|
|
24th May 2019, 17:28
|
|
Registered Member
Join Date: Mar 2019
Posts: 25
|
Quote:
Originally Posted by celingak-celinguk
Sedikit refleksi perjalanan pemilu 2019
1. Muncul tagar #2019gantipresiden yang lumayan menyita perhatian publik. Pada akhirnya tagar ini gagal krn hanya didukung oleh kader2 partai tertentu saja. Tapi partai ini diuntungkan krn bisa curi start kampanye. Sekaligus menjadi langkah taktis partai ini menghadapi pemilu.
2. Muncul ijtimak yg diinisiasi oleh sekelompok pemuka agama pendukung/pro capres tertentu hingga akhirnya memunculkan pasangan yg distempel oleh pemuka agama sbg capres pilihan mereka padahal kemudian beredar isu gebrak meja. Selanjutnya kelompok ini selalu berusaha menggiring massa militannya utk selalu bernostalgia dg kejadian lawas melalui ritual di sebuah tugu besar.
3. Kampanye dua kubu berlansung seru, politik identitas menjadi andalan satu paslon dan dicounter oleh kubu paslon lainnya dg mencoba merebut identitas yang di-eksklusif-kan oleh paslon sebelah menjadi tetap inklusif.
4. Selain politik identitas juga mengemuka isu penggunaan strategi FoF dg andalan slogan yg menyontek kampanye trump. Hoax bertebaran dan juga pemakaian anecdotal evidence utk meng-generalisasi masalah yg mendukung statement jualan kampanye.
5. Jelang masa kampanye, disuarakanlah oleh salah satu paslon dengan logical fallacy yg termasyhur..."hanya kecurangan yang bisa mengalahkan mereka".
6. Saatnya pilpres dan pileg..hasil QC didelegitimasi dan kmd mengklaim kemenangan dengan sumber yg sampe skg tdk bs dipertanggungjawabkan.
7. Paska pilpres dan pileg..isu kecurangan kembali digaungkan dan hasil rekap situng justru menguatkan hasil QC yg memang secara ilmiah sudah terbukti dan bs dipertanggungjawabkan. Meninggalnya sejumlah petugas pemilu sempat digoreng oleh salah satu oknum dokter pro kubu sebelah namun dg cepat bs di-counter secara efektif.
8. Saatnya penetapan hasil...rencana demo sudah disiapkan. Sayangnya skenario demo menjadi meleset ketika KPU menetapkan lebih awal. Skenario pengepungan bawaslu dan KPU agak berantakan krn konsolidasi massa dari luar jakarta terkendala oleh waktu tempuh. Alhasil...rombongan aksi perusuh datang terlambat dan terpisah dengan rombongan demo utama yg udh duluan bubar.
9. The show must go on...skenario yang agak berantakan tetap dijalankan walau terlihat banyak cacatnya. Para pelaku aksi rusuh berhasil dilokalisir oleh aparat dan dipisahkan dengan massa demonstran utama. Di sisi lain, operasi intelejen berhasil meringkus pelaku penyelundupan senjata yg diduga akan dipakai oleh sniper gelap memancing kerusuhan dan emosi massa. Densus dan satuan antiteror dari TNI/Polri berhasil menciduk calon2 pengantin teror. Jaringan telekomunikasi dan medsos dibekukan sehingga memotong alur penyebaran teror. Seorang pejabat publik yang mempublikasikan jumlah korban tewas tdk mendapat respon dari masyarakat secara berlebihan shg gagal pula menyulut emosi massa. Pada akhirnya kerusuhan memang tak dapat dihindarkan tetapi damage-nya bs diminimalkan.
10. Kesimpulan : skenario aksi rusuh 22 Mei bisa dibilang gagal...atau kalopun kita anggap skenario rusuhnya terealisasi tetapi bisa dipatahkan dan dihancurkan oleh aparat keamanan yg bekerja sangat taktis dan jitu meredam kelompok perusuh ini dari berbagai sudut.
Kegagalan skenario teror 22 Mei menjadi kemenangan besar bangsa dan rakyat Indonesia dalam menjaga keutuhan NKRI.
Merdeka..!!
|
|
|
|
24th May 2019, 17:36
|
|
Mania Member
Join Date: Nov 2018
Location: TWICE - JYP
Entertainment -
Korea
Posts: 5,441
|
Quote:
Originally Posted by celingak-celinguk
Seperti analisis ane sebelumnya..prabowo bakalan keok dengan dahsyat di papua. Di papua barat juga jauh selisihnya.
Entah apa yg dipikiran BPN sampe mereka sama sekali gak mencoba nembus Papua tp justru melakukan serangan harakiri ke Jateng dan terlalu berlebihan menggarap Sumatera.
Selisih suara seluruh Sumatera aja sulit nutupin defisit di Papua (dan Papua Barat).
Bagi ane..kekeokan Prabowo bukan pada persoalan kecurangan tetapi karena prabowo mengulang kesalahan yg sama di 2014 krn gagal mengambil suara di wilayah2 penting seperti Papua, Kalimantan, dan NTT...di ketiga tempat ini banyak peluangnya daripada memaksa masuk ke Jateng. Klo kemaren gak bikin rame orang Solo dan gak gegabah soal tampang mboyolali serta bisa menjaga mulut2 para jubirnya di medsos maka mungkin suara Prabowo akan lebih baik dari yg diperolehnya. Karakter orang Jawa itu adl diam tetapi mbathin (hanya disimpan dalam hati) tp kmd pada saatnya akan siap menghancurkan dg cara yg tepat. Padahal prabowo punya darah keturunan Jawa tp gak paham soal ini.
|
Kalau Prabowo dan capres lainnya mau menang di Papua (dan wilayah mayoritas non-Muslim lain seperti Bali, NTT, Sulawesi Utara, dll),
Solusinya simpel:
Lepaskan keterkaitan dengan PKS dan ormas-ormas Islam
Itu saja kok
Selama masih dibekingi PKS dan ormas Islam, jangan harap bisa merebut suara mayoritas non-Muslim
Pilpres 2014 dan 2019 sudah membuktikan itu
|
|
|
24th May 2019, 18:33
|
|
Groupie Member
Join Date: Jan 2008
Location: diantara
rumput-rumput
nan hijau
Posts: 15,176
|
Quote:
Originally Posted by yoo.jeongyeon.380
Kalau Prabowo dan capres lainnya mau menang di Papua (dan wilayah mayoritas non-Muslim lain seperti Bali, NTT, Sulawesi Utara, dll),
Solusinya simpel:
Lepaskan keterkaitan dengan PKS dan ormas-ormas Islam
Itu saja kok
Selama masih dibekingi PKS dan ormas Islam, jangan harap bisa merebut suara mayoritas non-Muslim
Pilpres 2014 dan 2019 sudah membuktikan itu
|
Kemenangan Jokowi di Papua sangat jelas...beliau ke Papua berulang kali...pake sarung dan berfoto di Raja Ampat.
Prabowo udh berapa kali ke Papua setelah peristiwa mapenduma? Ane udh ulas kekalahan prabowo krn kesalahan strategi yg bukan cuman mengulang kegagalan strategi 2014 tetapi justru makin blunder spt di Jateng..padahal punya modal lumayan bagus dari hasil pilkada..walau kalah pilkada tetapi basisnya udh kliatan. Sayangnya malahan dikacaubalaukan dg strategi blunder posko.
------
Terlepas dari kontestasi pilpres..ane masih tetap mencium bau busuk penumpang gelap yg udh ane identifikasi sejak lama. Bagi ane simpel saja...tanggal 22 Mei kembali menjadi bukti kesaktian Pancasila yg berhasil menangkal serbuan dan rongrongan dari pihak yang menginginkan kerusuhan dan kekacauan di NKRI
Pancasila sakti..!!
|
|
|
24th May 2019, 22:10
|
|
Mania Member
Join Date: Mar 2018
Posts: 1,437
|
Quote:
Originally Posted by yoo.jeongyeon.380
Kalau Prabowo dan capres lainnya mau menang di Papua (dan wilayah mayoritas non-Muslim lain seperti Bali, NTT, Sulawesi Utara, dll),
Solusinya simpel:
Lepaskan keterkaitan dengan PKS dan ormas-ormas Islam
Itu saja kok
Selama masih dibekingi PKS dan ormas Islam, jangan harap bisa merebut suara mayoritas non-Muslim
Pilpres 2014 dan 2019 sudah membuktikan itu
|
Prabowo mau didukung parte apapun, bakalan jadi pecundang.
Lihat pilpres 2009, sby diusung PKS, bisa nguasai suara non muslim. Kecuali bali.
|
|
|
24th May 2019, 23:30
|
|
Mania Member
Join Date: Nov 2018
Location: TWICE - JYP
Entertainment -
Korea
Posts: 5,441
|
Quote:
Originally Posted by aryyanyo947
Prabowo mau didukung parte apapun, bakalan jadi pecundang.
Lihat pilpres 2009, sby diusung PKS, bisa nguasai suara non muslim. Kecuali bali.
|
Citra PKS tahun 2009 masih cukup bagus, bahkan ada juga caleg PKS yang non-Muslim
Tapi khusus saat ini ada "trigger" yang membuat geng Prabowo kalah telak di wilayah non-Muslim
Tidak lain dan tidak bukan adalah kasus Ahok
Dari observasi simpel saya saja, di komunitas2 Gereja, di grup2 yang mayoritasnya non-Muslim, sebagian besar mereka cenderung pro-Ahok dan menganggap bahwa Ahok telah menjadi korban tirani mayoritas
Dan kita lihat sendiri jamaah 212 yang tadinya punya misi menyeret Ahok ke penjara ternyata punya agenda lain, yaitu mengangkat Prabowo jadi presiden
Udah deh, hancurlah citra mereka di mata kaum non-Muslim
Terbukti Jokowi menang mutlak 100% di beberapa TPS yang mayoritasnya non-Muslim, termasuk di Kampung Mayasari Cililitan yang isinya orang Batak Kristen semua
OK mungkin saya salah, yang jadi masalah bukan PKSnya, tapi gerombolan 212 yang membuat Prabowo gagal meraih simpati sebagian besar non-Muslim
Karena selalu saya ungkapkan bahwa di balik jamaah 212 ini adalah ormas2 yang terbukti telah menghalangi sebagian kaum non-Muslim untuk beribadah
|
|
|
25th May 2019, 01:16
|
|
Groupie Member
Join Date: Jan 2008
Location: diantara
rumput-rumput
nan hijau
Posts: 15,176
|
Quote:
Originally Posted by yoo.jeongyeon.380
Citra PKS tahun 2009 masih cukup bagus, bahkan ada juga caleg PKS yang non-Muslim
Tapi khusus saat ini ada "trigger" yang membuat geng Prabowo kalah telak di wilayah non-Muslim
Tidak lain dan tidak bukan adalah kasus Ahok
Dari observasi simpel saya saja, di komunitas2 Gereja, di grup2 yang mayoritasnya non-Muslim, sebagian besar mereka cenderung pro-Ahok dan menganggap bahwa Ahok telah menjadi korban tirani mayoritas
Dan kita lihat sendiri jamaah 212 yang tadinya punya misi menyeret Ahok ke penjara ternyata punya agenda lain, yaitu mengangkat Prabowo jadi presiden
Udah deh, hancurlah citra mereka di mata kaum non-Muslim
Terbukti Jokowi menang mutlak 100% di beberapa TPS yang mayoritasnya non-Muslim, termasuk di Kampung Mayasari Cililitan yang isinya orang Batak Kristen semua
OK mungkin saya salah, yang jadi masalah bukan PKSnya, tapi gerombolan 212 yang membuat Prabowo gagal meraih simpati sebagian besar non-Muslim
Karena selalu saya ungkapkan bahwa di balik jamaah 212 ini adalah ormas2 yang terbukti telah menghalangi sebagian kaum non-Muslim untuk beribadah
|
Ente mau setuju dengan arryanyo tp tetep aja ujungnya ente belokin ke isu dukungan kaum non muslim. Jd kalo ente ama kaum 212 hanya beda agama saja tp sebenernya sama2 doyan bermain dengan politik identitas. Persoalan kegagalan prabowo di papua bukan soal muslim atau non muslim apalagi klo melihat hasyim atau banyak sodara prabowo dari garis ibunya yg berasal dari manado kebanyakan non muslim...Jateng dan Jatim juga mayoritas muslim tp faktanya justru jadi kunci kekalahan prabowo....selisih suara hampir 17 juta diraih Jokowi dari "tabungan" suara dua daerah ini yg mayoritas Muslim...di luar itu hanya beda tipis di Sumatera dan kalah di Jabar dan Banten..namun kekalahan Jokowi di 2 wilayah barat pulau Jawa ini bs dicover dengan kemenangan di Kalimantan dan daerah luar jawa lainnya..."tabungan" suara di Jateng dan Jatim yg mayoritas Muslim jd gak perlu dipakai terlalu banyak. Alhasil selisih hampir 17 juta suara ini yg akan membuat posisi Jokowi gak akan goyah di MK.
Jd memang salah banget klo ente tetap ngeyel belokin terus ke masalah muslim dan non muslim krn selain tidak valid juga angkanya tidak signifikan dalam memengaruhi kemenangan Jokowi di negara mayoritas Muslim ini.
