HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Sabtu, 2024/04/23 14:49 WIB
PAN Siapkan Eko Patrio-Zita Anjani Pilkada Jakarta, Desy Ratnasari di Jabar
-
Sabtu, 2024/04/23 14:37 WIB
Ini Tampang Azizatus yang Ngeprank Rumah Dirampok gegara Takut Ditagih Utang
-
Sabtu, 2024/04/23 13:58 WIB
Ahmad Syaikhu: Saatnya Anies Dukung Kader PKS Maju di DKI
-
Sabtu, 2024/04/23 16:21 WIB
Cara Cek Ijazah Asli Secara Online
-
Kamis, 2024/04/21 10:11 WIB
Cak Imin Balas Wasekjen PBNU soal Bela Gus Ipul: Nggak Nanggepi Pengangguran
-
Jumat, 2024/04/22 12:10 WIB
Hakim MK: Tak Terdapat Permasalahan pada Pencalonan Gibran Cawapres
|
Thread Tools |
19th June 2017, 12:04 |
#1
|
Banned
|
Benarkah Gajah Mada Adalah Gaj Ahmada Seorang Muslim
Sebutan Mahapatih Majapahit Gajah Mada menjadi viral di media setelah nama awalnya disebut Gaj Ahmada dalam buku berjudul 'Majapahit Kerajaan Islam' yang ditulis oleh Herman Sinung Janutama. Hal ini tentu menjadi sebuah tantangan bagi para sejarawan untuk menjawab kebenaran tersebut.
Perdebatan soal nama Gaj Ahmada seharusnya membahas Ali Nurul Alam, seorang muslim yang juga menyandang nama Gajah Mada. Siapa dia? Perdebatan soal nama Gajah Mada VS Gaj Ahmada sepertinya melewatkan sebuah nama yang penting: Ali Nurul Alam. Namanya cukup asing untuk masyarakat Indonesia, kecuali mereka yang keturunan para sayyid, habib, kesultanan Cirebon dan Banten. Tahukah Anda, dia adalah orang kedua yang menyandang nama Gajah Mada. Penelusuran detikcom, Senin (19/6/2017) nama Ali Nurul Alam muncul dalam buku Babad Tanah Sunda: Babad Cirebon tulisan PS Sulendraningrat. Bisa dibilang ini adalah catatan sejarah resmi Kesultanan Cirebon. Nama ini juga bisa dilihat dari Himpunan Nasab Al Alawiyin dari Naqobatul Asyrof Al Kubro, Lembaga Pemeliharaan Penelitian Sejarah dan Silsilah Alawiyin. Disebutkan Sunan Gunung Jati bernama lengkap Syarif Hidayatullah bin Syarif Abdullah bin Sayyid Ali Nurul Alam. Ali Nurul Alam ini berarti adalah kakek Sunan Gunung Jati. Babad Cirebon menyebutkan orangtua dan kakek Sunan Gunung Jati tidak tinggal di Jawa, melainkan negeri lain dengan kota bernama Jiddah dan juga Champa. detikcom juga melakukan perbandingan data sejarah yang disusun oleh Christoper Buyer melalui website The Royal Ark yang menyusun silsilah Kesultanan Kelantan di Malaysia dengan merangkum 14 buku sejarah. Kota Jiddah yang dimaksud ternyata adalah Jiddah Riayath Sa'adat us-Salam, ibukota Imperium Chermin yang meliputi Aceh, Kelantan (termasuk Patani di Thailand Selatan) dan Champa di Vietnam Selatan. Gubernur Jenderal Inggris Thomas Standford Raffles dalam buku History of Java juga sempat menyebut Kerajaan Chermin. Nama Ali Nurul Alam ditemukan kembali di dalam silsilah Kesultanan Kelantan yang ditulis ulang Christoper Buyer. Dia adalah putra dari Sayyid Husain Jumadil Kubro, ulama besar keturunan Rasulullah yang merupakan penyebar Islam di Asia Tenggara dan dimakamkan di Mojokerto. Yang menarik, Christoper Buyer menulis begini: "Sayyid 'Ali Nur ul-Alam bin Husain Jamadi al-Kubra, Pateh Arya Gajah Mada. Perdana Mantri of Kelantan-Majapahit II 1432-1467. Fled to Champa with the Sultan, following the Siamese conquest in 1467," tulis dia. Ada dua fakta menarik. Pertama, Ali Nurul Alam memiliki nama lain Pateh Arya Gajah Mada. Jabatannya adalah Perdana Menteri Kelantan-Majapahit II yang menjabat 1432-1467. Kerajaan Majapahit II? Pasti jarang orang Indonesia yang pernah mendengar nama kerajaan ini. Buyer mengatakan anak Raja Langkasuka bernama Bharubhasa mendirikan Kerajaan Chermin tahun 1339 dengan wilayah kekuasaan dari