HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Senin, 2024/04/24 11:14 WIB
Polisi Sebut Chandrika Chika 1 Tahun Gunakan Narkoba
-
Senin, 2024/04/24 14:23 WIB
Parto Patrio Dilarikan ke RS Pakai Ambulans, Sakit Apa?
-
Senin, 2024/04/24 11:09 WIB
6 Fakta Penangkapan Chandrika Chika Pakai Narkoba Bareng 5 Orang Teman
-
Senin, 2024/04/24 11:29 WIB
KPU Tetapkan Prabowo Jadi Presiden dan Gibran Wakil Presiden Baru RI
-
Senin, 2024/04/24 11:43 WIB
Mooryati Soedibyo, Pendiri Mustika Ratu, Meninggal Dunia Dalam Usia 96 Tahun
-
Senin, 2024/04/24 11:47 WIB
Ganjar Mengaku Tak Diundang ke Penetapan Prabowo-Gibran
|
Thread Tools |
17th October 2019, 15:56 |
#1181
|
Mania Member
|
RASHOMON by Ryunosuke Akutagawa
Kategori: Cerpen Alkisah, seorang Genin (samurai kelas bawah, paling rendah dalam tingkatannya) yang baru saja dipecat dan tak tahu hendak ke mana. Dan sementara itu, Kyoto, tengah digempur bencana. Bergelimpangannya mayat-mayat di beberapa titik, dan dalam kisah ini, mayat-mayat di gerbang Rashomon (sekarang bagian prefektur Nara) seolah-olah sudah menjadi hal biasa. Genin kelaparan di tengah bencana tersebut. Selayaknya seorang samurai yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan; kejujuran dan disiplin terhadap diri sendiri pun harus diterapkan. Itulah yang terjadi. Genin lebih memilih mati kelaparan ketimbang harus menuruti niatan buruknya, melakukan hal apa saja demi memuaskan lambung kosong melompongnya. Saat Genin dihadapkan kebimbangan, dia melihat ada seseorang di tengah mayat-mayat. Apa yang dilakukan orang itu? Siapakah dia? Nah, di sinilah permainan nilai-nilai kebaikan serta keburukan manusia berperan. Aku menunduk hormat untuk Akutagawa-san. Beliau menginsiprasiku dalam menilik secara diam-diam-menghanyutkan perihal/di balik jubah bermerek manusia. Beliau cakap betul mengorek sisi tergelap yang rasanya tabu, ataupun bisa dipandang aneh. Aku ga akan bilang aneh, lebih halusnya eksentrik, mungkin, ya, hehehe~ Sudah terbukti, karya-karya (cerpen) beliau bisa mengaduk perasaan kita menjadi tak memiliki sekat antara hitam dan putih. Semuanya membaur jadi satu. Kadang kita dibuat bingung, sebenarnya, kita ini kasihan atau mengutuk si tokoh, sih? (khusus dalam cerpen ini). Mm, aku katakan saja cerpen ini agak berbau Karmic Cycle (?) Di mana jika kau mengajari kucing kencing di kasur, maka ia akan kencing di kasur. Bilamana kau memuntahkan nasi basimu di kepala seseorang, maka orang lain akan memuntahkan hal serupa di kepalamu. Hmmm~ |
17th October 2019, 16:09 |
#1182
|
|
Addict Member
|
Quote:
|
|
17th October 2019, 16:25 |
#1183
|
Mania Member
|
|
17th October 2019, 16:31 |
#1185
|
Mania Member
|
Pake "Akutagawa" coba ngetiknya. Masa ga tau Akutagawa? Bukan pencinta sastra, ya? Bahkan ada penghargaan Akutagawa Prize (bergengsi di Jepang sana) sebagai bentuk kehormatan terhadap beliau. Kalau film atau series atau entahlah apa itu namanya, aku kurang tahu. Mungkin sama judul |
17th October 2019, 16:56 |
#1186
|
|
Addict Member
|
Quote:
sembarangan mahakaryanya akira toriyama sama eiichiro oda aja pada khatam aku |
|
31st October 2019, 21:26 |
#1188
|
Mania Member
|
