View Single Post
Old 14th November 2017, 12:15
#82  
celingak-celinguk
Groupie Member
celingak-celinguk is offline

Join Date: Jan 2008
Location: diantara rumput-rumput nan hijau
Posts: 15,176
celingak-celinguk Super Legendcelingak-celinguk Super Legendcelingak-celinguk Super Legendcelingak-celinguk Super Legendcelingak-celinguk Super Legendcelingak-celinguk Super Legendcelingak-celinguk Super Legendcelingak-celinguk Super Legendcelingak-celinguk Super Legendcelingak-celinguk Super Legendcelingak-celinguk Super Legend

Default

Quote:
Originally Posted by FoeLung View Post
Ente itu bingung karena nggak faham konteks dan scope omongan keduanya.

Sandi itu ngomongin konsep rumah lapis secara umum keseluruhan DKI.

Rumah lapis itu bisa 1 lapis, bisa 2 lapis, bisa 3 lapis... dll. Rumah lapisnya seperti apa ? Nanti akan ditanyakan warga nya... warga yg mau dibangunin rumah lapis. Beda lokasi beda rumah lapisnya.

Anies ngomongin rumah lapis yg akan dibangun di Kp Aquarium. itu sudah pernah dibahas bersama warganya. (bukan berarti sudah selesai/final pembahasannya).

Bhs kerennya, konsep pemukiman rumah lapis itu customized, sesuai lokasi dan profile warga nya.

Karena itu customized, kalo ada yng nanya/berkata

"Nanti rumah lapis yg mau di bangun di JAKARTA itu berapa tingkat, seperti apa ? dll " .
"Mari kita bahas detail rumah lapis yg mau dibangun Anies Sandi di JAKARTA "
"Tolong kasih saran buat pembangunan rumah lapis DI JAKARTA "

Itu kalimat dari orang2 dungu .....

Yg faham dan cerdas akan bertanya "Nanti rumah lapis di Kampung A... di Dusun B... yang di Rawa sono .... itu berapa tingkat ? "

wacana dan retorika kalo digabung jadinya ya kayak postingan di atas




padahal cuman pepesan kosong ga ada isinya


tapi ya terserah saja...toh DP nol koma kosong udah bye-bye kena pengalihan isu rumah tumpuk..rumah lapis...rumah susun...rumah tindih...rumah panjat pinang..rumah gendong...



byuuurrr...!!!!


"Demokrasi yang baik adalah ketika setiap orang memiliki kemampuan untuk menyampaikan curah pikirannya secara bertanggungjawab" (celingak-celinguk, 2014)
Reply With Quote