Quote:
Originally Posted by freya.
Ya kalo merendahkan atau melecehkan perempuan, respon umumnya pasti gak terima / marah. Tp kalo soal fakta perempuan gak bisa menjadi Imam di agama Katholik kenapa harus disangkal? Kenapa harus memaksakan argumen bahwa perempuan dan lelaki memiliki kesetaraan kesempatan utk memimpin ibadah / misa atau menjadi Paus?
|
Sekali lagi "tidak dipanggil" bukan "tidak bisa", karena sebenarnya semua orang "tidak bisa" menerima sakramen Imamat seperti ditulis dalam Katekismus.
Dan saya tidak pernah menganggap bahwa jika Yesus dan Gereja tidak pernah memilih wanita sebagai penerus Para Rasul berarti wanita adalah warga kelas dua. Gak ada ajaran seperti itu. Baca Katekismus no. 369.
Quote:
Originally Posted by freya.
Dalam hal kesetaraan untuk memimpin ibadah dan memimpin umat Katholik, saya rasa argumen Pak Kumal masuk di akal.
|
Apakah itu berarti harkat dan martabat pemimpin lebih tinggi dari manusia lainnya?
Bukankah menjadi pemimpin adalah tugas, bukan keistimewaan?
Quote:
Originally Posted by freya.
Betul.
Tapi ini tetap tdk bisa membantah bahwa perempuan dlm pandangan agama Katholik pun tetap dibatasi untuk berada dibawah pimpinan lelaki.
|
Dipimpin oleh lelaki bukan berarti martabatnya di bawah lelaki dan dikualifikasikan sebagai warga kelas 2.