan dari kecil. Yang bisa diharapkan itu adalah anak-anak yang dididik dengan baik sehingga kalau sudah dewasa mentalnya tidak seperti generasi sebelumnya.
Singapura yang rakyatnya sangat teratur dan "mudah" diatur itu juga tidak langsung begitu. Pada waktu Singapura pisah dari Malaysia, sifat rakyatnya tidak beda jauh dengan rakyat Indonesia dan Malaysia. Tapi satu generasi setelah itu, bedanya sangat jauh.
Kalau revolusi mentalnya Jokowi, saya tidak banyak berharap. Buang-buang duit untuk pasang iklan itu kurang efektif. Lebih baik fokusnya itu di pendidikan. Jadi sebenarnya revolusi mental itu tugasnya menteri pendidikan, bukan menteri yang tidak jelas.
|
Gak usah ke Singapore yang memang udah sangat maju.
Kita ke Filipina aja deh, negara yang income per capitanya sedikit lebih rendah di bawah Indonesia.
Tapi toh pada saat transportasi umumnya bermasalah, mereka masih bisa ngantri dengan tertib.
Kenapa?
Salah satu faktornya adalah karena mereka saat ini dipimpin oleh presiden yang bertangan besi. Bandar narkoba dihabisi. Perusuh dan pihak luar yang mau ikut campur diblok, dihalangi dengan tegas.
Di sini? Seorang gubernur yang tegas dan mengatakan kebenaran, dipenjara dengan tuduhan "penistaan agama".
Orang Indonesia sukanya pemimpin yang santun2, gak suka yang galak kayak Duterte. Mau dia korupsi, rumahnya tambah besar, gak peduli, yang penting santun.
Gimana mau maju?