View Single Post
Old 27th August 2014, 23:55
#1  
bagasiommi
Mania Member
Malebagasiommi is offline

bagasiommi's Avatar

Join Date: Dec 2012
Location: Tangerang
Posts: 2,822
bagasiommi is a star wannabebagasiommi is a star wannabebagasiommi is a star wannabe

Default Kekerasan di MOS, Haram



Quote:
Pengamat pendidikan Jimmy Paat mengatakan kekerasan haram hukumnya dalam pendidikan, terutama dalam kegiatan orientasi sekolah. Menurut Jimmy, orientasi sekolah kerap diisi tindak kekerasan yang dilakukan kakak angkatan kepada siswa baru. "Kekerasan dalam orientasi sekolah sama sekali tidak dibenarkan, jadi lebih baik orientasi sekolah itu dihapuskan saja," kata Jimmy kepada Tempo, Senin, 25 Agustus 2014.

Selain dalam orientasi sekolah, kekerasan juga kerap terjadi saat orientasi masuk kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Jimmy, siswa angkatan senior atau panitia orientasi melakukan kekerasan dengan meniru pelatihan pendidikan militer. Padahal mayoritas panitia orientasi kekerasan tak pernah tahu seperti apa peraturan pendidikan militer, bagaimana pelatihan yang sebenarnya, dan jenis hukumannya. Mereka melakukan orientasi penuh dengan hukuman berat dan siksaan karena kebiasaan.

"Saya rasa mereka tidak tahu esensi pendidikan militer itu. Mereka tidak pernah bertanya langsung pada instruktur milier, dan belum pernah tahu tujuannya. Mereka hanya meniru dari luar," ujar Jimmy. Padahal pelatihan militer itu sangat berbeda dengan pendidikan umum.

Orientasi sekolah pada umumnya bertujuan untuk memperkenalkan visi-misi sekolah, budaya sekolah, dan mendekatkan siswa baru kepada siswa lama. Namun, menurut Jimmy, perkenalan siswa dan pendidikan karakter lewat orientasi tersebut tampak dipaksakan.

Jimmy menyarankan dinas pendidikan segera menghapuskan kegiatan orientasi sekolah. Dengan begitu, siswa baru bisa belajar di sekolah dengan tenang dan lebih alamiah. "Sebenarnya pendidikan dari guru saja juga bisa, tak perlu dari orientasi sekolah kakak kelas. Guru harus mendidik secara berulang cara berkomunikasi yang manusiawi," Jimmy menyarankan.

Untuk membangun pendidikan yang berkarakter, sekolah bisa mengajak siswa baru mencoba kegiatan yang berbasis seni dan olahraga. "Misalnya, supaya siswa pendiam menjadi terbuka dan mudah tampil di depan umum bisa lewat teater," kata Jimmy.

sumber: TEMPO
Quote:
Curhat Bisa Cegah Kekerasan di Sekolah

Pengamat pendidikan Jimmy Paat menyarankan agar guru bisa menjalin relasi yang dekat dan terbuka dengan murid di sekolah. Guru harus bisa menjadi tempat yang nyaman bagi siswa untuk menuangkan keluh kesah.

Jika guru terbuka dan sekolah menjadi nyaman, siswa akan jauh dari kekerasan. "Sayangnya, saya lihat relasi guru dan siswa di sekolah kurang dekat. Padahal siswa butuh curhat dan nasihat di sekolah," katanya kepada Tempo, Senin, 25 Agustus 2014.

Menurut Jimmy, kedekatan antara guru dan murid bisa menciptakan perasaan nyaman ketika murid berangkat sekolah. Namun guru harus bisa menjaga kerahasiaan cerita muridnya. Soalnya, Jimmy melihat banyak guru yang justru mudah mengumbar cerita murid sehingga murid tak percaya dan malah menjauh. "Guru harus tahu mana cerita murid yang bisa dibagi ke guru lain, mana yang tidak. Kalau anak-anak nyaman ke sekolah, tak ada masalah lagi, maka mereka tidak akan menyelesaikan masalah dengan kekerasan," ujar Jimmy.

Kekerasan di sekolah biasa terjadi saat siswa diminta untuk bersikap disiplin dalam orientasi sekolah atau pengenalan ekstrakurikuler. Jimmy menilai pelatihan disiplin untuk murid tak harus dilakukan dengan kekerasan. Kuncinya adalah tetap dengan komunikasi dan pendekatan dunia nyata secara halus.

Misalnya, jika siswa tidak mampu mengikuti ekstrakurikuler dengan baik dan disiplin, lebih baik ia diberi tahu agar berhenti. "Jangan ada hukuman kekerasan. Yang penting tegas. Kalau dia tidak bisa mengikuti tahapan pelatihan, ya, sudah, jangan ikut. Nanti akan terlihat riwayat disiplin siswa," katanya.

sumber: TEMPO
jadi ingat obrolan dulu saat masih kuliah lagi rapat bersama Ormawa dan BEM untuk makrab, di kampus gw memang saat orientasi tidak ada kekerasan dan senioritas, tapi saat makrab organisasi banyak yang menginginkan tatar untuk anak baru, tentu saja gw dan teman2 lainnya yang kalah jumlah ga setuju

mereka bilang "anak jaman sekarang lemah, kadang sama senior ga ngehargain", lalu gw bilang saja "jadi lu mau dihargain? dasar haus pujian", gitu2 deh akhirnya gw dan teman2 lainnya keluar karena para seniornya begitu, HIMA yang tadinya beranggotakan sekitar 18 orang lalu tinggal 7 orang hahaha, biarkan
Reply With Quote