View Single Post
Old 3rd November 2008, 16:59
#7  
Tmec
Addict Member
Tmec is offline

Tmec's Avatar

Join Date: Aug 2008
Posts: 575
Tmec is a celebrity wannabe

Default

Quote:
Originally Posted by PDPDKIJAKARTA View Post
Pastinya kalau partai yang tidak menghargai kader nya akan di tinggalkan. Pak Roy sebanarnya asset dari partai lama nya, tetapi kekecewaan dari pengkaderan yang mendahulukan bukan kader nya membuat partai nya di tinggal. Salah satu contoh dari sekian banyak contoh pada saat PILKADA: Mega lebih milih Sutiyoso dari pada Roy BB Janis sewaktu mau mencalonkan Gubernur DKI Jakarta. Padahal sebagai ketua DPD (Dewan Pimpinan Daerah) seharus nya menjadi calon kuat untuk menjadi Gubernur. Dan Pada masa nya Roy BB Janis memimpin PDIP, bisa mencetuskan 7 DPR dan 30 DPRD..kesuksesan ini diberikan kepada orang yang menyerbu markas PDI pd saat itu dibawah pimpinan Sutiyoso (Peristiwa 27 JUli), (pasti nya ada deal2 kenapa Sutiyoso didukung Mega, Roy tidak!!

Begitu juga pemilihan di jawa Tengah, Kader terbaiknya Mardijo tidak di restui malah memberikan kepada kader nya Mardiyanto.Mardijo memberikan suara nya pada waktu itu ke partai Demokrat.

Di Sumatra Utara kader nya Rudolf Pardede tidak di boleh kan menjadi gubernur , harus menjadi wakil gubernur, dan pada waktu itu para calon gubernur MELAMAR menjadi gubernur kepada Rudolf Pardede.

Kalau Mega memikirkan bahwa di provinsi - provinsi besar (DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah DLL) di Indonesia, harus di pimpin oleh militer...jadi Mana Ekpresi nyaaa..Demokrasi !!!(ikutin iklan di TV)

Paradigma berfikir tidak percaya kepada kadernya sendiri, sampai sekarang masih berlanjut. Coba kalau kader nya ingin maju, sering muncul di TV, pasti nanti nya di lengserkan...Mana kader PDIP sekarang yang nama nya beken seperti dulu ada : Roy BB Janis, Noviantika Nasution, Arifin Panigoro, Alm. Shopan Sopian, Al. Sukowaluyo, Laksamana Sukardi dll...Kemana Manggara Siahaan, Alex Litay, Sabam Sirait, Jacobus Mayong Padang..

Yang sering cuma Pramono Anum(titipan Tri Sutrisno ex- Golkar) , Panda Nababan,(ex Golkar) Cahyo Kumolo (ex Golkar) yang notabene nya bukan kader yang mendirikan partai (PDIP) tetapi yang lompat pagar setelah bu Mega naik daun..

Contoh PKS..berani mempertaruhkan Dani Anwar, Ahmad Heriyawan (gubernur Jawa Barat), ini terbukti mereka mendahulukan kader nya dari pada orang luar.

Lihat hasil dari 8 Calon Presiden dari PKS yang 5 orang kurang di kenal , selain Hidayat Nur Wahid, Tifatul Sembiring, Anis MAtta. Itupun orang belum kenal 100% kecuali Hidayat Nur Wahid..tapi PKS pede2 (percaya diri) saja pasti kader nya mampu..

Mudah2 an PDP akan mampu membina kader nya sehingga siapa yang berbuat dialah yang akan memetik buah nya...

Itu karena PDIP realistis Bro, kl ada orang luar partai yg lebih kapabel kenapa harus memaksakan dari kader internal.

1. PDIP mencalonkan kembali Sutiyoso saat itu karena ingin pembangunan yg udah dikerjakan Sutiyoso berkesinambungan, tanpa melihat masa lalu Sutiyoso. Tambahan lagi, Jakarta kompleks bro permasalahannya.

2. Demikian jg dengan di Jateng. Mardiyanto relatif bersih & sukses, kenapa harus memaksakan kader PDIP sendiri, apalagi saat itu belum ada kader PDIP yg teruji di tingkat Kabupaten & Kotamadya. Berbeda dengan sekarang di saat PDIP udah yakin dengan kepemimpinan Bu Rustriningsih untuk mendampingi Bpk. Bibit Waluyo. Maaf bro, bukankah Bpk. Mardijo juga pernah tersangkut kasus korupsi APBD Jateng?CMIIW.

3. Bpk. Rudolf Pardede masih tersangkut kasus Ijazah Palsu, PDIP ga mau ini menjadi beban PDIP & Bpk. Rudolf Pardede sendiri sehingga ke depannya hanya terbuang energi mengurusi kasus Ijazah Palsu tersebut.

Bpk. Mangara Siahaan, Jacobus Camarlo Mayong Padang, Panda Nababan, Alex Litaay & Sabam Sirait masih aktif di PDIP & masih sangat dipercaya PDIP menjadi Calon Anggota Legislatif dari PDIP dengan nomor urut jadi (1-3).

Kl keberanian, PDIP jg Alhamdulillah berani mencalonkan Bpk. Cornelis, Teras Narang, Sutjipto dll sebagai Calon Gubernur ketika di daerah tersebut ga ada lagi calon lain yg relatif bersih & berhasil meskipun dengan resiko tanpa berkoalisi dengan Partai lain.

Alhamdulillah, Lembaga2 negara Independen; MK, KY, KPK, PPATK dll yg dirancang & dibentuk pd masa pemerintahan Bu Mega perannya lumayan dirasakan dlm upaya pembenahan Hukum di negeri ini.
Reply With Quote