View Single Post
Old 23rd October 2017, 00:12
#10  
karappe
Silver Member
Kanda - Dinda 2017
karappe is offline

karappe's Avatar

Join Date: Dec 2012
Location: D�j� vu
Posts: 94,838
karappe Super Legendkarappe Super Legendkarappe Super Legendkarappe Super Legendkarappe Super Legendkarappe Super Legendkarappe Super Legendkarappe Super Legendkarappe Super Legendkarappe Super Legendkarappe Super Legend

Default


Kepulan uap kopi seduhan Tay menyadarkan gw dari endapan lamunan. Gw lirik Tay yang masih sibuk berkutat di dapur membereskan peralatan piknik tadi pagi. Hujan masih dengan riangnya membasahi rumput kebun Tay yang baru saja dipotong tadi pagi. Samar terdengar gurau Papa dan Abang Tay di kejauhan.
Wow. Oh gini toh, RASAnya terpukau oleh hal-hal kecil yang sebelumnya ga kita sadarin. Bahkan kopi seduhan Tay RASAnya lebih intense dan mantap. Masih terSENYUM-SENYUM sendiri, gw mereka ulang kejadian di kencan tadi. FYI, ini udah ke 3 kalinya, tapi suka-suka gw dong.
Entah kenapa sewaktu Tay menyerahkan pilihan topping toast ke gw, pikiran pertama yang terlintas di gw adalah penurut. Ada apa sih dengan pria dengan wanita yang submissive? By all means, penurut dalam hal ini bukan berarti tak berdaya, ga berpendirian dan lebih lemah dari pria ya. Tapi gw meRASA lebih lakik (ya, ini ego gw yg bicara), kalau Tay bisa jadi diri dia sendiri dan menyentuh sisi femininnya ketika berada sama gw. Kebanyakan wanita kota besar selalu membentengin diri mereka dan bahkan pakai topeng berlapis. Dengan Tay menyerahkan pilihan ke gw artinya dia sudah meLEPAS semua topeng dan suka rela membobol benteng pertahanannya untuk menerima gw (ilmu cocoklogi level 41).
Kemudian, pertanyaan Tay malah bikin gw mikir. Apa sih yang membuat gw menyukai butter sebagai topping toast gw, bukan yang sederhana aja seperti misis curah, atau selai-selai. Kenapa pula gw bersikukuh sarapan fancy, sedang orang-orang lain bisa terhibur dan terpuaskan dengan gorengan formalin atau semangkuk soto micin. Dan tersadarlah gw kalau hidup gw ya semacam toast itu, sebenernya monoton dan garing. Gw dengan sabarnya menunggu waktu dimana gw akan menemukan butter yang bisa meleleh buat gw. Ga gw pungkiri jika semenjak ada Tay gw bisa lebih hidup (maaf bukan iklan rokok). Ga terhitung berapa kali gw tertawa LEPAS, terSENYUM mandiri (alias SENYUM-SENYUM sendiri) ingat chat atau moment lucu kami berdua, nahan napas, dan nahan yang lainnya ketika kita cuma berduaan.. Bagi teman-temen gw yang mengenal Kara BT (alias Kara Before Tay), gw termasuk orang yang jarang banget kehilangan kontrol diri. Tay yang bikin hidup gw ga lagi monoton dan garing! She's my butter-half and I really want her to know.
Gw ga bermaksud bikin moment romantis-romantisan yang terkesan dibuat-buat ketika gw minta dia jadi pendamping gw. Permintaan itu terlontar begitu saja, ketika gw sudah meRASA sangat nyaman dengan Tay. Dan gw bisa meRASAkan kalau dia pun begitu. Semuanya teRASA begitu wajar dan mengalir apa adanya. Meskipun gw masih ada sedikit keraguan, gimana kalau ternyata gw yang geer ngeRASA Tay nyaman sama gw ? Mau dikemanain ini muka gw yang sudah setengah nyosor? :cekakakan :

Gw menunggu jawaban yang keluar dari mulutnya, namun anggukan yang gw terima. Seketika himpitan absurd yang semenjak tadi nangkring di dada gw lenyap. Sepertinya gw nyengir, atau meringis. Entahlah! Sulit mimik ini gw kontrol. Gw bisa liat riak jahil di mata Tay dan, yak, lonceng itu terDENGAR lagi setiap Tay mulai tertawa. Seperti lantunan putri duyung yang bisa membuat para pelaut terkesima dan tersesat di lautan, efek suara tawa Tay selalu menuntun gw melakukan perbuatan yang pastinya dikecam Bang Rhoma. Salahkan Tay sajalah punya bibir cipokable gitu! Gw bisa CIUM wangi kosmetik Tay yang sederhana, ketika dengan gemas gw bermain dengan hidung Tay. Otak gw sibuk kalkulasi jarak bibir Tay dengan bibir gw. Walaupun di lapangan, insting yang ambil alih kontrol dan tendang kesadaran gw sejauh-jauhnya. Hello! Di taman ni, bro! lo ga sadar banyaknya orang di sekeliling kami yang bisa aja nonton? Dua detik berlalu dan bibir gw akhirnya berinisiatif untuk kecup bibir Tay. Mini vertigo dan yang bisa nyembuhin gw dari vertigo ini cuma regukan lebih dalam. Dan gw pun meRASAkan tetesan air di belakang kepala gw, basah. Wait, kenapa gw yang basah? Siapa nih yang nontonin sampe ngiler-ngiler 2 ton gini?? Kembali meRASAkan tetesan air dingin, gw pun sadar kalau ini hujan. Gw bergerak refleks membangunkan Tay yang tampaknya kebingungan. Dalam beberapa menit yang singkat, semua sudah tersusun dan siap untuk dibawa pulang. Karena gw lupa bawa payung dan bibik-bibik penjaja payung sudah ga keliatan batang hidungnya, gw pun inisiatif PAKAI jaket gw agar kami berdua terlindung dari hujan.
Momen dibawah jaket berdua itu bener-bener menyadarkan gw kalau Tay adalah pilihan yang tepat buat gw, selain karena gw sedang dibawah pengaruh wangi shampoo Tay, gw juga lega bisa mengenal Tay lebih jauh lagi. Tay ga resek kayak cewe-cewe lain yang ribet takut bedak luntur karena hujan. Tay bahkan terlihat sangat menikmati hujan. Ga bisa terbendung, gw pun bisikkan sesuatu ke telinga Tay.


*Nothing can ever come between us, So come and dance with me......
Jai Ho!



Terimakasih sudah hadir di kehidupanku, Manis.

Gw bisa RASAin kalau genggaman Tay makin kuat setelah gw bisikin kata-kata itu. Ketika akhirnya kita sampai mobil, gw cuma mau memastikan kalau hari ini, kencan ini, momen ini benar nyata, bukan fatamorgana. Entah kerasukan apa, gw CIUM Tay, kali ini lebih dalam, seakan mencari kepastian akan anggukan Tay tadi. And now I know, She's really mine.

Dalam setiap regukanku mencari, bertanya.
Tanya senyap yang meragu
Namun bising jeritan jiwa yang RESAH
Tak sanggup biarkanku terlunta
Harapan meronta dari setiap cumbu
Gemuruh tertahan pejam mata

Jawabmu menggaung hingga ke sukma
Batin ini berkecamuk
Langkah awal riwayat kita
***

�Selama di dunia ini masih ada kopi, segalanya tak akan buruk-buruk sekali, bukan?�
― Cassandra Clare, City of Ashes

Last edited by karappe; 6th November 2017 at 01:32..