Mengapa ane bilang tdk signifikan? Coba saja kita hapus suara Aceh dan Sumbar krn prabowo dominan dan kedua propinsi itu yg relevan dg isu politik identitas Muslim lalu kita hapus juga suara Papua dan NTT utk mewakili isu politik identitas dari Non Muslim...hasilnya secara nasional tetap menang Jokowi kok.
Tp coba ente hapus Jateng dan Jatim dari suara nasional.
Yg ane pahami dari postingan ente adl ente pengin nunjuk2in kontribusi non muslim thd kemenangan Jokowi..sah2 saja krn yg dilihat dalam pemilu ini adalah status warga negaranya dg kesamaan hak utk menentukan pendapat...apapun agamanya...tp jangan berlebihan...krn secara faktual kemenangan Jokowi tetap ditentukan oleh suara mayoritas Muslim.
|
|
Last edited by celingak-celinguk; 25th May 2019 at 01:21..
|
25th May 2019, 15:39
|
|
Mania Member
Join Date: Nov 2018
Location: TWICE - JYP
Entertainment -
Korea
Posts: 5,441
|
Quote:
Originally Posted by celingak-celinguk
Ente mau setuju dengan arryanyo tp tetep aja ujungnya ente belokin ke isu dukungan kaum non muslim. Jd kalo ente ama kaum 212 hanya beda agama saja tp sebenernya sama2 doyan bermain dengan politik identitas. Persoalan kegagalan prabowo di papua bukan soal muslim atau non muslim apalagi klo melihat hasyim atau banyak sodara prabowo dari garis ibunya yg berasal dari manado kebanyakan non muslim...Jateng dan Jatim juga mayoritas muslim tp faktanya justru jadi kunci kekalahan prabowo....selisih suara hampir 17 juta diraih Jokowi dari "tabungan" suara dua daerah ini yg mayoritas Muslim...di luar itu hanya beda tipis di Sumatera dan kalah di Jabar dan Banten..namun kekalahan Jokowi di 2 wilayah barat pulau Jawa ini bs dicover dengan kemenangan di Kalimantan dan daerah luar jawa lainnya..."tabungan" suara di Jateng dan Jatim yg mayoritas Muslim jd gak perlu dipakai terlalu banyak. Alhasil selisih hampir 17 juta suara ini yg akan membuat posisi Jokowi gak akan goyah di MK.
Jd memang salah banget klo ente tetap ngeyel belokin terus ke masalah muslim dan non muslim krn selain tidak valid juga angkanya tidak signifikan dalam memengaruhi kemenangan Jokowi di negara mayoritas Muslim ini.
Mengapa ane bilang tdk signifikan? Coba saja kita hapus suara Aceh dan Sumbar krn prabowo dominan dan kedua propinsi itu yg relevan dg isu politik identitas Muslim lalu kita hapus juga suara Papua dan NTT utk mewakili isu politik identitas dari Non Muslim...hasilnya secara nasional tetap menang Jokowi kok.
Tp coba ente hapus Jateng dan Jatim dari suara nasional.
Yg ane pahami dari postingan ente adl ente pengin nunjuk2in kontribusi non muslim thd kemenangan Jokowi..sah2 saja krn yg dilihat dalam pemilu ini adalah status warga negaranya dg kesamaan hak utk menentukan pendapat...apapun agamanya...tp jangan berlebihan...krn secara faktual kemenangan Jokowi tetap ditentukan oleh suara mayoritas Muslim.
|
Saya gak bilang suara non-Muslim mempengaruhi kemenangan Jokowi loh
Yang saya tekankan adalah Prabowo kalah telak di wilayah non-Muslim, gagal meraih simpati warga non-Muslim
Beda loh "kalah" saja dengan "kalah telak"
Nah sekarang kita lanjut lagi ya
Jika non-Muslim sebagian besar kompak memilih Jokowi, bagaimana dengan yang Muslim?
Mari kita lihat provinsi2 yang dimenangi Prabowo:
- Aceh
- Sumatera Barat
- Riau
- Jambi
- Sumatera Selatan
- Bengkulu
- Jawa Barat
- Banten
- NTB
- Kalimantan Selatan
- Sulawesi Selatan
- Sulawesi Tenggara
- Maluku Utara
Hasil Pilpres 2019 ini menunjukkan bahwa secara garis besar ada 2 jenis Muslim di Indonesia ini, yaitu:
1) Muslim Jawa
2) Muslim non-Jawa
Apa bedanya?
Bagi masyarakat Muslim non-Jawa di negara ini, pada umumnya (tentu tidak semua), Islam dan adat sangat "sebati"
Keluar dari Islam sama dengan keluar dari adat, dia akan dikucilkan dari masyarakat
Di wilayah2 Prabowo ini, anda akan sulit menemukan warga asli yang non-Muslim
Non-Muslim umumnya pendatang
Mungkin antara Muslim dan non-Muslim bisa hidup berdampingan dan rukun, tapi tetap ada garis pembatas yang tegas di antara keduanya
Ini bedanya dengan Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur (kecuali Madura)
Islam di daerah ini sangat toleran
Warga di sini juga tidak mempersoalkan saudaranya yang pindah agama menjadi non-Muslim
Tempat ibadah dan yayasan non-Muslim lebih mudah beroperasi di daerah ini dibanding daerah lain
Jangan bilang saya bohong, saya sudah pernah tinggal di 2 provinsi yang dimenangi Prabowo ini, dan itu saya rasakan sendiri
Jokowi tetap bisa merebut pemilih orang Jawa, bukan hanya di Jateng, DIY atau Jatim tapi di manapun, termasuk di Kaltim mereka jadi mayoritas di sana
Walaupun begitu kemenangan Jokowi di Jawa tidak "menang telak" seperti di wilayah2 non-Muslim yang sampai di atas 80%
Intinya, dengan keberagaman Indonesia ini, faktor SARA tidak bisa dilepaskan, justru menjadi "bumbu" dalam demokrasi kita
Ini sudah tergambar sejak Pemilu 1999 sampai sekarang
Saya masih ingat, kenapa tahun 2004 Partai Demokrat menang di Pacitan, sementara daerah lain di Jatim dikuasai PKB dan PDI-P? Simpel saja, karena SBY orang Pacitan
JK juga sama, pokoknya setiap dia jadi capres atau cawapres, dia pasti menang di Sulawesi Selatan, kan memang dia orang sana
Ini juga sudah terbukti di Pilkada Sumut dan Pilkada NTT, mungkin bisa saya jelaskan lebih lanjutnya nanti
|
|
Last edited by yoo.jeongyeon.380; 25th May 2019 at 15:43..
|
25th May 2019, 16:51
|
|
Groupie Member
Join Date: Jan 2008
Location: diantara
rumput-rumput
nan hijau
Posts: 15,176
|
Quote:
Originally Posted by yoo.jeongyeon.380
Saya gak bilang suara non-Muslim mempengaruhi kemenangan Jokowi loh
Yang saya tekankan adalah Prabowo kalah telak di wilayah non-Muslim, gagal meraih simpati warga non-Muslim
Beda loh "kalah" saja dengan "kalah telak"
Nah sekarang kita lanjut lagi ya
Jika non-Muslim sebagian besar kompak memilih Jokowi, bagaimana dengan yang Muslim?
Mari kita lihat provinsi2 yang dimenangi Prabowo:
- Aceh
- Sumatera Barat
- Riau
- Jambi
- Sumatera Selatan
- Bengkulu
- Jawa Barat
- Banten
- NTB
- Kalimantan Selatan
- Sulawesi Selatan
- Sulawesi Tenggara
- Maluku Utara
Hasil Pilpres 2019 ini menunjukkan bahwa secara garis besar ada 2 jenis Muslim di Indonesia ini, yaitu:
1) Muslim Jawa
2) Muslim non-Jawa
Apa bedanya?