THE NOSE (HANA) by Ryunosuke Akutagawa
Kategori : Cerpen Alkisah di sebuah kuil pinggiran kota Kyoto bernama Ikeno'o, hiduplah seorang pendeta yang memiliki hidung panjang, disebutkan sendiri oleh sang narator/penulis, bahwa hidungnya itu bisa dikatakan mirip sosis menempel di wajahnya. Atau dengan kata lain, belalai. Pendeta Naigu, si pendeta berhidung belalai itu, kadang risi dengan hidungnya tatkala dia makan. Bukannya apa-apa, setiap kali dia menyendok sup dalam mangkuknya, tak ayal si hidung merepotkan ini masuk ke mangkuk berisi supnya, jadilah aktivitas rutin seperti makan, membuat salah satu muridnya menjadi seorang "tukang ganjal" hidung pendeta agar si pendeta bisa makan dengan mudah. Dan kadang, pendeta pun merasa orang-orang menertawakan bentuk hidungnya meskipun tak secara terang-terangan. Namun, untung bagi si pendeta, mereka tak mungkin membicarakan pendeta karena begitu tak diminati lawan jenisnya akibat hidungnya ini dikarenakan pendeta tak perlulah berkawin, wong dia hidup selibat istilahnya. Setiap hari pendeta mencari kekurangan yang sama di diri pendeta lain atau orang lain yang juga sama berfisik hidung sosis seperti dirinya, dia sama sekali tak menemukan orang semacam itu: dengan hidung seperti dirinya. Singkatnya, pendeta ingin ada satu orang saja yang bernasib sama seperti dia: berhidung sosis. Di hari-hari dia mendambakan hidung normal seperti orang lainnya, bagaikan pucuk dicinta, ulam pun tiba. Salah seorang muridnya diberitahu oleh tabib tentang cara memendekkan hidung, dan diterapkanlah cara tersebut. Lucu, aneh, menggelitik nalar, tapi tak jua lepas dari esensi tujuan kebahagiaan si pendeta itu sendiri yg menginginkan hidung pendek. Itu pendapatku mengenai cara memendekkan hidung sang pendeta Akhirnya terwujud juga. Pendeta berhidung pendek, dia pun bahagia. Akan tetapi, pendeta merasa orang-orang di sekitarnya masih menertawakannya. Namun kali ini, cara mereka menertawakannya lebih terang-terangan. Dan gundahnya makin berkembang ketika si murid yg dulu sering membantu mengganjal hidung pendeta ketika makan, malah mulai memperolok-oloknya secara tak langsung. Hal ini pun berpengaruh terhadap interaksi keduanya. Esok harinya, pendeta menemukan kembali hidungnya senormal biasanya; panjang bagai sosis. Dan rasa kebahagiaan yang dulu dia rasakan ketika memendekkan hidungnya, kembali dirasakannya pula saat hidungnya berubah ke bentuk sebelumnya, panjang. Pesan disampaikan langsung oleh sang narator. Bahwa dalam kehidupan ini, kemalangan yang menimpa kita, mustahil tak ada seorang pun yang berempati atasnya. Tetapi pula, ketika kita mencoba mengubah nasib malang, maka akan ada juga orang yang tak suka kita mengubah kemalangan tersebut. Malah boleh dikatakan, ada aja orang yang senang kita bernasib malang tanpa mau mengubahnya. Yah... begitulah kehidupan. Alih-alih kita berusaha merisak kekurangan kita, alangkah baiknya kita menikmati/mensyukuri hal (kekurangan) tersebut menjadikannya sebuah anugerah. Akutagawa-san, sepertinya membuat cerpen ini terinspirasi dari Nikolai Gogol yang berjudul sama-sama "The Nose" atau dalam bahasa aslinya, "Hoc Nos". Mereka berdua memutus aliran neo-realis di cerpen tersebut. Tapi dengan gaya mereka yang berbeda namun tetap sama-sama luar biasa! Dan begitulah kemahaagungan seni berlangsung; seniman lain akan menginspirasi seniman lainnya. |
