View Single Post
Old 7th June 2016, 11:38
#1  
novitasafitri02
Addict Member
novitasafitri02 is offline

Join Date: Mar 2016
Posts: 199
novitasafitri02 has become a superstarnovitasafitri02 has become a superstarnovitasafitri02 has become a superstarnovitasafitri02 has become a superstarnovitasafitri02 has become a superstarnovitasafitri02 has become a superstarnovitasafitri02 has become a superstar

Default 5 Fakta Tentang Mimpi

Saat kita mulai lelap tertidur dan mencapai alam bawah sadar, sel-sel aktif di otak sebagian masih terjaga. Ini memicu energi yang cukup untuk bermimpi. Kebanyakan mimpi terjadi selama tahap rapid-eye-movement (REM). REM adalah kondisi normal dari tidur yang ditandai dengan gerakan cepat dan acak dari mata. Tidur REM diklasifikasikan dalam dua kategori: tonik dan phasic. Ini diidentifikasi dan didefinisikan oleh Nathaniel Kleitman dan muridnya Eugene Aserinsky pada tahun 1953.

Kriteria dari tidur REM antara lain gerakan mata yang cepat, otot melemas dan gelombang Elektroensefalografi (EEG). EEG adalah rekaman aktivitas elektrik di sepanjang kulit kepala yang cepat dan bertegangan rendah.



Yang kerap menjadi pertanyaan adalah, mengapa ada yang mengalami mimpi buruk sementara yang lain menghabiskan malam dengan mimpi indah?. Sama seperti tidur, mimpi adalah fenomena misterius. Melalui berbagai penelitian, pata ilmuwan menggali lebih dalam ke alam tidur dan muncul beberapa hal terkait mimpi ini.

Berikut ini sebagian dari yang berkaitan dengan alam mimpi.

Mimpi Dapat Menjadi Tanda Peringatan Masalah Kesehatan
Terkadang terjadi gangguan perilaku tidur yang menyebabkan orang bereaksi akibat mimpi mereka. Ada yang mengigau, memukul atau berteriak. Mimpi dengan reaksi semacam ini kemungkinan merupakan pertanda sangat dini dari gangguan atau penyakit yang berkenaan dengan organ otak bawah, termasuk penyakit Parkinson dan demensia. Hal ini tertuang dalam hasil penelitian yang dipublikasikan secara online 28 Juli 2010, dalam jurnal Neurology. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mimpi buruk disertai polah tubuh dan reaksi fisik dapat merupakan pertanda gangguan neurodegenerative jauh sebelum secara klinis penderita menyadari masalah penyakit, atau dokter menemukan bahwa ada masalah penyakit tersebut.

Orang Yang Sering Begadang Lebih Sering Mimpi Buruk
Penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2011 dalam jurnal Sleep and Rhythms Biologi, mengungkapkan bahwa orang yang sering begadang lebih mungkin mengalami mimpi buruk. Hal ini diungkap dalam studi terhadap 264 mahasiswa yang setengahnya suka begadang dimalam hari dan terbangun lebih siang. Mereka ditanyai seberapa sering mereka mengalami mimpi buruk pada skala dari 0 sampai 4. Skor 0 untuk tidak pernah mimpi buruk, sementara skor 4 untuk freuensi sangat sering mimpi buruk. Yang sering melek di malam hari rata-rata mengalami mimpi buruk dengan skor 2.10. Sementara yang tidur dengan teratur dan bangun pagi hanya mengalami mimpi buruk dengan skor rata-rata 1.23.

Para peneliti mengatakan perbedaan itu signifikan meski mereka tidak yakin apa yang menyebabkan hubungan antara kebiasaan tidur dan mimpi buruk. Muncul dugaan terkait pengaruh hormon stres kortisol yang puncaknya di pagi hari. Sehingga orang yang bangun pagi jarang terkena mimpi dibawah pengaruh hormon ini.



Laki-Laki Lebih Banyak Bermimpi Tentang Seks Dibanding Perempuan
Penelitian untuk gelar Doktor pada tahun 2009 oleh psikolog Jennie Parker dari University of the West of England, menemukan bahwa kaum laki-laki mengalami mimpi yang berkaitan dengan seks lebih sering dari kaum perempuan. Riset ini juga menemukan bahwa kaum perempuan lebih rentan terhadap mimpi buruk. Mimpi buruk kaum perempuan dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori: mimpi yang menakutkan (dikejar atau terancam); mimpi yang melibatkan hilangnya orang yang dicintai; atau mimpi terdampar dalam kondisi yang membingungkan.

Manusia Dapat Mengendalikan Mimpi
Manusia bisa mengendalikan mimpinya, atau secara ilmiah kondisi ini disebut Lucid Dream. Jayne Gackenbach, seorang psikolog di Grant MacEwan University di Kanada mengatakan, “untuk melatihnya anda bisa menghabiskan sekian jam sehari dalam realitas virtual atau game. Gamer mampu mengendalikan lingkungan permainan mereka, hal serupa dapat diterjemahkan ke dalam mimpi.”

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang sering bermain video game lebih mungkin mengendalikan dan mempengaruhi dunia mimpi mereka, seolah-olah mengendalikan karakter permainan video. Kecakapan kendali juga dapat membantu gamer mengubah mimpi mengerikan menjadi mimpi riang, hal ini ditemukan dalam studi tahun 2008. Ini yang menjadi dasar kenapa aneka permainan Games virtual disarankan untuk membantu para veteran perang yang menderita gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan kerap bermimpi buruk.

Mengapa Kita Bermimpi ?
Para ilmuwan telah lama bertanya-tanya mengapa kita bermimpi. Tokoh ilmu psikologi Sigmund Freud mengatakan bahwa mimpi adalah semata-mata efek samping dari kondisi tidur denngan rapid-eye-movement (REM) tidur.

Ada juga ilmuwan yang berpendapat bahwa kemungkinan mimpi adalah reaksi tubuh dalam berproses menuju berpikir lebih kritis. Sebagaimana pendapat psikolog Harvard Deirdre Barrett yang menyajikan teorinya pada tahun 2010 dalam pertemuan the Association for Psychological Science di Boston.

Penelitian Deirdre Barrett mengungkapkan bahwa saat tertidur pulas orang mungkin lebih mampu memecahkan teka-teki yang coba ia pecahkan pada siang hari. Aspek visual yang sering tidak logis dalam mimpi membuat orang mampu berpikir out-of-the-box, dimana cara berpikir ini diperlukan untuk memecahkan beberapa masalah. Dari waktu ke waktu, mimpi menyempurnakan kemampuan orang terkait banyak hal. Termasuk membantu mengistirahatkan otak untuk lebih segar dan lebih mampu memecahkan masalah.

sumbernya dari sini yaa
Reply With Quote