View Single Post
Old 11th October 2017, 22:51
#1  
shiori_kamisaki
Mania Member
Femaleshiori_kamisaki is offline

shiori_kamisaki's Avatar

Join Date: Oct 2016
Location: Moodyz
Posts: 1,912
shiori_kamisaki has becoma a maestroshiori_kamisaki has becoma a maestroshiori_kamisaki has becoma a maestroshiori_kamisaki has becoma a maestroshiori_kamisaki has becoma a maestroshiori_kamisaki has becoma a maestroshiori_kamisaki has becoma a maestroshiori_kamisaki has becoma a maestro

Default Apakah yang disebut "AGAMA"

Diskusi di thread "Ateisme dan Komunisme saudara kembar" dan juga beberapa thread lain sebenarnya melahirkan satu pernyataan besar bagi saya, yaitu tentang definisi "AGAMA" dan kriteria sebuah paham disebut sebagai "AGAMA".

Sebagian guru di sekolah2 Indonesia mengajarkan bahwa "agama" diambil dari bahasa Sansekerta yaitu "a" (tidak) dan "gama" (kacau), jadi artinya "tidak kacau". Tapi sebenarnya ini keliru.

Setelah saya cek kamus bahasa Sansekerta, definisi yang lebih tepat dari kata "aagama" ("a" di awal lebih panjang) adalah:
- kehadiran
- menuju / mencapai
- jalan untuk menuju suatu tempat
- teori
- ilmu pengetahuan
- prinsip dasar
- hal-hal yang diajarkan turun temurun dan menjadi tradisi
- kumpulan doktrin / ajaran
- kumpulan tulisan2 suci dalam agama Hindu, Buddha, dan Jainisme

Lalu, kriteria apa sajakah yang menyebabkan sebuah paham dapat disebut "agama"?

Ada beberapa buku yang menggolongkan paham "Juche" di Korea Utara sebagai sebuah agama, bukan sebatas ideologi seperti Pancasila dan lain2nya. Mengapa? Karena di Korea Utara yang terjadi saat ini adalah penyembahan terhadap Kim Il-Sung dan anaknya, Kim Jong-Il. Bahkan pemerintah sana sangat pintar membuat mitologi, seakan-akan Kim Il-Sung adalah seorang dewa yang agung atau setara Mesias atau Imam Mahdi. Begitu juga Kim Jong-Il diceritakan bahwa kelahirannya membuat musim salju berubah menjadi musim semi, pelangi dan bintang tiba2 bercahaya. Aneh2 deh pokoknya. Uniknya mereka mengaku "ateis", tetapi nyata2nya menyembah2 Kim Il-Sung dan Kim Jong-Il bagaikan tuhan atau dewa.

Sementara itu di Indonesia, secara resmi pemerintah menyatakan bahwa kepercayaan tradisional seperti Parmalim di kampung saya, lalu juga Sunda Wiwitan, Subud, Sapto Darmo, Ngesti Tunggal, Marapu, Aluk Todolo, dll itu hanya sebatas "aliran kepercayaan", bukan "agama". Padahal, sudah banyak sosiolog yang meneliti "agama-agama" ini dan menyatakan bahwa apa yang mereka anut itu sebenarnya sebuah agama. Ada yang disembah, ada peraturan yang harus ditaati, dan ada juga para pemukanya.

Jujur saja, saya kasihan kepada mereka. Sebagai penganut Katolik, salah 1 agama yang "diakui" di Indonesia, saya lebih beruntung bisa mencantumkan agama saya di KTP dan formulir2 resmi. Tapi mereka tidak bisa. Mau tidak mau mereka harus memilih 1 dari 6 agama resmi, atau mengosongkannya. Yang membuat saya lebih sedih lagi adalah bagaimana Konghucu bisa diakui di Indonesia, tetapi agama2 asli Indonesia ini malah tidak.

Jadi, apa sih yang disebut dengan "agama"?

"Halo cyiiinnnn... Apa kareba???"
Reply With Quote