Bagi masyarakat Muslim non-Jawa di negara ini, pada umumnya (tentu tidak semua), Islam dan adat sangat "sebati"
Keluar dari Islam sama dengan keluar dari adat, dia akan dikucilkan dari masyarakat
Di wilayah2 Prabowo ini, anda akan sulit menemukan warga asli yang non-Muslim
Non-Muslim umumnya pendatang
Mungkin antara Muslim dan non-Muslim bisa hidup berdampingan dan rukun, tapi tetap ada garis pembatas yang tegas di antara keduanya
Ini bedanya dengan Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur (kecuali Madura)
Islam di daerah ini sangat toleran
Warga di sini juga tidak mempersoalkan saudaranya yang pindah agama menjadi non-Muslim
Tempat ibadah dan yayasan non-Muslim lebih mudah beroperasi di daerah ini dibanding daerah lain
Jangan bilang saya bohong, saya sudah pernah tinggal di 2 provinsi yang dimenangi Prabowo ini, dan itu saya rasakan sendiri
Jokowi tetap bisa merebut pemilih orang Jawa, bukan hanya di Jateng, DIY atau Jatim tapi di manapun, termasuk di Kaltim mereka jadi mayoritas di sana
Walaupun begitu kemenangan Jokowi di Jawa tidak "menang telak" seperti di wilayah2 non-Muslim yang sampai di atas 80%
Intinya, dengan keberagaman Indonesia ini, faktor SARA tidak bisa dilepaskan, justru menjadi "bumbu" dalam demokrasi kita
Ini sudah tergambar sejak Pemilu 1999 sampai sekarang
Saya masih ingat, kenapa tahun 2004 Partai Demokrat menang di Pacitan, sementara daerah lain di Jatim dikuasai PKB dan PDI-P? Simpel saja, karena SBY orang Pacitan
JK juga sama, pokoknya setiap dia jadi capres atau cawapres, dia pasti menang di Sulawesi Selatan, kan memang dia orang sana
Ini juga sudah terbukti di Pilkada Sumut dan Pilkada NTT, mungkin bisa saya jelaskan lebih lanjutnya nanti
|
Ane kan juga tdk menafikan soal SARA..fakta itu ada. Namun menjadi keliru bila penjelasan ente membahas SARA dan mengabaikam hal lain. Suara di wilayah mayoritas non muslim gak terukur sbg masalah politik identitas krn menilik kasus di Papua bs dilihat effort Jokowi berlipat2 lebih besar dari kubu Prabowo. Toh dulu sempet ada partai2 berbasis kristen tp ternyata gagal juga di propinsi yg ente sebut mayoritas kristen. Demikian juga soal Jawa dan Non Jawa sama sekali gak relevan bila dikaitkan dengan kemenangan paslon tertentu krn paslonnya keduanya memiliki trah Jawa..klo nanti ada capres yg asli Sumbar dan bs menang pilpres barulah relevan membahas soal ini. Tapi itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Jangankan presiden..bisa ente cek sejak Jend AH Nasution...ada berapa orang Panglima ABRI atau Panglima TNI atau Kapolri yang bukan berasal dari Pulau Jawa?
Dan soal kemenangan prabowo di sejumlah tempat ya wajar saja...sama wajarnya dg kemenangan Jokowi di tempat lain...Jateng dan Jatim juga mayoritas Muslim kok..dan Jokowi menang...demikian juga di banyak propinsi lain juga mayoritas Muslim masih dimenangkan Jokowi dengan telak juga.
Dan gak usah bahas pilkada krn itu artinya OOT dari trit ini. Selain itu, ente gak perlu membanting topik trit ini dengan mewekan ente soal perijinan tempat ibadah.
|
|
|
25th May 2019, 18:19
|
|
Mania Member
Join Date: Nov 2018
Location: TWICE - JYP
Entertainment -
Korea
Posts: 5,441
|
Quote:
Originally Posted by celingak-celinguk
Ane kan juga tdk menafikan soal SARA..fakta itu ada. Namun menjadi keliru bila penjelasan ente membahas SARA dan mengabaikam hal lain. Suara di wilayah mayoritas non muslim gak terukur sbg masalah politik identitas krn menilik kasus di Papua bs dilihat effort Jokowi berlipat2 lebih besar dari kubu Prabowo. Toh dulu sempet ada partai2 berbasis kristen tp ternyata gagal juga di propinsi yg ente sebut mayoritas kristen. Demikian juga soal Jawa dan Non Jawa sama sekali gak relevan bila dikaitkan dengan kemenangan paslon tertentu krn paslonnya keduanya memiliki trah Jawa..klo nanti ada capres yg asli Sumbar dan bs menang pilpres barulah relevan membahas soal ini. Tapi itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Jangankan presiden..bisa ente cek sejak Jend AH Nasution...ada berapa orang Panglima ABRI atau Panglima TNI atau Kapolri yang bukan berasal dari Pulau Jawa?
|
Yes, kedua calon presiden memang orang Jawa, tapi bukan itu yang jadi faktor
Yang jadi faktor adalah orang2 dan partai2 yang ada di belakang capres dan cawapres ini, sehingga orang2 Muslim Jawa dan Muslim non-Jawa bisa berbeda pilihan soal pemilu ini
PDI dan PSI, dengan pendapat2 mereka yang mungkin bagi orang2 Islam non-Jawa mengarah ke anti-Islam, ditambah lagi petinggi2 partai ini banyak sekali orang non-Muslim, membuat mereka sulit meraih simpati orang2 Islam non-Jawa terutama Islam konservatif seperti di Aceh, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, NTB, Sulawesi Tenggara
Kita tidak bicara etnis capresnya, tapi etnis dan pola kehidupan berbudaya para pemilihnya, seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, ada beda antara pola kehidupan beragama di provinsi2 yang dimenangi Jokowi dengan yang dimenangi Prabowo
Sebenarnya, orang2 Islam non-Jawa ini mati-matian mendukung Prabowo lebih karena ketidaksukaan mereka terhadap Jokowi dan pihak2 di belakangnya, menurut mereka golongan 01 ini anti-Islam, tidak berpihak kepada agama
Mereka ora urus soal program atau visi misi dari 02
Kalau soal partai mungkin masih ada pengaruh, terutama dari PKS dan PAN, daerah2 Islam non-Jawa ini selalu jadi stronghold PKS dan PAN
Quote:
Originally Posted by celingak-celinguk
Dan soal kemenangan prabowo di sejumlah tempat ya wajar saja...sama wajarnya dg kemenangan Jokowi di tempat lain...Jateng dan Jatim juga mayoritas Muslim kok..dan Jokowi menang...demikian juga di banyak propinsi lain juga mayoritas Muslim masih dimenangkan Jokowi dengan telak juga.
|
Ada 5 provinsi mayoritas Muslim "mutlak" (di atas 80%, ini maksudnya persentase Muslim-nya ya, bukan persentase suara Jokowi) yang dimenangkan Jokowi:
- DKI
- Jawa Tengah
- DIY
- Jawa Timur
- Lampung
Satu kesamaan 5 provinsi ini: mayoritas penduduknya dari suku Jawa
Sisanya adalah:
- Sumatera Utara --> warga non-Muslim Batak, Karo, Nias dll lumayan banyak walaupun tidak jadi mayoritas untuk tingkat provinsi, Jokowi menang lebih dari 80% di kabupaten2 non-Muslim termasuk di kampung saya Tapanuli Utara
- Kepulauan Riau --> mayoritas Muslim, tetapi mungkin karena keterpencilan (banyak yang tinggal di pulau2) membuat mereka tidak mengenal siapa Prabowo-Sandi dan orang2 di belakangnya, jadi mereka lebih pro-Jokowi, sementara di Batam dan Bintan orang Jawa dan perantau non-Muslim (Batak, Flores, dll) juga lumayan banyak
- Bangka Belitung --> warga Tionghoa non-Muslim di sini lumayan banyak
- Kalimantan Barat --> warga non-Muslim dari Suku Dayak dan Tionghoa lumayan banyak dan menjadi mayoritas di beberapa kabupaten, tapi untuk tingkat provinsi mayoritas tetap Muslim, 60%
- Kalimantan Tengah --> hampir 50:50 Muslim dan non-Muslim
- Kalimantan Timur --> mayoritas suku Jawa, ditambah suku Dayak non-Muslim di pedalaman Kutai Barat & Mahakam
- Sulawesi Tengah --> hampir 50:50 Muslim dan non-Muslim
- Sulawesi Barat --> sama dengan Sulteng, 50:50 Muslim dan non-Muslim
8 provinsi di atas, Muslim mayoritas tapi selisihnya antara 10%-20% dengan non-Muslim, tidak banyak
Untuk 8 provinsi sisanya di atas, agaknya premis yang anda sebutkan ke saya berlaku, bahwa suara non-Muslim berkontribusi untuk kemenangan Jokowi di provinsi2 ini, karena suara orang2 non-Muslim lebih dari 80% untuk 01, sementara yang Muslim terpecah ke 01 dan 02
Jadi memang selalu ada perbedaan antara Islam Jawa dengan Islam non-Jawa, yang kemudian berpengaruh ke keputusan politik
Maka jika dipecah kira-kira begini:
- Islam Jawa = 50%-70% pilih Jokowi
- Islam non-Jawa = 60-80% pilih Prabowo
- non-Muslim = >75% pilih Jokowi
|
|
Last edited by yoo.jeongyeon.380; 25th May 2019 at 18:29..
|
26th May 2019, 01:34
|
|
Groupie Member
Join Date: Jan 2008
Location: diantara
rumput-rumput
nan hijau
Posts: 15,176
|
Quote:
Originally Posted by yoo.jeongyeon.380
Yes, kedua calon presiden memang orang Jawa, tapi bukan itu yang jadi faktor
Yang jadi faktor adalah orang2 dan partai2 yang ada di belakang capres dan cawapres ini, sehingga orang2 Muslim Jawa dan Muslim non-Jawa bisa berbeda pilihan soal pemilu ini
PDI dan PSI, dengan pendapat2 mereka yang mungkin bagi orang2 Islam non-Jawa mengarah ke anti-Islam, ditambah lagi petinggi2 partai ini banyak sekali orang non-Muslim, membuat mereka sulit meraih simpati orang2 Islam non-Jawa terutama Islam konservatif seperti di Aceh, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, NTB, Sulawesi Tenggara
Kita tidak bicara etnis capresnya, tapi etnis dan pola kehidupan berbudaya para pemilihnya, seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, ada beda antara pola kehidupan beragama di provinsi2 yang dimenangi Jokowi dengan yang dimenangi Prabowo
Sebenarnya, orang2 Islam non-Jawa ini mati-matian mendukung Prabowo lebih karena ketidaksukaan mereka terhadap Jokowi dan pihak2 di belakangnya, menurut mereka golongan 01 ini anti-Islam, tidak berpihak kepada agama
Mereka ora urus soal program atau visi misi dari 02
Kalau soal partai mungkin masih ada pengaruh, terutama dari PKS dan PAN, daerah2 Islam non-Jawa ini selalu jadi stronghold PKS dan PAN
Ada 5 provinsi mayoritas Muslim "mutlak" (di atas 80%, ini maksudnya persentase Muslim-nya ya, bukan persentase suara Jokowi) yang dimenangkan Jokowi:
- DKI
- Jawa Tengah
- DIY
- Jawa Timur
- Lampung
Satu kesamaan 5 provinsi ini: mayoritas penduduknya dari suku Jawa
Sisanya adalah:
- Sumatera Utara --> warga non-Muslim Batak, Karo, Nias dll lumayan banyak walaupun tidak jadi mayoritas untuk tingkat provinsi, Jokowi menang lebih dari 80% di kabupaten2 non-Muslim termasuk di kampung saya Tapanuli Utara
- Kepulauan Riau --> mayoritas Muslim, tetapi mungkin karena keterpencilan (banyak yang tinggal di pulau2) membuat mereka tidak mengenal siapa Prabowo-Sandi dan orang2 di belakangnya, jadi mereka lebih pro-Jokowi, sementara di Batam dan Bintan orang Jawa dan perantau non-Muslim (Batak, Flores, dll) juga lumayan banyak
- Bangka Belitung --> warga Tionghoa non-Muslim di sini lumayan banyak
- Kalimantan Barat --> warga non-Muslim dari Suku Dayak dan Tionghoa lumayan banyak dan menjadi mayoritas di beberapa kabupaten, tapi untuk tingkat provinsi mayoritas tetap Muslim, 60%
- Kalimantan Tengah --> hampir 50:50 Muslim dan non-Muslim
- Kalimantan Timur --> mayoritas suku Jawa, ditambah suku Dayak non-Muslim di pedalaman Kutai Barat & Mahakam
- Sulawesi Tengah --> hampir 50:50 Muslim dan non-Muslim
- Sulawesi Barat --> sama dengan Sulteng, 50:50 Muslim dan non-Muslim
8 provinsi di atas, Muslim mayoritas tapi selisihnya antara 10%-20% dengan non-Muslim, tidak banyak
Untuk 8 provinsi sisanya di atas, agaknya premis yang anda sebutkan ke saya berlaku, bahwa suara non-Muslim berkontribusi untuk kemenangan Jokowi di provinsi2 ini, karena suara orang2 non-Muslim lebih dari 80% untuk 01, sementara yang Muslim terpecah ke 01 dan 02
Jadi memang selalu ada perbedaan antara Islam Jawa dengan Islam non-Jawa, yang kemudian berpengaruh ke keputusan politik
Maka jika dipecah kira-kira begini:
- Islam Jawa = 50%-70% pilih Jokowi
- Islam non-Jawa = 60-80% pilih Prabowo
- non-Muslim = >75% pilih Jokowi
|
Masalahnya adalah bahwa analisis ente belum teruji dengan baik karena kebetulan partai pendukung prabowo tdk banyak berubah dari yg ente sebutkan sebagai backing suaranya
Analisis ente baru akan terlihat benar bila di 2019 ini (dan sayangnya tidak terjadi) PKS mendukung Jokowi dan suara Jokowi menang mutlak di wilayah propinsi mayoritas Muslim-Non Jawa itu.
Mengapa demikian? Karena analisis ente akan meleset bila ternyata persoalan mendasarnya adalah militansi suara pada sosok capresnya dan bukan pada partai pendukungnya belaka. Misalkan saja ya Prabowo didukung Gerindra, PAN, Golkar, dan PPP sedangkan Jokowi oleh PDIP, PKS, Nasdem, Demokrat, PKB.
|
|
|
detikNews
........
|