View Single Post
Old 24th April 2008, 06:50
#48  
champ89-90no.9
Mania Member
champ89-90no.9 is offline

champ89-90no.9's Avatar

Join Date: Nov 2007
Location: San Siro, Milan
Posts: 1,306
champ89-90no.9 Super Legendchamp89-90no.9 Super Legendchamp89-90no.9 Super Legendchamp89-90no.9 Super Legendchamp89-90no.9 Super Legendchamp89-90no.9 Super Legendchamp89-90no.9 Super Legendchamp89-90no.9 Super Legendchamp89-90no.9 Super Legendchamp89-90no.9 Super Legendchamp89-90no.9 Super Legend

Default Kerajaan di Jawa Barat

Sob semua...
sebelum melanjutkan ke era Singhasari, aku ingin mengangkat tema Kerajaan di jawa Barat (Tarumanegara, Sunda, Galuh, dan Pajajaran).....kisah tentang kerajaan-kerajaan ini meskipun tidak terlibat langsung dalam intrik perluasan wilayah ke daerah luar Jawa Barat cukup menarik untuk disimak, terutama keberhasilannya untuk survive di tengah perseteruan yang terjadi berabad-abad antara kerajaan Jawa (Jawa Tengah yang kemudian berpindah ke Jawa Timur) dengan kerajaan Sriwijaya di Sumatera....


Tarumanegara, Sunda, Galuh, dan Pajajaran (part 1)

Tarumanagara
Seperti diketahui, kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan tertua di Jawa, bahkan di Nusantara (selain Kutai dan Pasai).

Kerajaan Tarumanegara didirikan Rajadirajaguru Jayasingawarman dalam tahun 358 M. Ia wafat tahun 382 dan dipusarakan di tepi kali Gomati (Bekasi). Ia digantikan oleh puteranya, Dharmayawarman (382 - 395 M) yang setelah wafat dipusarakan di tepi kali Candrabaga. Purnawarman adalah raja Tarumanagara yang ketiga (395 - 434 M). Ia membangun ibukota kerajaan baru dalam tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai dan dinamainya "Sundapura".

Dalam prasasti batu peninggalan Tarumanegara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang, Bogor dituliskan "Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya".

Nama Sunda mulai digunakan oleh Maharaja Purnawarman dalam tahun 397 M untuk menyebut ibukota kerajaan yang didirikannya. Baik sumber-sumber prasasti maupun sumber-sumber Cirebon memberikan keterangan bahwa Purnawarman berhasil menundukkan musuh-musuhnya. Prasasti Munjul di Pandeglang menunjukkan bahwa wilayah kekuasaannya mencakup pula pantai Selat Sunda. Pustaka Nusantara, parwa II sarga 3 (halaman 159 - 162) menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbolinggo) di Jawa Tengah. Secara tradisional Cipamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada masa silam.

Dalam masa pemerintahan Candrawarman yang merupakan Raja ke-6 (515-535 M), banyak penguasa daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap Tarumanagara. Suryawarman (535 - 561 M) Raja Tarumanegara ke-7 melakukan hal yang sama sebagai lanjutan politik ayahnya.

Kerajaan Sunda dan kaitannya dengan Sriwijaya
Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanegara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya.

Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa menggantikan mertuanya menjadi penguasa Tarumanegara yang ke-13. Karena pamor Tarumanagara pada zamannya sudah sangat menurun, ia ingin mengembalikan keharuman jaman Purnawarman yang berkedudukan di purasaba (ibukota) Sundapura. Pada tahun 670 M, ia mengganti nama Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda. Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Wretikandayun, pendiri Kerajaan Galuh, untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan Tarusbawa.

Kerajaan Sunda, Galuh, dan Mataram Kuna
Karena Putera Mahkota Galuh berjodoh dengan Parwati puteri Maharani Sima dari Kerajaan Mataram Kuna (Kalingga) di Jawa Tengah, maka dengan dukungan Mataram Kuna, Wretikandayun menuntut kepada Tarusbawa supaya bekas kawasan Tarumanegara dipecah dua. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan Galuh. Dalam tahun 670 M Kawasan Tarumanegara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Citarum sebagai batas.

Tarusbawa adalah sahabat baik Bratasenawa alis Sanna (709 - 716 M), Raja Galuh ketiga. Tokoh ini adalah ayah Sanjaya dalam Prasasti Canggal (732 M). Persahabatan ini pula yang mendorong Tarusbawa mengambil Sanjaya menjadi menantunya.

Bratasenawa alias Sanna atau Sena digulingkan dari tahta Galuh oleh Purbasora pada tahun 716 M. Dengan bantuan pasukan dari mertuanya, Raja Indraprahasta (sebuah kerajaan di daerah Cirebon), Purbasora melancarkan kudeta terhadap tahta Galuh. Sanna melarikan diri ke Mataram, kerajaan nenek isterinya, Maharani Simma.

Sanjaya, anak Sanna, berniat menuntut balas terhadap keluarga Pubasora. Untuk itu ia meminta bantuan Tarusbawa, raja Sunda yang merupakan mertua dan sahabat ayahnya. Namun cita-cita menuntut balas tersebut baru terwujud ketika akhirnya Sanjaya sebagai menantu Tarusbawa naik tahta menggantikan mertuanya sebagai Raja Sunda.

masih bersambung agak panjang ini....

where is our yesterday...?

Last edited by M. Van Basten; 24th April 2008 at 08:55..
Reply With Quote