Thread: Sejarah Dracula
View Single Post
Old 18th December 2010, 05:43
#3  
jawaad
Addict Member
jawaad is offline

jawaad's Avatar

Join Date: Dec 2008
Location: Carnival
Posts: 953
jawaad is a celebrityjawaad is a celebrity

Default

[IMG]http://3.bp.********.com/_8P2Y-QnsL0w/SwzRmqwi8tI/AAAAAAAAABI/CLUwvD7OjoM/s320/sultan-mehmed-ii-sang-pembantai-dracula.jpg[/IMG]

“Setiap kelas yang berkuasa menciptakan budayanya sendiri, dan sebagai konsekuensi dari itu, menciptakan seninya sendiri. Sejarah telah mengenal budaya kepemilikan budak dari dunia Timur dan zaman klasik, budaya feudal Eropa abad pertengahan dan budaya borjuis yang kini menguasai dunia.”
(Leon Trotsky)

Mehmed II: Tokoh Yang Digerus Oleh Mitos Dracula

[IMG]http://4.bp.********.com/_8P2Y-QnsL0w/SwzRmfXshRI/AAAAAAAAABA/OcDd3UVBwJE/s320/Mehmedii.jpg[/IMG]

BILA dalam sebuah ruang kelas seorang guru sejarah bertanya siapa yang tahu Mehmed II atau Sultan Muhammad al Fatih? Bisa dipastikan tidak ada yang mengangkat tangan. Tetapi bila sang guru bertanya siapa yang tahu Dracula? Bisa dipastikan sebagian besar murid pasti akan mengacungkan tangan untuk berebut menjawab. Itulah ironi yang terjadi, bahwa generasi muda lebih mengenal superhero rekaan Barat dibandingkan pahlawan yang sebenarnya.
Dunia memang sedang timbang, seperti aliran sungai, mengalir dari Barat menuju Timur. Semua yang berasal dari Barat mengalir deras, membanjiri dinia Timur --mulai cara berpikirnya sampai cara jalannya. Tak terasa kalau sebetulnya penjajahan itu masih terus berlanjur hingga kini.
Bentuk penjajahan dari zaman ke zaman memang berbeda, tapi caranya sama: lewat utang atau perang. Ini yang terjadi sejak zaman perbudakan sampai zaman sekarang. Tengoklah sekarang, utang digelontorkan oleh negara-negara Barat beserta kroni-kroninya, baik lewat IMF, Bang Dunia maupun lembaga keuangan lainnya. Dengan utang tersebut mereka menjerat negara penerima utang yang ada di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Sudah banyak negara yang menjadi korban penjajahan gaya baru ini. Sedangkan negara-negara yang tidak bisa ditundukkan dengan utang maka akan ditundukkan dengan perang. Sebagai alasan pemimpin mereka dituduh sebagai pelindung teroris, anti demokrasi, radikal atau komunis. Bentuk ini yang terjadi di Irak, Afganistan dan negara-negara di Amerika Latin.

Lantas apa hubungan semua ini dengan Mehmed II dan Dracula?
Saat ini bentuk penjajahan tidak melalui ekonomi dan politik, tapi juga yang lainnya, salah satunya sejarah. Seharusnya sejarah merupakan air paling bening untuk melihat masa lalu. Akan tetapi, kini sejarah juga tidak lepas dari jerat penjajahan Barat. Mereka, bangsa-bangsa Barat, yang mempunyai akses dari uang sampai senjata, informasi sampai teknologi, terus-menerus berdaya upaya melakukan penjajahan sejarah. Mereka berusaha menyingkirkan sejarah versi lain untuk kemudian memaksakan sejarah versi mereka. Tengoklah bagaimana mereka membuat sejarah tentang Iran, Irak dan Afganistan, Venezuela dan Cuba, Korea Utara dan Indonesia. Lihat pula bagaimana mereka membuat sejarah tentang Soekarno dan Castro, Chaves dan Ahmadinejad --mereka menuliskannya sebagai nasionalis radikal, komunis atau fundamentalis. Simak pula bagaimana mereka membuat sejarah tentang Perang Salib, Perang Pearl Habour dan Perang Vietnam.

Bagi yang peka maka penjajahan sejarah itu begitu nyata di depan mata. Namun bagi yang tidak peka semua itu tidak terasa.
Kembali lagi ke Mehmed II dan Dracula. Kedua-duanya merupakan tokoh sejarah, Mehmed II penguasa Kesultanan Turki Ottoman dan Dracula penguasa Wallachia. Keduanya juga hidup pada era yang sama, yaitu pada periode akhir Perang Salib. Dan, keduanya pernah terlibat dalam pertempuran yang telah merenggut banyak korban jiwa. Akan tetapi, dalam sejarah yang kemudian berkembang masing-masing mempunyai nasib yang berbeda.

Mehmed II tetap tercatat sebagai tokoh sejarah. Tentu saja dia dikenal sebagai penakluk Konstatinopel. Sedangkan Dracula berbeda nasibnya. Ia lebih dikenal sebagai vampire daripada sebagai manusia sejarah. Namun walaupun begitu ia bernasib lebih mujur karena namanya justru dikenal diseantero dunia. Dan, harus diakui dia telah berhasil menenggelamkan nama musuh bebuyutannya, Mehmed II. Saat ini --bahkan umat Islam sendiri --akan lebih mengenal Dracula daripada Mehmed II. Nama Dracula tetap menjadi buah bibir bahkan setelah kematiannya pada tahun 1476. awalnya ia menjadi pembicaraan di kalangan masyarakat di pedesaan di Transylvania, dan kemudian berkembang diseantero Eropa. Namun yang kemudian yang dikenal bukan kekejamannya sebagai pembantai 500.000 manusia --sebagian besar mati karena disula --tetapi sebagai hantu jadi-jadian yang kemudian dikenal sebagai vampir, manusia penghisap darah. Kisah inilah yang terus -menerus didaur ulang sehingga menutupi fakta yang sebenarnya.

Usaha Barat untuk mengangkat pahlawan mereka --Dracula --dan menenggelamkan musuh mereka --Mehmed II --bisa dinilai sangat berhasil. Penenggelaman tersebut dengan menggunakan simbol salib dan bawang putih. Lewat simbol salib Barat sebagaimana diuraikan Hyphatia Cneajna ingin menunjukkan superioritas mereka. Bahwa merekalah yang mampu membunuh Dracula dengan salib; bahwa merekalah yang bisa mengusir setan yang haus darah dengan salib. Mereka ingin mengatakan kepada dunia, merekalah ksatria dengan tanda salib di dada yang telah menyelamatkan dunia dari teror Dracula. Dengan cara inilah secara perlahan namun pasti Barat bisa memasukkan ke dalam kesadaran generasi sekarang tentang sosok Dracula. Sehingga nama ini terus-menerus dikenang sepanjang masa, dari anak kecil sampai orang tua. Dan, tak disadari terutama oleh umat Islam sendiri, pahlawan mereka sendiri pelan-pelan telah ditenggelamkan dari pentas sejarah. Tak mengherankan memang kalau kemudian mereka tak mengenal siapa itu Mehmed II/Muhammad II/al Fatih.

bersambung...
Reply With Quote