Aceh, Sumatera Utara, Perak, Kedah dan Champa. Dia diislamkan oleh Syekh Jumadil Kubro dan menjadi Sultan Mahmud Ibnu Abdullah. Kerajaannya ditaklukan Kerajaan Siam dari Thailand tahun 1345. Mahapatih Gajah Mada lalu menaklukan Siam tahun 1357, sekaligus menjadikan Chermin sebagai negara bagian dari Majapahit. Imperium Chermin berganti nama menjadi Majapahit II. Dari catatan sejarah itu, ketahuan langkah apa yang dilakukan Mahapatih Gajah Mada. Dia tidak memaksakan agama Hindu-Buddha yang dianut Majapahit, melainkan membiarkan Islam tetap tumbuh berkembang. Buktinya, kesultanan di Chermin tetap dilanjutkan, hanya namanya berubah menjadi Kelantan-Majapahit II. Kedua, karena rajanya berinduk ke Majapahit, maka jabatan tertinggi dipegang oleh seorang Perdana Menteri yang dijabat oleh Ali Nurul Alam dengan nama alias atau gelarnya Pateh Arya Gajah Mada. Ini adalah pilihan yang masuk akal untuk Mahapatih Gajah Mada mendelegasikan kekuasaan ke Patih Arya Gajah Mada. Mengingat wilayah Kelantan dan Champa jauh sekali dari Trowulan yang menjadi Ibukota Majapahit. Fakta bahwa sebagian wilayah Majapahit bagian timur laut beragama Islam, mungkin menjawab soal koin bertulisan Arab di era Majapahit yang dihebohkan itu. Bukti lain soal Ali Nurul Alam bernama alias Patih Arya Gajah Mada juga pernah ditulis media Malaysia, Utusan Malaysia. Utusan Malaysia pernah menulis ulasan cukup panjang tentang Sayyid Ali Nurul Alam. Disebutkan pula Patih Arya Gajah Mada adalah nama aliasnya dan memang menimbulkan perdebatan apakah dia dan Gajah Mada adalah orang yang sama atau bukan. Utusan Malaysia menyebutkan Ali Nurul Alam wafat di Campa tahun 1467. Dari pada berdebat soal Gaj Ahmada atau Gajah Mada, lebih baik para sejarawan menjelaskan kepada publik. Siapa itu Ali Nurul Alam? Seorang muslim yang menyandang nama kedua sebagai Gajah Mada. |
19th June 2017, 13:39 |
#4
|
Addict Member
|
|
19th June 2017, 14:40 |
#5
|
Banned
|
ribut tentang gajah mada berawal dari starus faceboook Arif Barata bertajuk mengirim status "Meluruskan Sejarah", Kamis (15/6).
Ada lima pokok yang ditulis Arif dalam statusnya, antara lain soal "salah pengucapan" dari orang-orang pada masa lampau saat menyebut Gadjah Mada. "Mereka menyebutnya Gajahmada untuk memudahkan pengucapan dan belakangan ditulis terpisah menjadi Gajah Mada (walaupun hal ini salah)" tulis akun yang mencantumkan Universitas Islam Malang (Unisma) sebagai almamaternya itu. Klaim ihwal Gaj Ahmada berujung satire Status Arif Barata soal "Gaj Ahmada" yang viral di media sosial. Arif juga menuliskan nama Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta, sebagai sumber rujukan klaimnya. Lembaga termaksud memang pernah terlibat penerbitan buku bertema Majapahit dan Islam yakni Kesultanan Majapahit: Fakta Yang Tersembunyi (2010) dan Fakta Mengejutkan Majapahit Kerajaan Islam (2014). Kedua buku itu ditulis Herman Janutama, seorang pemerhati budaya Jawa, dan tercatat pernah menempuh studi di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Wakil Ketua PD Muhammadiyah Kota Yogyakarta, Ashad Kusuma Djaya, membenarkan bahwa pihaknya pernah memfasilitasi penelitian Herman soal Majapahit sebagai kesultanan Islam. "Penelitian dilakukan oleh Mas Herman dan dibuat kajiannya oleh LHKP, dengan mendatangkan beberapa pembanding. Hasil kajian itu ditulis menjadi buku," ujar Ashad, dikutip detikcom. Adapun LHKP-PDM Yogyakarta, kata Ashad, memang diisi oleh anak-anak muda yang gandrung wacana alternatif. Herman, seperti dilansir Tirto.id (18/6), menyebut kesimpulan Majapahit sebagai kerajaan Islam berangkat dari keyakinan