HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Senin, 2024/04/24 11:14 WIB
Polisi Sebut Chandrika Chika 1 Tahun Gunakan Narkoba
-
Senin, 2024/04/24 14:23 WIB
Parto Patrio Dilarikan ke RS Pakai Ambulans, Sakit Apa?
-
Senin, 2024/04/24 11:09 WIB
6 Fakta Penangkapan Chandrika Chika Pakai Narkoba Bareng 5 Orang Teman
-
Jumat, 2024/04/22 15:00 WIB
Unggahan Natasha Rizki di Hari Anniversary Pernikahan dengan Desta Jadi Sorotan
-
Senin, 2024/04/24 11:36 WIB
Fans eSports Ramai Usai Jeixy Tersangka Kasus Narkoba
-
Sabtu, 2024/04/23 12:57 WIB
Pacari Putri Nikita Mirzani, Vadel Badjideh Akui Banyak Hujatan
|
Thread Tools |
21st July 2008, 13:05 |
#1
|
Addict Member
|
^.^ Menggugat Tanggung Jawab TV
Mengingat besarnya dampak media dan televisi.....
Menggugat Tanggung Jawab TV 03 Oct 2007 Sungguh menarik untuk menyimak keprihatinan KH Salahuddin Wahid, sebagaimana yang dilansir Republika (Jumat, 21/9/07). Di situ Gus Solah menyatakan bahwa motif bisnis tayangan Ramadhan hanya merusak puasa. Hura-hura dan kuis berbau judi masih mendominasi dan belum mengarah pada upaya meningkatkan nilai puasa. Umumnya, televisi masih melihat Ramadhan lebih sebagai peluang bisnis. Kesadaran kritis Gus Solah tersebut, patut menjadi perhatian bagi khalayak pemirsa Indonesia, khususnya kalangan opinion leader (pemuka pendapat). Diduga kuat, masyarakat pemirsa televisi saat ini, umumnya sedang terkena sihir informasi media siaran TV yang begitu menggoda dan menghibur, tetapi belum tentu mendidik dan mencerahkan. Bahkan, sangat boleh jadi, TV dengan kemasan program acaranya saat ini, telah terposisikan sebagai 'agama baru' masyarakat Indonesia. Di antara alasan menjadikan TV sebagai agama baru adalah karena TV telah cenderung mengambil alih sejumlah ciri dan fungsi sebuah agama berikut. Pertama, TV telah menjadi sesuatu yang sangat dipentingkan dan diutamakan. Nilai pentingnya sebuah TV dalam rumah tangga telah menjadi kebutuhan dasar secara berjamaah, sebagaiman layaknya sebuah agama. Di samping itu, TV tidak hanya sebagai kebutuhan dasar, tapi telah menjadi simbol prestise, sekaligus aksesori utama. Kedua, sebagai 'agama baru', TV dengan program acaranya juga sudah dapat mengatur jadwal seseorang menjadi kegiatan yang bersifat rutin dalam sehari semalam, sebagaimana layaknya kewajiban beribadah secara rutin dari sebuah ajaran agama. Tengoklah, bagaimana para pemirsa mengikuti siaran langsung sepak bola dunia pada dini hari. Mereka rela begadang semalaman dan pada akhirnya kerap meninggalkan kewajiban agama berupa shalat shubuh. Dengan kata lain, saat itu, mereka telah melakukan 'perpindahan' agama. Ketiga, jika agama mempunyai penyeru yang oleh pengikutnya dijadikan idola dan panutan, maka saat ini pun, TV sudah memiliki ciri tersebut. TV telah melahirkan sejumlah 'nabi' baru, berikut ajarannya, yang kemudian dengan setia diikuti secara fanatik oleh sejumlah pengikutnya. Umumnya, pengikut ajaran 'agama baru' dari TV tersebut, telah menganut agama formal sesuai yang tercantum di KTP secara turun-temurun. Dengan demikian, sangat boleh jadi mereka telah mempraktikkan secara berbaur kedua ajaran tersebut. Namun, saat jadwal keduanya bertabrakan dan harus memilih salah satunya, maka yang paling sering memenangkannya adalah 'ajaran agama' yang diperkenalkan oleh TV. Tidak mendidik Simaklah, bagaimana wajah sinetron kita yang tak bosan-bosannya memilih setting rumah mewah, dengan hidup gaya aktor dan artis yang glamour >, kemudian memainkan peran yang kental diwarnai konflik perselingkuhan, perebutan harta, persaingan jabatan dalam bisnis eksekutif, dan sebagainya. Akal sehat dalam memandang gerak kehidupan yang seharusnya lebih dominan bernuansa kerja keras, disertai do'a dengan tata cara beragama secara benar, nyaris tak kelihatan dalam sinetron kita. Jika ditampilkan, maka itu pun dikemas dengan cara yang amat sederhana. Hidup berdasarkan agama, digambarkan begitu simpel atau simplistik. Sebagai gambaran singkat, dari tahun 2006 terdapat sekitar 180 judul sinetron dengan 3.641 episode dan 4.020 jam