View Single Post
Old 21st April 2009, 09:49
#87  
elbi-nasa
Addict Member
elbi-nasa is offline

elbi-nasa's Avatar

Join Date: Nov 2008
Posts: 295
elbi-nasa is a celebrity wannabe

Default

Quote:
BISNIS REMANG-REMANG

Masih menurut Kompas, bisnis remang-remang atau perjudian di sejumlah sudut di Jakarta ataupun di sejumlah pulau di kawasan Pulau Seribu, terkait dengan Tommy Winata. Bisnis sampingan Tommy: perjudian, obat bius, dan penyelundupan. Sebagaimana dilansir sumber TEMPO di tahun 1999, Tommy Winata adalah salah satu dari sembilan tokoh (“Gang of Nine”) dalam bisnis gelap yang merajalela, tanpa aparat keamanan bisa memberantasnya. Tokoh lain dalam bisnis ini, meliputi nama-nama seperti Yorrys sendiri, Edi “Porkas” Winata, dan Arie Sigit Soeharto.

Mantan presiden Abdurrahman Wahid pun dalam sebuah diskusi publik dengan terang-terangan menyebut Tommy adalah cukong dari bisnis perjudian di kawasan Pulau Ayer (di Kepulauan Seribu). Malah dirinya telah memerintahkan Kapolri saat itu Rusdihardjo dan Jaksa Agung Marzuki Darusman untuk menutup pulau itu dan mensita kapal pesiar yang digunakan untuk perjudian ditahan (Kompas, 22 April 2002).

Jadi; seperti bisa dibaca di banyak bahan, Tommy Winata adalah seorang konglomerat yang punya kaki dan tangan yang bisa main di banyak tempat. Dalam tempo belasan tahun ia berhasil mendirikan imperiumnya Gedung megah dan indah Artha Graha yang terdiri dari 29 lantai di kawasan Sudirman merupakan saksi dan bukti bahwa Tommy Winata adalah seorang “kuat” berkat banyaknya uang yang dikuasainya. Dengan uang ini ia bisa membeli banyak jenderal dan pejabat-pejabat tinggi negara (atau tokoh masyarakat) hampir di semua tingkat dan di semua bidang.

Apakah negeri kita, rakyat kita, atau bangsa kita diuntungkan dengan adanya orang-orang sejenis Tommy Winata, masih bisa dipertanyakan. Yang jelas ialah bahwa konglomerat hitam (dari berbagai suku dan ras atau keturunan) adalah oknum-oknum yang karena kerakusannya untuk menumpuk kekayaan, maka tidak peduli lagi apakah segala tindakan mereka itu bermoral atau tidak, atau apakah kegiatan mereka itu merugikan kepentingan rakyat dan negara atau tidak. Sudah banyak bukti bahwa para konglomerat hitam adalah hanya merupakan benalu di tubuh bangsa, yang kehadirannya banyak menimbulkan penyakit. Mereka adalah musuh masyarakat.


AROGANSI KEKUASAAN HARUS DILAWAN

Apa yang dipertontonkan oleh Tommy Winata beserta para pendukungnya di kantor Tempo dan kemudian di kantor polisi Jakarta adalah sebagian dari praktek-praktek premanisme yang pernah dilakukan secara halus atau secara kasar. Ini pernah terjadi terhadap kantor Humanika, Forum Keadilan, masalah tanah Trakindo di Cilandak, penyanderaan terhadap pengusaha-pengusaha India. Arogansi ini mencapai puncaknya oleh orang-orang kepercayaan Tommy Winata di kantor polisi (baca laporan kronologis wartawan Tempo Achmad Taufik). Dari kejadian ini orang dapat kesan bahwa polisi sudah tunduk atau takut kepada Tommy Winata.

Reaksi yang hebat dari berbagai fihak terhadap peristiwa majalah Tempo adalah tepat dan sangat diperlukan dewasa ini, mengingat bahwa premanisme dalam segala bentuknya memang harus dilawan sekeras-kerasnya oleh semua golongan. Pada hakekatnya, premanisme adalah tindakan tidak menghargai hukum dan lebih mengutamakan ancaman, kekerasan, kekuatan, pengaruh, atau kekuasaan tanpa mengindahkan keadilan dan kepatutan. Premanisme inilah yang telah dilakukan oleh para pendukung Orde Baru selama puluhan tahun, dengan berbagai cara dan bentuk. Dan premanisme Tommy Winata adalah bagian dari padanya.
Quote:
Jejak rekam SBY di bidang lingkungan sangat tersembunyi, sebab SBY ‘hanya’ berperan sebagai pelindung berbagai kelompok bisnis besar, terutama kelompok Artha Graha (AG). T.B. Silalahi, penasehat presiden di bidang pertahanan, juga eksekutif kelompok AG milik Tomy Winata. Melalui mitra bisnisnya di Sumut, AG mengelola perkebunan kelapa sawit PT First Mujur Plantation di Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu.
Artha Graha juga milik Sugianto Kusuma (‘Aguan’), pemilik PT Agung Sedayu Permai, holding company Agung Sedayu Group.

Artha Graha dan Agung Sedayu Permai banyak membangun gedung perkantoran & perumahan elit, yang tiap hari diiklankan di layar televisi.
Kurang disadari dampak lingkungan properti-properti mewah itu.

Last edited by elbi-nasa; 21st April 2009 at 09:51..
Reply With Quote