terhadap tradisi Jawa, dengan merujuk pada cerita lisan dan manuskrip. Salah satu yang disebutnya sebagai rujukan adalah empat jilid Babad Majapahit, dengan tebal sekitar 4 ribu halaman. "Naskah masih ada di Museum Sonobudoyo. Isinya menyimpulkan baik Majapahit maupun Singasari adalah kerajaan Islam. Cerita-cerita di dalamnya selama ini hidup di bawah sadar orang Jawa (cerita lisan dan tradisi)," kata dia. Pun, Herman mengaku punya bukti silsilah yang menerangkan Gadjah Mada sebagai Muslim. Konon, silsilah itu menyebut Raden Wijaya dan raja-raja Jawa sebelumnya merupakan seorang muslim. Meski demikian, Herman tak memerinci sumber silsilah yang dimaksud. Sabtu (17/6), Herman menyampaikan ihwal beda klaim antara bukunya dan status nan viral di media sosial. Hal itu termuat dalam kolom komentar di status Facebook milik Ashad Kusuma Djaya. Beda klaim itu antara lain soal penulisan Gadjah Mada. "Sepanjang bacaan kami status viral tersebut beberapa hal tidak terdapat pada buku kami. Misalnya penjelasan tentang GAJ-AHMADA. Dalam buku tertulis GAJAH-AHMADA," tulisnya (17/6). Meski ada beda klaim, dari gelagat yang terlihat di media sosial, riset Herman sudah dilirik sebagian orang sebagai rujukan sejarah alternatif. Di sisi lain, klaim status viral soal Gadjah Mada juga beroleh bantahan. Salah seorang yang membantah adalah Bambang Budi Utomo, Peneliti Pusat Arkeologi Nasional. "Tidak benar itu, nama Gaj Ahmada tidak ada dalam catatan mana pun," ujar Bambang, dikutip kumparan.com. Adapun koin-koin bertuliskan syahadat pada masa Majapahit--juga diklaim sebagai bukti dalam status nan viral--memang benar adanya. Namun, Ketua Masyarakat Arkeologi Indonesia, Ali Akbar, menyebut hal itu lumrah belaka. "Situasi kerajaannya (Majapahit) di tahun 1293 memang banyak yang beragama Hindu, tapi banyak juga pedagang Islam yang tinggal menetap dan meninggal di situ," katanya. Ia percaya para pedagang Islam itulah yang membawa koin-koin bertuliskan syahadat. Gambar koin itu juga terlihat dalam brosur Museum Nasional, Jakarta. "Kalau uang dengan ada tulisan Arab, kemungkinan besar ada untuk menyebarkan agama ke Kerajaan Majapahit," kata Kepala Bidang Pengumpulan dan Pengkajian Museum Nasional, Tri Gangga. Bagaimana pun, di media sosial, topik ini telah memicu pembelahan dua kubu. Kubu pertama adalah para pendukung wacana ini, terutama oleh mereka yang kerap berkomentar menggunakan sentimen keagamaan. Hal itu antara lain terlihat lewat penyebaran status Arif Barata oleh blog macam Yes Muslim dan Portal Islam--tautannya sering pula dibagikan di media sosial. Di titik berbeda, banyak juga yang meragukan klaim itu. Sebaliknya, mereka meyakini catatan sejarah resmi--Majapahit sebagai kerajaan Hindu-Buddha. Mereka yang berposisi demikian umumnya menganggap wacana "Gaj Ahmada" dibangun dari analisis cocokologi (baca: asal mencocokkan). Lagi2 penghuni bumi datar bikin gebrakan yg konyol. melalui Metode Cocokologi, mengklaim Gaj Ahmada dan Kesultanan Majapahit. |
19th June 2017, 19:22 |
#7
|
Groupie Member
|
Tidak benar.
Silahkan baca, focus ke 'Sejarah yg ditulis tanpa ilmu sejarah. Mak jleb! http://suluhnuswantara.org/printthread.php?tid=4826 |
Who, Being Loved, is Poor? (Oscar Wilde) |
20th June 2017, 08:45 |
#10
|
Registered Member
|
jasa pengurusan surat penting dan berharga proses ga ribet aman dan terpercaya
jual - E KTP - KK - NPWP - IJAZAH S1 JUAL IJAZAH SD - SMP - SMU - S1 - D3 - AKTE LAHIR - KTP JUAL BUKU / AKTE NIKAH - AKTE TANAH - SERTIFIKAT TOEFL JUAL IJAZAH IJASAH TERPERCAYA DAN TERAMAN |
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer