View Single Post
Old 1st December 2010, 02:19
#28  
Hafilova
Mania Member
Hafilova is offline

Hafilova's Avatar

Join Date: May 2009
Posts: 1,481
Hafilova is a divo/divaHafilova is a divo/divaHafilova is a divo/divaHafilova is a divo/divaHafilova is a divo/divaHafilova is a divo/diva

Default

Agora (2009)


Hypatia: "If I could just unravel this just a little bit more, and just get a little closer to the answer, then... Then I would go to my grave a happy woman"

Seperti apakah bentuk bumi itu? apakah bulat seperti bola? atau sedatar permukaan meja?. Apakah bumi yang menjadi pusat tata surya? ataukah matahari? ah, pertanyaan-pertanyaan tetang hukum astronomi tersebut tampaknya sangat konyol jika ditanyakan pada jaman modern ini dimana kita sudah jelas-jelas mengetahui jawabannya, namun lain halnya 17 abad lalu, tepatnya pada abad 4 sesudah masehi dimana teori Geonsentris-bumi menjadi pusat alam semesta- diterima mentah-mentah oleh hampir seluruh manusia pada saat itu dan sedikit sekali yang mencoba untuk menguak lebih jauh untuk mencari kebenaran lain tentang misteri alam tersebut, dan salah satunya adalah seorang wanita yang juga ahli matematika, filsufuf dan ahli astronomi bernama Hypatia.

Ya, Agora yang juga merupakan nama tempat berkumpul pada jaman Yunani kuno ini adalah sebuah film sejarah dan juga sebuah biopik seorang Hypatia di tahun-tahun terakhir hidupnya. Di garap oleh Alejandro Amenábar, sutradara Spanyol yang sebelumnya sukses menghadirkan The Sea Inside (Mar adentro) (2004) dan The Others (2001), Agora terbilang cukup berhasil menghadirkan sebuah kisah sejarah yang cukup menarik dimana tidak hanya mengisahkan kisah hidup tragis Hypatia yang disini diperankan dengan baik oleh ****** Weisz namun juga bagaimana pergolakan antara ilmu pengetahuan dan agama yang jika mau diandaikan seperti air dan api pada waktu itu.

Agama memang menjadi tolak ukur segala hal, tidak hanya ilmu pengetahuan namun juga politik pada saat itu, hingga tak jarang agama sering disalah gunakan untuk memuaskan kepentingan pribadi para penguasanya, bahkan jika perlu agama juga bisa menjadi alasan manusia untuk saling membunuh. Semua konflik-konflik tersebut sukses dijabarkan oleh Amenábar dalam film yang berhasil menggondol tujuh Goya Awards ini, walaupun harus diakui plot yang dihadirkan masih terasa kurang dalam dan terkesan terburu-buru dalam penyajiannya, sepertinya Amenábar terlalu memfokuskan kisahnya kepada konflik-konflik agama saja tanpa terlalu banyak menggali kisah Hypatia. Untung saja kelemahan-kelemahan tersebut masih bisa ditutupi oleh bagaimana indahnya Amenábar manyajikan setting kota Alexandria dengan sinematografi yang apik dan detil-detil yang memukau dan juga tidak ketinggalan penampilan apik dari seorang ****** Weisz dalam memerankan sosok Hypatia.

7,7/10
Reply With Quote