View Single Post
Old 12th July 2018, 08:05
#2  
bandungutara210
Banned
bandungutara210 is offline

Join Date: Apr 2018
Posts: 2,618
bandungutara210 is a divo/diva wannabebandungutara210 is a divo/diva wannabebandungutara210 is a divo/diva wannabebandungutara210 is a divo/diva wannabebandungutara210 is a divo/diva wannabe

Default

Memprediksi Peta Politik Pilpres jika Gerindra dan PKS Pecah Kongsi
Ketua Umum sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) bersama Presiden Partai Keadilan Sejahtera Sohibul Iman (kedua kiri) menghadiri Aksi Bela Rohingya 169 di Monumen Patung Kuda, Jakarta, Sabtu (16/9/2017). Aksi dari Crisis Center for Rohingya PKS bersama ormas-ormas Islam tersebut menyuarakan dihentikannya kekerasan dan dikembalikannya hak kewarganegaraan etnis Rohingya.ANTARA FOTO/PUSPA PERWITASARI

Konfigurasi peta koalisi partai politik jelang pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden untuk pemilihan presiden 2019, masih sangat dinamis.

Setidaknya terdapat dua kubu partai politik saat ini. Pertama, partai politik pendukung Joko Widodo yang terdiri dari PDI Perjuangan, Golkar, Nasdem, Hanura, PPP, Perindo, PSI dan PKPI.

Kedua, partai politik di luar itu, yakni Gerindra, PKS, Demokrat, PKB dan PAN.

Melihat situasi terkini, Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satrio memprediksi, Pilpres 2019 akan menjadi arena pertarungan bagi tiga poros partai politik.

Hal ini didasarkan pada PKS yang semula tampak 'mesra' dengan Gerindra, justru semakin menjauh lantaran adanya ketidakinginan Gerindra mengambil calon wakil presiden bagi Prabowo Subianto dari PKS.

"Kalau, misalnya, Gerindra sampai akhir 'kekeuh' mengambil cawapres bukan dari PKS, berarti yang tersisa PKS, PAN dan PKB. Buat mereka ini berarti hanya dua pilihan saja, mau gabung ke Jokowi atau Prabowo, atau bikin koalisi sendiri," ujar Hendri kepada Kompas.com, Rabu (11/7/2018).

Melihat Partai Demokrat yang dengan siapa saja di Pilpres 2019, Hendri memprediksi, Gerindra akan bergabung bersama Demokrat dan membentuk poros tandingan Jokowi.

Poros ketiga tersebut terdiri dari PKS, PAN dan PKB.

Situasi ini, menurut Hendri, tentunya menyisakan persoalan. Sebab, poros tersebut notabene tidak mempunyai tokoh sentral.

"Kalau jadi bikin koalisi sendiri, poros baru, mereka harus ada tokoh sentral dan satu-satunya tokoh sentral yang tersisa cuma Pak Jusuf Kalla. Beliau lah penentu arahnya nanti," ujar Hendri.

Prediksi konfigurasi koalisi partai politik tersebut, lanjut Hendri, akan berubah lagi apabila Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan permohonan uji materi atas presidential threshold sebesar 0 persen.

Artinya, setiap parpol bisa mengusung pasangan capres-cawapres.

Coattail Effect

Mengenai PKS yang ngotot memajukan kadernya sebagai calon wakil presiden pendamping Prabowo, menurut Hendri, adalah hal yang wajar.

Apalagi, PKS mengancam akan pecah kongsi apabila Gerindra tidak menggandeng kadernya.

Salah satu hal yang jadi pertimbangan, yakni 'coattail effect' atau bagaimana sosok yang diusung di Pilpres mampu mendongkrak perolehan suara pada pemilihan anggota legislatif.

Maka, tidak heran PKS melakukan 'test the water' dengan mewacanakan sejumlah nama. Termasuk dengan mewacanakan Anies Baswedan-Ahmad Heryawan.

"Wajar apabila PKS berkata itu. Mereka butuh coattail effect dari calon presiden atau calon wakil presidennya. Kalau PKS enggak dapat cawapres, dia sulit mendapatkan coattail effect. Misalnya, nama Prabowo-Anies Baswedan, kan PKS nya enggak kebawa," ujar Hendri.

Hendri juga menilai, PKS selama ini sudah memberikan banyak keuntungan bagi Gerindra. Misal, soal kampaye tagar #2019gantipresiden.

Hendri mengatakan, berdasarkan survei Kedaikopi, beberapa waktu yang lalu, masyarakat berpersepsi, tagar itu dikampanyekan oleh Partai Gerindra dengan tokoh sentral Prabowo Subianto.

"Masyarakat kan ditanya persepsinya soal #2019gantipresiden, jawabannya itu kampanye Gerindra. Saat ditanya lagi, siapa yang mengusung? Anggapannya tokohnya adalah Prabowo. Padahal kan jelas tagar itu punya PKS, Mardani Ali Sera. Maka wajar PKS bersikap demikian sekarang ini," ujar Hendri.

Penulis: Fabian Januarius Kuwado

Editor: Sandro Gatra

Copyright Kompas.com
Reply With Quote