tayang. Kesemuanya, hanya menggambarkan tema di seputar seks, kekerasan dan mistik, serta glamournya kehidupan elite kota. :toe: Khusus untuk tahun ini, sejak bulan Agustus lalu, frekuensi penayangan sinetron remaja dominan mewarnai stasiun TV besar. Di pekan terakhir Agustus misalnya, jumlah episode sinetron remaja mencapai kurang lebih 91 episode di sejumlah stasiun TV dengan masa tayang sekitar 123 jam dalam sepekan. Keluhan dari berbagai lapisan masyarakat sudah menunjukkan keprihatinan yang mendalam dan mengkhawatirkan. Hal-hal yang terkait dengan kekerasan, seks, mistik, dan moral rendah, digambarkan dalam format yang tidak semestinya ada dalam tayangan yang ditujukan untuk remaja. Adegan pertengkaran, intrik, pacaran sebagai hal biasa dan wajar, pelecehan guru, dan atribut sekolah, dengan tampilan pakaian sekolah secara semi transparan dan minim, cukup banyak dan sering ditampilkan untuk segmen remaja. Keprihatinan kita semakin serius, karena saat jam penayangannya, juga serta-merta dapat ditonton oleh anak usia SD, karena jam tayang yang acak, serta selisih waktu antara Indonesia bagian barat dan timur Selama ini, kehidupan Jakarta dengan segala problematikanya, telah mendominasi segmen dan setting acara TV, khususnya TV swasta. Dampak dari pola setting dan segmen acara yang sangat Jakarta sentris tersebut, akhirnya berakibat pada imitasi tingkah laku khalayak pemirsa yang berpatron pada pola dan gaya hidup ala Jakarta. Sementara itu, akar persoalan khalayak pemirsa pada umumnya, justru lebih bernuansa lokal. Akibatnya, banyak terjadi alienasi dalam menyelesaikan persoalan kehidupan di masyarakat pedesaan. Kesemua buah permasalahan tersebut, tidaklah terlepas dari sistem dan struktur penyiaran yang sepenuhnya belum berubah dalam memperlakukan ruang publik, sesuai tuntutan reformasi, guna memenuhi hak atas aspirasi sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal, secara perundang-undangan telah dengan jelas diatur upaya untuk mengantisipasi berbagai permasalahan, yang selama ini diduga kuat sebagai kondisi dan faktor yang tidak lagi layak untuk dipertahankan dalam pertumbuhan peran dunia penyiaran Indonesia. Di antara aspek yang diatur tersebut, adalah keharusan bagi segenap lembaga penyiaran swasta (Khususnya televisi) untuk segera (Desember 2007) menyesuaikan diri (setelah diberi waktu selama lima tahun) dalam sistem siaran yang berjaringan Namun, tuntutan undang-undang tersebut yang kemudian diperkuat oleh desakan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) agar segenap lembaga penyiaran TV swasta segera mengalokasikan program siaran yang bernuansa lokal, berikut struktur penyiaran yang berjaringan, ternyata tak direspons secara positif oleh segenap lembaga penyiaran swasta. Pemilik dan sebagian pengelola TV swasta merasa keberatan, dengan alasan takut rugi secara finansial... :awas:. Berjaringan, berarti harus berinvestasi ke daerah, sementara dalam hitungannya, modal belum tentu bisa kembali. Meskipun telah diketahui bersama, bahwa selama ini sebagian dari mereka telah maraup keuntungan ekonomi yang tidak sedikit. Pertanyaannya adalah, apakah keuntungan ekonomi yang mereka peroleh itu, telah disadari sebagai hasil dari pemanfaatan frekuensi yang pemilik azalinya adalah rakyat yang sebagaian besar ada di daerah luar Jakarta? Mereka sebagai pengguna yang kemudian menguasai frekuensi yang terbatas itu, sesungguhnya hanyalah diamanati lewat lembaga negara (KPI dan pemerintah) untuk mengunakannya sebaik dan sebenar mungkin. Bahwa sampai detik ini, cara menggunakan amanat frekuensi tersebut justru cuma menghasilkan sampah informasi, maka di situlah persoalannya. (Penulis Aswar Hasan adalah alumnus The International Institute of Human Rights Strasbourg Perancis, Ketua KPID Sulawesi Selatan) ********************** 1. Dampak Isi Pesan Media Massa http://ccc.1asphost.com/assalam/Arti...tail.asp?Id=77 3. Pengaruh Televisi pada Perubahan Perilaku http://ccc.1asphost.com/assalam/Arti...tail.asp?Id=64 5. Antara Televisi, Anak, dan Keluarga (Sebuah Analisis) http://ccc.1asphost.com/assalam/Arti...tail.asp?Id=29 6. Jangan Jadikan sebagai Kekuatan Dahsyat yang Tak Bernurani http://ccc.1asphost.com/assalam/Arti...tail.asp?Id=27 10. Peran Media Komunikasi Modern (TV) sebagai Sarana untuk Menghancurkan http://ccc.1asphost.com/assalam/Arti...ail.asp?Id=101 Lain-lain disini: http://ccc.1asphost.com/assalam/Arti...ia/artikel.asp ^.^ Menggugat Tanggung Jawab TV http://www.ajangkita.com/forum/viewtopic.php?t=21288 |
22nd July 2008, 03:52 |
#2
|
Addict Member
|
KURANGI NONTON TV, NIKMATI HIDUP!
Mari kita kendalikan teknologi agar teknologi tidak mengendalikan kita Pengaruh Media terhadap anak makin besar, teknologi semakin canggih & intensitasnya semakin tinggi. Padahal orangtua tidak punya waktu yang cukup untuk memerhatikan, mendampingi & mengawasi anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton TV ketimbang melakukan hal lainnya. Dalam seminggu anak menonton TV sekitar 170 jam. Apa yang mereka pelajari selama itu? Mereka akan belajar bahwa kekerasan itu menyelesaikan masalah. Mereka juga belajar untuk duduk di rumah dan menonton, bukannya bermain di luar dan berolahraga. Hal ini menjauhkan mereka dari pelajaran-pelajaran hidup yang penting, seperti bagaimana cara berinteraksi dengan teman sebaya, belajar cara berkompromi dan berbagi di dunia yang penuh dengan orang lain. Faktanya.. • Anak merupakan kelompok pemirsa yang paling rawan terhadap dampak negatif siaran TV. • Data th 2002 mengenai jumlah jam menonton TV pada anak di Indonesia adalah sekitar 30-35 jam/minggu atau 1560-1820 jam/ tahun . Angka ini jauh lebih besar dibanding jam belajar di sekolah dasar yang tidak sampai 1000 jam/tahun. • Tidak semua acara TV aman untuk anak. Bahkan, “Kidia” mencatat bahwa pada 2004 acara untuk anak yang aman hanya sekira 15% saja. Oleh karena itu harus betul-betul diseleksi. • Saat ini jumlah acara TV untuk anak usia prasekolah dan sekolah dasar perminggu sekitar 80 judul ditayangkan dalam 300 kali penayangan selama 170 jam. Padahal dalam seminggu ada 24 jam x 7 = 168 jam! Jadi, selain sudah sangat berlebihan, acara untuk anak juga banyak yang tidak aman. • Acara TV bisa dikelompokkan dalam 3 kategori: Aman, Hati-hati, dan Tidak Aman untuk anak. • Acara yang ‘Aman’: tidak banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis. Acara ini aman karena kekuatan ceritanya yang sederhana dan mudah dipahami. Anak-anak boleh menonton tanpa didampingi. • Acara yang ‘Hati-hati’: isi acara mengandung kekerasan, seks dan mistis namun tidak berlebihan. Tema cerita dan jalan cerita mungkin agak kurang cocok untuk anak usia SD sehingga harus didampingi ketika menonton. • Acara yang “Tidak Aman”: isi acara banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis yang berlebihan dan terbuka. Daya tarik yang utama ada pada adegan-adegan tersebut. Sebaiknya anak-anak tidak menonton acara ini. Kenapa Kita Harus Mengurangi Menonton TV? • Berpengaruh terhadap perkembangan otak Terhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5-10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan. • Mendorong anak menjadi konsumtif Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama sehingga mendorong mereka menjadi konsumtif. • Berpengaruh terhadap Sikap Anak yang banyak menonton TV namun belum memiliki daya kritis yang tinggi, besar kemungkinan terpengaruh oleh apa yang ditampilkan di televisi. Mereka bisa jadi berpikir bahwa semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang di layar televisi. Hal ini akan mempengaruhi sikap mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa. • Mengurangi semangat belajar Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar. • Membentuk pola pikir sederhana Terlalu sering menonton TV dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan perkembangan kognitifnya. • Mengurangi konsentrasi Rentang waktu konsentrasi anak hanya sekitar 7 menit, persis seperti acara dari iklan ke iklan, akan dapat membatasi daya konsentrasi anak. • Mengurangi kreativitas Dengan adanya TV, anak-anak jadi