Quote:
Originally Posted by kaldun
mosok visi misinya ditunggu jutaan orang malah cuman dikasih puisi muluk
lagipula fadli zon tdk tau seni
karena bahasa puisi itu ibarat lukisan abstrak yg berisi pesan2 lewat kombinasi goresan & warna yg indah, bukan malah disampaikan secara vulgar begitu
masih kalah sama puisinya tukang becak (wiji thukul)
(tanpa judul)
kuterima kabar dari kampung
rumahku kalian geledah
buku-bukuku kalian jarah
tapi aku ucapkan banyak terima kasih
karena kalian telah memperkenalkan
sendiri
pada anak-anakku
kalian telah mengajar anak-anakku
membentuk makna kata penindasan
sejak dini
ini tak diajarkan di sekolahan
tapi rezim sekarang ini memperkenalkan
kepada kita semua
setiap hari di mana-mana
sambil nenteng-nenteng senapan
kekejaman kalian
adalah bukti pelajaran
yang tidak pernah ditulis
dan kekejaman tersebut diperkokoh dng hilangnya sang penulis
|
Puisi itu bebas..
tergantung kita bagaimana mendapatkan inspirasi untuk menulis Puisi itu sendiri.
Contohnya, ketika lihat Pak Tua tapi masih juga rakus dengan kekuasaan, maka Iwan Fals pun menulis Puisi yang akhirnya menjadi lirik lagu :
Kamu yang sudah tua, apa kabarmu
Katanya baru sembuh, katanya sakit
Jantung, ginjal, dan encok, sedikit sarap
Hati-hati Pak Tua istirahatlah
Diluar banyak angin
Kamu yang murah senyum, memegang perut
Badanmu s'makin tambun memandang langit
Hari menjelang magrib, Pak Tua ngantuk
Istri manis menunggu, istirahatlah
Diluar banyak angin
Pak Tua sudahlah
Engkau sudah terlihat lelah
Pak Tua sudahlah
Kami mampu untuk bekerja
Pak Tuaa