Fundamental Ekonomi Baik, Pelemahan Rupiah Diprediksi Tertahan
Spoiler
JAKARTA - Pelemahan rupiah diprediksi tertahan seiring respons pasar terhadap pernyataan Bank Indonesia (BI) yang menilai kondisi fundamental ekonomi Indonesia dalam keadaan baik.
Meski laju dolar AS (USD) cenderung tertekan setelah laju imbal hasil obligasi AS mulai bergerak turun dan rilis produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama yang lebih lambat dari sebelumnya, namun kondisi tersebut masih bersifat sementara.
"Diharapkan laju rupiah dapat kembali tertahan pelemahannya dan mampu memanfaatkan pelemahan USD untuk menemukan momentum kenaikannya kembali," ujar Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Senin (30/4/2018). Rupiah diestimasikan Reza akan bergerak dengan kisaran di level support Rp13.875/USD dan resisten Rp13.894/USD.
Sementara, laju rupiah cenderung bergerak mendatar pada perdagangan di akhir pekan seiring masih adanya imbas dari kekhawatiran akan kenaikan laju USD. Sementara, dalam perdagangan valas global, laju USD cenderung tertahan jelang rilis PDB kuartal pertama AS yang diperkirakan akan cenderung melambat.
"Di sisi lain, rilis pertumbuhan ekonomi Inggris yang melambat membuat laju GBP (poundsterling) cenderung tertekan sehingga berimbas pada pergerakan JPY (yen) dan EUR (euro) yang tertahan terhadap USD. Pergerakan rupiah pun akhirnya ikut tertahan," pungkasnya.
Wall Street Berakhir Mendatar di Tengah Kekhawatiran Lonjakan Inflasi
Spoiler
NEW YORK - Wall Street ditutup hampir mendatar pada perdagangan Jumat, kemarin waktu setempat di tengah kekhawatiran lonjakan inflasi. Ditambah saham sektor teknologi dan energi masih tertekan diimbangi oleh kemajuan sektor konsumer yang dipimpin oleh Amazon.
Indeks S & P 500 dan Nasdaq mencetak kenaikan tipis, sementara Dow Jones Industrial Average menyusut ke teritori negatif pada akhir sesi perdagangan. Keseluruhan tiga indeks utama bursa saham AS pekan ini lebih rendah saat pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam -julukan AS- melambat di awal tahun.
Departemen Perdagangan AS menerangkan, perlambatan ekonomi pada kuartal pertama tahun 2018 terimbas pengeluaran konsumen yang tumbuh paling lemah dalam hampir lima tahun terakhir. Namun di sisi lain lompatan upah dan pemotongan pajak bisa menjadi sentimen positif sementara.
Imbal hasil obligasi AS bergerak stabil saat Federal Reserve diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga acuan. Sedangkan upah dan gaji meningkat dengan kecepatan tertinggi dalam 11 tahun, menurut sebuah laporan dari Departemen Tenaga Kerja.
Sebagian perusahaan memperingatkan bakal mengikis biaya mereka, ketika pasar terus berfluktuasi saat fokus investor mengarah dalam menghadapi pertumbuhan laba kuartalan terkuat dalam tujuh tahun. "Investor bergulat dengan volatilitas baru dan bagaimana menangani hal itu," ujar pengamat.
Dow Jones Industrial Average jatuh 11,15 poin atau 0,05% menjadi 24.311,19 sedangkan indeks S & P 500 mendapatkan tambahan 2,97 poin yang setara 0,11% ke level 2.669,91. Selanjutnya komposit Nasdaq menanjak 1,12 poin setara 0.02% di posisi 7.119,80.
Lebih dari setengah perusahaan dalam indeks S & P 500 telah melaporkan pendapatan di kuartal pertama, dimana 79,4% melampaui perkiraan. Saat ini analis mengharapkan pertumbuhan pendapatan kuartal pertama mencapai 24,6% meningkat dua kali lipat dari prediksi awal tahun ini, menurut data Thomson Reuters.
Amazon.com memimpin lompatan S & P 500 dan Nasdaq, setelah berakhir di wilayah positif. Raksasa online tersebut mencetak kenaikan saham mencapai 3,6% dan diperkirakan nilai perusahaan kini lebih dari USD1 triliun.
Saham Microsoft juga bertambah 1,7% saat tujuh dari 11 sektor utama S & P lebih tinggi. Sedangkan volume perdagangan AS mencapai 6,13 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 6.62 miliar selama 20 sesi perdagangan.
Pergerakan harga emas di hari kemarin sempat naik dan membentuk bullish candle pada H1, namun ternyata hanya sementara dan kembali harga emas turun ke level 1315, jika mengacu pada weekly kondisi bearish masih dominan, mencoba sell dengan akun mikro firewoodfx
Reseller produk pakaian anak brand Ammar Kids.
WA 085780124424
Rupiah Keok, Jokowi Pede Fundamental Ekonomi RI Baik
Spoiler
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menanggapi santai melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang terjadi belakangan ini. Menurutnya, fundamental ekonomi Indonesia saat ini masih baik dan pelemahan rupiah ini merupakan fenomena global.
Dia mengatakan, fundamental ekonomi Indonesia yang baik tercermin dari pertumbuhan yang cukuop baik, inflasi yang bisa dikendalikan di level rendah, ekspor yang masih meningkat, hingga neraca pembayaran Indonesia yang masih cukup baik.
"Saya yakin fundamental kita ini baik, ada growth, ada pertumbuhan, inflasi juga bisa kita kendalikan di kurang lebih 3,5%, kemudian juga ekspor kita juga masih baik, defisit neraca kita juga semakin baik. Artinya fundamental makro kita baik," katanya di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (30/4/2018).
Menurut Jokowi, pelemahan kurs tidak hanya terjadi pada Indonesia. Melainkan fenomena pasar global yang dialami oleh hampir semua negara akibat kebijakan Amerika Serikat (AS).
"Semua negara juga sedang bergejolak. Kursnya. Kena dampak dari kebijakan-kebijakan terutama kenaikan suku bunga di Amerika Serikat," imbuh dia.
Kendati saat ini nilai tukar mata uang Garuda hampir mendekati Rp14.000 per USD, namun mantan Gubernur DKI Jakarta ini memastikan bahwa pemerintah tidak akan mengintervensi kebijakan Bank Indonesia (BI) terkait upaya untuk menahan gejolak rupiah.
"Pemerintah tidak akan intervensi urusan moneter karena ini adalah nanti kebijakannya ada di BI. Nanti siang akan ada rapat KKSK nanti tolong ditanyakan ke Gubernur BI atau ke Menteri Keuangan," tandasnya.
Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada awal pekan ini. Hal itu didorong sektor saham perawatan kesehatan yang tergelincir. Ditambah investor khawatir terhadap kenaikan biaya perusahaan seiring harga minyak yang menguat.
Pada penutupan perdagangan saham Senin (Selasa pagi WIB), indeks saham Dow Jones turun 148,04 poin atau 0,61 persen ke posisi24.163,15. Indeks saham S&P 500 merosot 21,86 poin atau 0,82 persen ke posisi 2.648,05. Indeks saham Nasdaq tergelincir 53,53 poinatau 0,75 persen ke posisi 7.066,27.
Meski tertekan pada awal pekan ini, wall street cenderung menguat sepanjang April 2018. Indeks saham S&P 500 naik 0,27 persen,indeks saham Dow Jones bertambah 0,25 persen dan indeks saham Nasdaq naik 0,04 persen.
Sektor saham perawatan kesehatan menekan laju wall street. Sektor saham perawatan kesehatan tergelincir 1,6 persen, dan bebani S&P 500. Saham Allergan Plc dan Celgene Corp memimpin pelemahan sektor saham perawatan kesehatan.
Selain itu, sejumlah investor juga menilai kalau kinerja keuangan perusahaan yang menguat tak cukup untuk mendorong wall street berada di zona positif.
"Kinerja keuangan perusahaan sudah diantisipasi. Saat ini tak ada alasan untuk beli," ujar Direktur Per Stirling Capital Management,Robert Phipps, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (1/5/2018).
JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali mendekati level Rp14.000-an per USD. Tercatat, pagi ini, Rupiah kembali melemah.
Melansir Bloomberg Dollar Index, Rabu (2/5/2018) pukul 08.48, Rupiah pada perdagangan spot exchange berada di level Rp13.945 per USD. Rupiah hari ini bergerak di kisaran Rp13.928 per USD-Rp13.845 per USD.
Sementara Yahoofinance mencatat, Rupiah melemah 35 poin atau 0,25% menjadi Rp13.945 per USD. Dalam pantuan Yahoofinance, Rupiah berada dalam rentang Rp13.913 per USD hingga Rp13.847 per USD.
Sebelumnya, kurs dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena investor mengharapkan pertemuan Federal Reserve yang sedang berlangsung akan membuka jalan bagi kenaikan suku bunga AS tahun ini.
Pertemuan kebijakan dua hari Federal Reserve AS dimulai pada Selasa 1 Mei 2018 dan akan berakhir pada Rabu waktu setempat.
Para analis memperkirakan bank sentral akan mempertahankan suku bunga acuannya ketika mengakhir pertemuannya pada Rabu, tetapi para pengatur suku bunga itu dapat mengisyaratkan kenaikan pada Juni atau mengisyaratkan prospek kenaikan suku bunga yang lebih agresif tahun ini.
Liputan6.com, Jakarta - Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pendorong utama penguatan bursa saham di kawasan Amerika Serikat (AS) tersebut adalah adanya renegosiasi perjanjian dagang dengan Amerika Utara (NAFTA).
Mengutip Bloomberg, Rabu (2/4/2018), indeks acuan S&P 500 naik 6,75 poin atau 0,25 persen menjadi 2.654,8 dan Nasdaq Composite menambahkan 64,44 poin atau 0,91 persen menjadi 7.130,70. Sedangkan untuk Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 64,1 poin atau 0,27 persen menjadi 24.099,05.
Menteri Ekonomi Meksiko Ildefonso Guajardo mengatakan bahwa Mesiko akan mempertimbangkan proposal perdagangan ekspor-impor otomotif melalui perjanjian NAFTA.
Sebelumnya, Wall Street juga mendapat dorongan sehingga terangkat dari level terendah setelah Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer mengatakan dia tidak ingin mengubah sistem ekonomi China tetapi ingin memperbaiki apa yang telah ada sehingga mendorong lebih banyak kompetisi.
Berita positif dari sisi perdagangan ini menjadi penyeimbang kekhawatiran akan angka inflasi yang mendorong pelemahan Wall Street di awal perdagangan.
"Ada ketakutan di pasar akan angka inflasi yang rendah sehingga menekan bursa saham," jelas analis Inverness Counsel, New York, AS, Tim Ghriskey. "Tetapi akhirnya mampu positif di akhir perdagangan" tambah dia.
Liputan6.com, Jakarta - Awan mendung tampaknya masih belum beranjak dari pasar saham Indonesia. Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tertekan mengikuti bursa saham global yang melemah. Hal itu seiring nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih loyo.
Mengutip data RTI, pada sesi pertama perdagangan saham, Kamis (3/5/2018), IHSG melemah 1,75 persen atau 105,72 poin ke posisi 5.906.Indeks saham LQ45 tergelincir 2,11 persen ke posisi 943,64. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.
Sebanyak 306 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sementara itu, hanya 67 saham menguat dan 63 saham diam di tempat. Pada sesi pertama,IHSG berada di level tertinggi 5.996,48 dan terendah 5.901,63.
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 177.765 kali dengan volume perdagangan 3,4 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 2,8 triliun. Investor asing jual saham Rp 255,08 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat berada di posisiRp 13.961.
10 sektor saham masih tertekan. Sektor saham tambang melemah 2,94 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham konstruksitergelincir 2,31 persen dan sektor saham keuangan tergelincir 2,01 persen.
Saham-saham tertekan antara lain saham HELI turun 15,34 persen ke posisi Rp 160 per saham, saham ADRO merosot 9,58 persen ke posisi Rp 1.605 per saham,dan saham BUMI tergelincir 5,76 persen ke posisi Rp 262.
Kepala Riset PT Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan menuturkan, nilai tukar rupiah kembali dekati posisi 14.000 per dolar AS menekan IHSG. Tekanan rupiah membuat pelaku pasar menjadi tidak percaya diri. Berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah di posisi 13.965 per dolar AS pada Kamis 3 Mei 2018. Rilis data inflasi April tercatat 0,1 persen dan lebih rendah dari bulan sebelumnya pun belum mampu mengangkat IHSG.