kurang bermain, mereka menjadi manusia-manusia yang individualistis dan sendiri. Setiap kali mereka merasa bosan, mereka tinggal memencet remote control dan langsung menemukan hiburan. Sehingga waktu liburan, seperti akhir pekan atau libur sekolah, biasanya kebanyakan diisi dengan menonton TV. Mereka seakan-akan tidak punya pilihan lain karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain yang menyenangkan. Ini membuat anak tidak kreatif. • Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan) Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung memengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan. • Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga Kebanyakan anak kita menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk bercengkrama bersama keluarga biasanya ‘terpotong’ atau terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi ajang ’berbagi cerita’ antar anggota keluarga. Sehingga bila ada waktu dengan keluarga pun, kita menghabiskannya dengan mendiskusikan apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda. • Matang secara seksual lebih cepat Banyak sekali sekarang tontonan dengan adegan seksual ditayangkan pada waktu anak menonton TV sehingga anak mau tidak mau menyaksikan hal-hal yang tidak pantas baginya. Dengan gizi yang bagus dan rangsangan TV yang tidak pantas untuk usia anak, anak menjadi balig atau matang secara seksual lebih cepat dari seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi, mereka memiliki kecenderungan meniru dan mencoba melakukan apa yang mereka lihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi pelaku dan sekaligus korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis semakin ketat antar Media, sehingga mereka sering mengabaikan tanggung jawab sosial,moral & etika. Jadi, Siapa yang Seharusnya Mengurangi Menonton TV? Semua dan setiap orang. Karena akibat buruk yang diberikan oleh TV tidak terbatas oleh usia, tingkat pendidikan, status sosial, keturunan dan suku bangsa. Semua lapisan masyarakat dapat terpengaruh dampak buruk dari TV, orangtua, anak-anak, si kaya ataupun si miskin, si pintar dan si bodoh, mereka dari latar belakang apa saja, tetap terkena dampak yang sama. Seharusnya instansi pemerintah, instansi pendidikan, instansi agama, keluarga dan individu semua bersama-sama mendukung program ‘Hari Tanpa TV’ ini, untuk membangun bangsa yang lebih baik. Pertimbangkan Hidup tanpa TV Dengan banyaknya bukti betapa TV bisa memberikan beragam dampak buruk, banyak keluarga sekarang membuat rumah mereka bebas-TV. Sangat penting untuk anak mempunyai kesempatan mempelajari dan mengalami langsung pengalaman hidup sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan yang mereka butukan untuk sukses di masa yang akan datang. Kalau menurut Anda hidup tanpa TV itu masih terlalu sulit, maka perlahan batasi dan awasi dengan saksama tontonan anak Anda sepanjang tahun. Mau melihat generasi anak yang lebih sehat? Keluarga yang lebih dekat? Masyarakat yang lebih madani? Matikan TV. Hal yang mungkin kecil tapi akan berdampak besaaar! Bantu kami untuk menyebarkan bahaya TV kepada masyarakat, dengan meningkatkan kewaspadaan publik, membantu orang untuk menikmati hidup tanpa TV, membantu mereka melakukan aktivitas yang bebas-TV, dan menawarkan tips-tips sederhana tentang cara melakukannya, kita akan membantu jutaan anak untuk mematikan TV dan menyadari bahwa hidup tanpa TV itu lebih menyenangkan dan menenangkan. Dengan mematikan TV, kita jadi punya waktu untuk keluarga, teman, dan untuk kita sendiri. Apa Manfaat HARI TANPA TV? Dengan TV dalam keadaan mati, kita jadi memiliki kesempatan untuk berpikir, membaca, berkreasi dan melakukan sesuatu. Untuk menjalin hubungan yang lebih menyenangkan dalam keluarga dan masyarakat. Mengurangi waktu menonton TV membuat kita mempunyai lebih banyak waktu untuk bermain di luar, berjalan-jalan atau melakukan olahraga yang kita senangi. bersambung..... |
Last edited by sibin; 22nd July 2008 at 03:56.. |
22nd July 2008, 03:55 |
#3
|
Addict Member
|
Bagaimana Caranya?
• Pergi ke perpustakaan atau ke toko buku terdekat Biasakan anak Anda membaca buku. Bila sempat, sisakan waktu setiap hari, kalau tidak, beberapa kali setiap minggu untuk membacakan cerita kepada anak Anda atau biarkan sekali-kali anak Anda yang membacakan cerita untuk Anda. Jangan lupa untuk membahas kembali apa yang telah dibaca. Tanyakan kepada mereka tentang ceritanya, bantu mereka menemukan kosakata baru dan ajak anak untuk membaca beragam macam bacaan. Buatlah membaca itu gampang dan menyenangkan bagi anak Anda dengan cara membuat buku berada di sekitar mereka. Ajak mereka ke perpustakaan. Sediakan sebanyak mungkin buku yang pantas di sekitar rumah dan minta kerjasama keluarga untuk menjadikan buku sebagai hadiah ulangtahun, liburan atau lebaran. • Bercocok tanam TV menjauhkan kita dari alam. Padahal banyak hal yang bisa diajarkan oleh alam, dan yang tidak bisa didapatkan dari menonton TV. Dengan mengajak anak bercocok tanam, Anda bisa mengajarkan kepada anak Anda banyak hal. Mulai membuat taman bunga sendiri, atau bahkan 1 pot saja. Dengan ini anak bisa belajar makna tumbuh dan bertanggung jawab. Jadi setiap kali ia menyiram bunganya di pagi hari, ia akan ingat bahwa tanaman, seperti kita semua itu mulai dari benih, tumbuh, berkembang dan kelak layu dan mati. Dan selalu perlu air dan matahari! • Bermain Hidup anak pada dasarnya adalah bermain. Dengan bermain, anak belajar banyak hal. • Melihat awan Aneh? Mungkin. Karena kita tidak dibiasakan menikmati langit. Atau kita biasa hanya terpaku dengan indahnya bintang-bintang di malam hari. Padahal awan itu hampir selalu ada, selalu bergerak dan kadang-kadang membentuk hal-hal yang unik, seperti kuda nil, atau pesawat terbang. Kita bisa mengajak anak untuk menggambarkan bentuk apa yang dia lihat di awan. Kadang mereka bisa melihat 1 awan tapi dengan 2 bentuk yang berbeda. Kita juga bisa mengajaknya membuat puisi tentang awan. Atau biarkan mereka mengarang cerita tentang apa kira-kira rasanya bila kita bisa hidup di awan. Hal ini bisa memicu daya imajinasi dan kreativitas. • Menulis surat Kebiasaan memiliki sahabat pena sudah begitu jauh dari kehidupan anak-anak kita. Dengan teknologi yang kini sudah begitu canggih, anak lebih senang menggunakan telepon untuk bercerita. Tapi ternyata menulis surat melatih banyak hal. Selain mengenali prosedur pengiriman barang (amplop, perangko dan jasa besar pak pos), menulis surat juga melatih motorik dan membuat anak senang bila menerima balasan. Ajak anak menulis surat ke nenek kakek atau saudara yang tinggal jauh. Dan tunggu balasannya! Jika anak mulai mengenal teknologi internet, bisa saja sarana e-mail bisa digunakan untuk melatih kebiasaan menulis. • Jalan-jalan Jalan-jalan itu mudah dan murah. Tidak perlu banyak mengeluarkan uang. Jalan-jalan ke rumah teman atau sekadar berkeliling lingkungan rumah saja untuk menyapa tetangga. Kita juga bisa berjalan-jalan ke taman kota dan membuat piknik atau sekadar bermain di sana. Jalan-jalan itu baik untuk tubuh karena bisa menurunkan tekanan darah dan resiko terkena penyakit jantung. Dan yang lebih menguntungkan, jalan-jalan juga bisa mengurangi berat badan. Jalan-jalan juga bisa menenangkan pikiran dan melepaskan stres. Karena dengan berjalan, otak melepaskan zat yang bisa meringankan tekanan pada otot serta mengurangi kecemasan. Jalan-jalan juga bagus untuk lingkungan. Kalau kita lebih sering berjalan dari pada menggunakan transportasi bermesin, kita bisa menghemat 7 milyar gallon bensin dan 9.5 juta ton asap pembuangan kendaraan bermotor pertahunnya. Bayangkan! • Berenang Semua anak suka bermain air. Jadi ajak anak Anda berenang. Selain sangat menyenangkan, berenang itu juga salah satu cara berolahraga. Kalau bosan untuk berenang di kolam sekitar Anda, ajak anak untuk pergi ke pantai. Selain bermain dengan ombak, anak juga bisa diajak membuat istana yang indah dari pasir dan mengoleksi kerang-kerang yang cantik. • Bersepeda Kalau dilakukan sendiri, mungkin bisa membosankan. Tapi coba lah bersepeda pagi-pagi bersama seluruh keluarga. Selain murah dan menyehatkan, kita bisa mengajak anak untuk menghias sepedanya menjadi sepeda yang indah. • Mendengarkan radio atau membaca koran Anak sekarang sudah jarang sekali mendengarkan radio, apalagi membaca koran. Padahal mungin mereka bisa mendapatkan informasi yang tidak kalah banyaknya dibanding mendengarkan berita di TV. Radio bisa melatih anak untuk mendengarkan dengan baik dan koran bisa mengajak anak untuk menambah wawasannya tentang dunia • Memasak bersama ibu Masak-memasak bukan hanya kerjaan ’perempuan’, bila sesuai, anak lelaki pun tidak ada salahnya diajak memasak bersama. Suatu hari keahlian itu pasti berguna juga baginya. Ajak anak Anda memasak makanan-makanan ringan yang unik dan mengasyikkan. Misalnya membuat puding semangka kuning atau es krim rasa pisang! • Bikin lomba antar RT Ini selalu berhasil bila 17 Agustusan tiba. Sekarang kita tidak perli menunggu moment itu. Rancang rencana perRT/RW untuk membuat acara massal anak-anak yang murah meriah setiap minggunya, jadi anak tidak terpukau di depan TV. • Berolahraga Kadang kata olahraga terdengar berat, tapi setelah dilakukan biasanya menyenangkan. Selain jalan-jalan, bersepeda dan berenang, masih banyak lagi olahraga yang bisa dilakukan bersama keluarga. Kalau mau yang sederhana, main badminton. Kalau mau yang lebih menantang, pergi water rafting! • Bakti sosial Kita sering lupa mengajak anak untuk memerhatikan orang-orang di lingkungan sekitar yang tidak seberuntung mereka. Ajak anak Anda untuk bersama-sama membersihkan rumah dan lemari pakaian dari barang-barang yang tidak lagi digunakan tapi masih bagus dan layak pakai untuk disumbangkan ke panti-panti asuhan di sekitar rumahmu. • Rapikan rumah dan halaman Biasanya yang ini adalah tugas pembantu rumah tangga. Kali ini, ajak anak Anda untuk memerhatikan tempat tinggalnya sendiri. Karena pembantu tidak selalu ada untuk melayani. Ingatkan anak bahwa pembantu disebut demikian karena tugasnya memang ’membantu’ hal-hal yang kita tidak bisa kerjakan. Bukan sebaliknya. Dengan demikian anak akan belajar untuk bertanggung jawab dan lebih menghargai pembantu. Lagipula, tinggal di lingkungan yang rapi dan bersih itu sehat dan menyenangkan. • Ambil les Pelajaran di sekolah hanya melatih otak kiri. Jangan lupa untuk melatih otak kanannya. Ambil les yang menarik dan sesuai dengan bakat anak anda. Mulai dari les musik dengan piano, gitar, biola atau drumnya, atau les menari mulai dari tarian daerah, tarian modern dan ballet, atau les-les lainnya. Tapi ingat, jangan sampai les-les ini menambah beban belajar yang sudah menumpuk di sekolah. Pastikan anak mendapatkan waktu yang cukup untuk istirahat juga. • Bercengkrama dengan keluarga Nah ini yang mahal. Karena penelitian mengatakan bahwa 54% anak berusia 4-6 mengaku lebih senang menonton TV daripada bermain dengan ayahnya. Para orangtua juga mengaku bahwa mereka hanya menghabiskan sekitar 40 menit perhari untuk melakukan percakapan yang berarti dengan anaknya. Kedekatan dengan keluarga tidak bisa dibeli. Jangan biarkan televisi mencuri lagi waktu kita untuk keluarga yang memang sudah tinggal sedikit sekali karena terpotong aktivitas sehari-hari. • Belajar Sebetulnya apapun yang kita lakukan merupakan pembelajaran. Jadi belajar itu bukan hanya lewat buku. Belajar hal-hal baru yang belum kita ketahui. Belajar naik motor atau membuat sarang burung dari kayu. Belajar mengantri, belajar main basket atau belajar untuk sehari saja tidak nonton TV dulu..! • Mengerjakan keterampilan tangan Banyak buku sekarang yang mengajarkan membuat keterampilan tangan, sehingga kita bisa melakukannya secara otodidak. Keterampilan tangan bisa dalam bentuk bermacam ragam, mulai dari meyulam, origami sampai membuat bunga dari sabun mandi. • Ke kebun binatang atau musium Mengunjungi kebun binatang selalu menyenangkan. Karena kita bisa melihat beragam binatang yang tidak biasa kita lihat sehari-hari. Anak-anak biasanya menyukainya. Bila berani, ada waktu, dan transportasi, kita juga bisa mengunjungi taman safari dan bersentuhan dengan binatang-binatang itu secara langsung. Selain itu, musium juga menarik untuk dikunjungi. Dari musium kita bisa banyak belajar tentang sejarah dan melihat langsung artifak-artifak menarik tentangnya. Tidak punya waktu? Matikan saja TV-nya dulu. Mengurangi waktu menonton TV memang terkesan susah pada awalnya, tapi ternyata toh ada ribuan hal lain yang menarik untuk dilakukan, bukan? Tips cara mematikan TV • Pindahkan TV ke tempat yang tidak begitu ‘mencolok’ • Matikan TV pada waktu makan. • Tentukan hari-hari apa saja dalam seminggu yang akan dilalui tanpa TV. • Jangan gunakan kesempatan menonton TV sebagai hadiah. • Berhenti berlangganan channel tambahan (cable, dll) dan gunakan uangnya untuk membeli hal-hal yang berguna lainnya, seperti buku. • Pindahkan TV dari kamar anak Anda. • Sembunyikan remote controlnya. • Tidak ada TV di hari sekolah. Jangan terlalu khawatir bila anak mengaku bosan, karena kebosanan itu lama-lama akan menghilang dan biasanya justru menciptakan kreativitas. Karena anak banyak dipengaruhi dengan yang dilakukan orangtua mereka, adalah sangat penting untuk memperhatikan bahwa usaha apa saja, seperti lebih banyak berolahraga, mengonsumsi makanan yang lebih bergizi atau menonton TV lebih sedikit, dilakukan sebagai ‘acara keluarga’ sehingga mematikan TV adalah usaha yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga untuk menyisihkan waktu bercengkrama bersama. sumber: ikatan dokter indonesia |
22nd July 2008, 03:58 |
#4
|
|
Addict Member
|
Pick N Kick TV Program
http://picknkick.multiply.com/journal http://picknkick.multiply.com/ Quote:
Indonesia - Distasteful TV and Public Behaviour http://www.indrani.net/2007/07/indon...blic_behaviour |
|
22nd July 2008, 10:51 |
#6
|
Groupie Member
|
makanya kayak gue...anak gue gak gue bolehin nonton tv, kl sampe kepaksa, nontonnya baby tv, tp itu jg cuma 5 - 10 menit...dia jadi eksplore hal2 lain lebih banyak..emang lebih cape...tp melindungi anak dr kebodohan lebih worth it...
|
You better watch out.. |
22nd July 2008, 14:04 |
#8
|
|
Mania Member
|
Quote:
Tambahin............> Posting di DF |
|
The FORCE will bring you....to me....
|
22nd July 2008, 14:40 |
#10
|
|
Mania Member
|
Quote:
Bukan anti lokal...tapi acaranya blom ada yg mutu........ |
|
mari ngakak bersamaaaaaaaaa |
detikHot
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer