View Single Post
Old 22nd February 2019, 20:24
#50  
adama
Groupie Member
adama is offline

adama's Avatar

Join Date: Dec 2008
Location: Planet Keron
Posts: 32,179
adama Super Legendadama Super Legendadama Super Legendadama Super Legendadama Super Legendadama Super Legendadama Super Legendadama Super Legendadama Super Legendadama Super Legendadama Super Legend

Default

Quote:
Originally Posted by pancadahana View Post
coba aja anda cari dengan cara sama
tapi sebelum abad 13 atau abad 7
benarkah itu budaya moyang kita

dan gak perlu nuduh belanda aneh2
Coba ente gugling artikel yang berjudul "Sarung, Jubah, dan Celana: Penampilan sebagai Sarana Pembedaan dan Diskriminasi" tulisan Kees van Dijk. Jurnalis Belanda sekitar periode 1917-1920.

Penjajah Belanda sengaja menggunakan tata cara berpakaian untuk mendiskrimasi etnis non eropa, pribumi yang ingin mengenyam pendidikan tidak diperbolehkan memakai sarung masuk sekolah. Termasuk pribumi wanita pribumi harus melepas "hijab" penutup kepala dsb, pribumi yang berpendidikan harus bergaya seperti orang Eropa.

Bahkan jauh sebelumnya berdirilah "sakola istri" (sekolah perempuan) pertama di nusantara yang didirikan Raden Dewi Sartika tahun 1902-1904 dibantu Bupati Bandung R.A.A Martanagara. Belanda hanya mengizinkan sekolah itu berdiri apabila siswi-siswinya mengenakan pakaian "ciri" pribumi yang dipilih oleh Belanda : Bersanggul tanpa penutup kepala, berbaju kebaya dan penutup samping (kain batik) sampai kaki.

Sarung, hijab, kopiah, baju kurung dll dianggap peninggalan masa lalu dan lambat laun masyarakat pun ikut keinginan penguasa, hijab hampir sama sekali punah ketika Indonesia baru merdeka.

Reply With Quote