Quote:
Originally Posted by pancadahana
coba aja anda cari dengan cara sama
tapi sebelum abad 13 atau abad 7
benarkah itu budaya moyang kita
dan gak perlu nuduh belanda aneh2
|
Coba ente gugling artikel yang berjudul "Sarung, Jubah, dan Celana: Penampilan sebagai Sarana Pembedaan dan Diskriminasi" tulisan Kees van Dijk. Jurnalis Belanda sekitar periode 1917-1920.
Penjajah Belanda sengaja menggunakan tata cara berpakaian untuk mendiskrimasi etnis non eropa, pribumi yang ingin mengenyam pendidikan tidak diperbolehkan memakai sarung masuk sekolah. Termasuk pribumi wanita pribumi harus melepas "hijab" penutup kepala dsb, pribumi yang berpendidikan harus bergaya seperti orang Eropa.
Bahkan jauh sebelumnya berdirilah "sakola istri" (sekolah perempuan) pertama di nusantara yang didirikan Raden Dewi Sartika tahun 1902-1904 dibantu Bupati Bandung R.A.A Martanagara. Belanda hanya mengizinkan sekolah itu berdiri apabila siswi-siswinya mengenakan pakaian "ciri" pribumi yang dipilih oleh Belanda : Bersanggul tanpa penutup kepala, berbaju kebaya dan penutup samping (kain batik) sampai kaki.
Sarung, hijab, kopiah, baju kurung dll dianggap peninggalan masa lalu dan lambat laun masyarakat pun ikut keinginan penguasa, hijab hampir sama sekali punah ketika Indonesia baru merdeka.