Quote:
Originally Posted by rembulan_emas
baru-baru ini dihebohkan pro kontra kasus pembakaran bendera bertuliskan kalimat Tauhid, baik yang pro maupun kontra sama-sama memhami secara "Teks" semata bukan konteks dari kalimat Tauhid. belum lagi disusul heboh cawapres melangkahi kuburan seorang ulama, yang kontra juga melihat secara "Teks" semata bukan "Konteks" seorang kiyai yang almarhum.
karena bendera bertulis kalimat Tauhid maupun sosok Kiyai adalah "SIMBOL AGAMA"
ane dapat artikel about simbol agama yang ane kutip sedikit saja :
bendera bertuliskan kalimat Tauhid " Laa ilaha illallah " yang berbahasa arab seolah-olah menjadi sakral dan dipuja-puja bendera tersebut hingga tulisan dalam kertaspun demikian, akan tetapi jadi biasa ketika kalimat Tauhid ditulis berbahasa Indonesia "Tiada Tuhan Selain Allah" seandainya ditulis dibendera tak ada yang sakralkan ataupun tuduh HTI sama ketika ditulis daiatas kertas dibiarkan berceceran hingga kena kotoran. padahal maknanya kedua kalimat Tauhid berbeda bahasa tersebut sama.
begitu pula dengan salib, patung budha ketika berbentuk salib digereja, ketika patung budha dibuat dari batu maka disakralkan, namun ketika salib berbentuk layang-layang, patung budha mainan atau roti tak disakralkan.
ini bukti kebanyaka umat beragama di Indonesia masih terbelenggu oleh "Simbol-simbol Agama" secara Tekstual bukan Kontekstual...
silahken dibahas
|
Kiyai itu adalah gelar yang di berikan Oleh Masyarakat.
Apakah anda muslim?
Jika Muslim; ada berapa jumlah huruf dalam kalimat tauhid?
bagimana pembagian perkalimatnya?
jika anda bukan Muslim; yaa silahkan anda bahas yang lain, tak perlu Bahas kalimat Tauhid; dan silahkan baca pelan2 apa yang anda tulis ini; pada hakikatnya, sebenarnya anda sedang berbicara mengenai konteks; namun pada kalimat lainnya, anda mengingkari konteks tersebut.
Salam,