6th November 2019, 23:58 |
#1189
|
Mania Member
|
THE PHANTOM OF THE OPERA by Gaston Leroux
Kategori : Novel Fiuh! Capek aku baca ini. Bukan karena tebelnya, gaya penuturannya, atau tema yang diusungnya. Capek karena baca versi Bahasa Inggris Pusing! Inggrisku pas-pasan, dan banyak kosakata yang mesti buka kamus Beginilah kisahnya (semoga emang bener apa yang kutangkap meskipun terseok-seok memahaminya) Chritine Daae. Seorang penyanyi opera ternama dan dipandang sejak dirinya diajari oleh Sang Malaikat Musik (Hantu Opera) cara bernyanyi. Padahal sebelumnya, Christine, tak pernah mendapat kesempatan sebagai penyanyi utama. Namun sayangnya, ada budi yang mesti dibalaskan mahal olehnya kepada si Hantu Opera. Hantu Opera jatuh cinta pada Christine, ia ingin menikahi Christine, dan menjalani kehidupan normal seperti manusia di atas sana, bukan hidup di bawah tanah gedung opera yang menjemukkan dan gelap. Akan tetapi, Christine mencintai adik sang Count. Ialah Viscount Raoul de Chagny yang dicintai Christine. Terlebih, Raoul adalah teman masa kecil Christine. Sederet rencana Christine buat bersama Raoul agar mereka bisa hidup berdua tanpa gangguan si Hantu Opera. Hantu Opera memberikan Christine pilihan mengenai nasibnya: menolak menikah atau menerimanya sebagai suaminya, itulah nanti yang akan jadi klimaks di novel ini. Ada juga chapter ketika dua manajer dan orang-orang yang bekerja/menjadi bagian dari gedung opera ini sebagai kisah pelengkap yang menurutku lucu. Mereka ga percaya hantu, tapi itu nyata. Akhirnya mereka kayak orang waras ga waras dalam memercayai hal tersebut Mungkin aku saja, atau ada juga pembaca yg lain yang bersimpati terhadap si Hantu Opera. Aroma getir kehampaan, sunyi, haus akan cinta dari si Hantu Opera, mirip dengan duka lara yang menimpa si monster Frankeinstein karya Mary Shelley. Apalagi genre-nya sama-sama gothic romantis gitu. Mereka buruk rupa, membuat jijik orang (manusia) yang memandangnya,akan tetapi, hati mereka serapuh sayap capung! Mereka patut diberi kelembutan, ditopang dengan kasih sayang, dan diberi pengertian serta pemahaman mana itu yang baik dan buruk -- yang boleh dilakukan dan tidak. Agak meneteskan airmata dengan nasib akhir si Hantu Opera. Aku memang emosional ketika membaca sesuatu yang bersinggungan dengan hal berbau 'kesepian' atau 'rindu dicintai'. Karena siapa pun itu, buruk rupa atau rupawan, sejenis makhluk kasat mata atau bukan, berkaki dua atau lebih dari itu, bertelinga di samping atau dia atas kepala, setan ataupun malaikat, jika ia ingin dicintai, jika ia ingin mencintai, maka berhaklah dirinya mendapatkan itu. Hanya saja, Tuhan memang menyeimbangkan hidup ini; ada siang, ada malam. Ada hujan, ada kemarau. Ada mentari, ada rembulan, ada pria, ada wanita. Dan ada yang dicinta, ada pula yang dibenci.... PS: I sending a big hug to all of you. And to anyone who's feeling unloved, I love you. xx |
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer