KAMERA
"Masuklah ke lensaku," bujuknya.
Gila:
ia digoda masuk ke lensanya
agar bisa melihat apa pun
secara terperinci -- setiap POI, setiap objek,
bahkan semua gelombang cahaya, UV dan IR
yang menciptakan foto.
"Masuklah," bujuknya.
Gila! Hanya agar bisa mengabadikan sebaik-
baiknya apa pun yang dibidikkannya
kepada diri sendiri.
KAMERA,2
kamera itu tersirap dan hampir berkata jangan ketika pemiliknya
membidikkannya hari ini ke sebuah bunga; tak ada alasan kenapa ia ingin berkata
jangan sebab toh fotografer itu tak mengenal isyaratnya -- tak ada
alasan untuk memahami kenapa fotografer yang selama ini rajin
membawanya hunting dan selalu menatapnya dengan pandangan cinta itu
kini wajahnya pucat dan dingin, menanggalkan memori, lensa dan filternya
lalu selanjutnya... yang kutahu aku telah menjadi milik fotografer cantik yang anggun dan embun
diam-diam aku membidikkan diri sendiri setiap ia berganti gaun
KAMERA,3
Kamera digital itu membayangkan ada yang mengkliknya, me-
nutup-membuka lensanya, menciptakan foto yang tak
terbayangkan indahnya...
Ia meraba-raba tombol shutternya sendiri sambil mengintip
jendela yg tertiup angin ... lalu jepret !!!
Pemilik kamera menutup jendela dan memasukkan kamera ke
ke dalam tas...
FOTO
kukirimkan padamu sebuah foto, kekasihku,
sebuah pemandangan danau, perahu
dan pegunungan yang nampak pepohonannya
serta beberapa burung yang lepas ke pinggir awan
entah kemana ia perginya
Aku, tentu saja, tak ada di antara
mereka. Namun ada.
Tepat, di mana kau memandang foto itu
puisi-puisi di atas hasil adaptasi penuh iseng dari puisi Sapardi Djoko Damono