Quote:
Originally Posted by cantel
Ari sababna, ngaran mudu Bogor
sabab bogor mah dijieun suluh teu daek hurung
teu melepes tapi ngelun
haseupna teu mahi dipake muput
(Sebabnya harus bernama Bogor?
sebab bogor itu dibuat kayu bakar tak mau menyala
Tapi tidak padam, terus membara
asapnya tak cukup untuk "muput")
Tah kitu!
ngaranan ku andika eta dayeuh
Dayeuh Bogor!
(Begitulah
beri nama olehmu itu kota
Kota Bogor)
[Ngadegna Dayeuh Pajajaran]
Orang Bandung yang hidup puluhan tahun di Bandung akan tercengang ketika berkunjung ke Bogor dan tinggal untuk beberapa lama ketika menjumpai tata bahasa orang Bogor yang terkesan "kasar" dan "keras". Banyak kosakata urang Bogor yang juga tidak dijumpai di Tatar Priangan, hal ini karena pada dasarnya bahasa orang Bogor tidak mengenal stratifikasi atau tingkatan seperti urang Priangan.
Mataram dan Pengaruhnya Pada Tatar Priangan
Takluknya Galuh (Priangan Timur) dan Sumedang Larang (Priangan Tengah) pada Mataram pada abad ke 17 adalah pintu bagi masuknya tata bahasa jawa yang mengenal tingkatan dan unsur feodalisme ke dalam tatar Sunda. Sultan Agung menamai wilayah taklukannya itu dengan sebutan "Priangan".
"Jawanisasi" bahasa pada struktur pemerintahan priangan dimulai dengan diwajibkannya bahasa jawa digunakkan untuk administrasi pemerintahan lokal di Priangan, dan para Bupati yang diangkat pada saat itu sangat patuh pada Raja Mataram dan membudayakan struktur tingkatan bahasa yang dikenal di tatar priangan saat ini termasuk bahasa "halus" yang dipakai oleh para ningrat dan bawahan ke atasan, bottom-up, kelas atas dan kelas bawah dan seterusnya...
Priangan
Daerah Mang Dede dan Neng Dian (anggota DFRB) di Priangan Timur, intensitas pengaruh Mataram dan Belanda tidak terlalu tinggi karena dinilai kurang menguntungkan. Wilayah ini oleh Mataram hanya dibutuhkan untuk bantuan logistik dan tentara.
Sementara Priangan Tengah menjadi pusat pemerintahan Priangan sejak zaman Mataram. Intensitas pengaruh Mataram dan Belanda di Priangan Tengah paling besar dibandingkan dengan wilayah lainnya. Ini disebabkan Priangan Tengah dinilai paling menguntungkan sebagai penghasil perkebunan terbesar.
Pengaruh Mataram dan Kolonial di Priangan Barat juga cukup besar. Ciri khas daerah ini ditandai dengan bahasa Sunda yang dipergunakan lebih halus dan kesenian berkembang lebih baik dibandingkan daerah lainnya. Hal ini terjadi karena Cianjur awalnya sebagai pusat ibu kota Priangan sebelum dipindahkan ke Bandung.
(Bersambung...)
|
paingan atuh..mang dede jeung neng dian..kalaluar ti priangan timur ari dinilai kurang menguntungkan mah..