HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Minggu, 2024/04/18 11:55 WIB
Klarifikasi Idham Masse Soal Mobil Untuk Ibu Catherine Wilson Mau Ditarik Leasing
-
Minggu, 2024/04/18 11:48 WIB
Ogah Disebut Nganggur, Ferry Irawan Ngaku Ada Proyek Film dan Dicalonkan Jadi Bupati
-
Selasa, 2024/04/14 11:47 WIB
Sandra Dewi Hilang di Instagram, Keluarga Lakukan Hal Ini
-
Sabtu, 2024/04/17 14:39 WIB
Melody Prima Baru Ungkap Alasan Bercerai Setelah Setahun Berlalu
-
Jumat, 2024/04/16 14:20 WIB
Olivia Nathania, Anak Nia Daniaty Bebas dari Penjara Kasus CPNS Bodong
-
Minggu, 2024/04/18 14:36 WIB
Ajak Kekasih Lebaran Bareng Keluarga, Wika Salim Bakal Nikah Tahun Ini?
|
Thread Tools |
13th November 2017, 09:45 |
#1
|
Addict Member
|
Bisnis Penggemukan Sapi Lesu
Bisnis Industri feedlot (penggemukan) sapi tanah air, saat ini sedang lesu. Penyebabnya pelaku penggemukan sapi mengalami kerugian yang tidak sedikit. Diungkapkan Nanang Purus Subendro, peternak sapi potong asal Lampung, sekarang iklim usaha penggemukan sapi sedang tidak bagus. “Harga beli sapi dari Australia, tidak turun seperti yang dijanjikan Menteri Perdagangan yang harganya turun 1 USD perkilogramnya,” cetusnya kepada TROBOS Livestock ketika dihubungi via telepon. Sementara, ia tuturkan untuk membeli bakalan sapi lokal pun harganya cukup tinggi dan sulit didapat. Belum lagi tingkat keragaman yang tinggi dan performa kurang baik. Sekarang, peternak membeli sapi dari Jawa dan tiba di Lampung harganya mencapai Rp 52.000 per kilogram bobot hidup. Namun, ketika dijual harga justru menurun menjadi Rp 44.000 per kilogram bobot hidup. “Peternak masih dipaksakan untuk tetap membeli, hanya dengan harapan agar harga membaik saat lebaran haji,” jelasnya. Lanjutnya, ditambah kebijakan impor yang tertuang dalam Permentan Nomor 49/2016, bahwa setiap melakukan impor lima sapi bakalan, harus juga mengimpor satu sapi indukan atau 5:1. Menurut Nanang, memelihara indukan, berarti perputaran dana berhenti cukup lama dan secara ekonomi dilakukan secara intensif tidak menguntungkan. “Biaya untuk menghasilkan 1 ekor pedet (anak sapi) sekitar 6 juta, sedangkan harga jual pedet lahir dibawah itu. Jadi, peternak rugi,” ungkapnya. Ditambahkan Joni Liano Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), saat ini saja sudah ada 4 perusahaan feedlot megap-megap tidak lagi mengimpor sapi bakalan lantaran terus merugi.“Sudah ada 4 feedloter (pelaku penggemukan) di anggota kami yang sudah tak lagi impor sapi bakalan di 2017. Karena sekarang lagi benar-benar masa susah, jual rugi terus,” sebut Joni. Akibat Daging India Jika menjual sapi siap potong pun, dituturkan Nanang, pelaku penggemukan sapi rugi jika langsung dikirim ke Rumah Potong Hewan (RPH). Harga sapi siap potong saat beli Rp 44.000 perkilogram bobot hidup, namun dijual ke RPH hanya Rp 41.500 perkilogram bobot hidup. Jadi rugi Rp 2.500 per kilogram atau Rp 1.250.000 an per ekor. “Harga karkas sapi lokal pun lebih mahal dibandingkan daging kerbau. Karkas daging lokal di RPH dikisaran Rp 105.000 – 110.000 perkilogram, sedangkan daging India dijual kepada konsumen hanya Rp 80.000 perkilogramnya. Jadi pedagang lebih banyak memilih daging kerbau” terangnya. Seolah mengiyakan Nanang, dituturkan Budiono peternak sapi Kabupaten Subang bahwa masuknya daging kerbau impor asal India sejak tahun lalu, membuat peternak lokal cukup terpukul. Selain permintaannya yang anjlok, harga daging sapi lokal pun mengalami penurunan. “Dulu kalau dalam satu minggu dulu kita bisa potong enam ekor, sekarang seminggu anjlok jadi seekor,” urainya. Lanjutnya, para pedagang yang mulai beralih mengambil pasokan daging kerbau India dari Bulog yang harganya lebih murah, ketimbang membeli daging sapi segar dari Rumah Potong Hewan (RPH).“Bayangkan kita jual karkas yang masih ada tulangnya Rp 88.000 perkilogram. Sekarang ada daging kerbau yang sudah tidak ada tulangnya, beli di Bulog harganya Rp 80.000 perkilogram, jelas minat pedagang kita berkurang untuk membeli daging segar di RPH,” papar Budiono. Pria yang juga pemilik usaha jagal ini menuturkan, selain soal permintaan daging yang merosot drastis, peternak sapi lokal juga menderita lantaran harga daging yang menurun. “Kita dulu bisa jual karkas Rp 90.000 perkilogram, sekarang paling kita lepas ke pedagang daging itu Rp 88.000 perkilogram. Banyak pedagang yang beli daging kerbau, kemudian tetap beli daging sapi segar,. Namun, setelah itu dioplos, itu juga yang membuat daging dari peternak lokal harganya turun,” tutur Budiono. |
13th November 2017, 11:29 |
#2
|
|
Banned
|
Quote:
|
|
12th December 2017, 16:10 |
#4
|
Banned
|
di daerah mana ya ini?
____________________________________________ franchise indonesia | franchise murah | waralaba murah |
12th December 2017, 16:47 |
#5
|
Registered Member
|
mantep gan peluang bisnisnya,
oh iya kalo ada yang butuh jasa penggajian, bisa dibuka jasa payroll outsourcing |
13th December 2017, 14:01 |
#6
|
Mania Member
|
Di daerah saya juga banyak yang memelihara sapi untuk digemukkan, karena sebagian besar warganya adalah pembuat tahu. maka ampas tahu dijadikan pakan sapi yang sangat bagus dan mempercepat penggemukan,
|
Reseller produk pakaian anak brand Ammar Kids. WA 085780124424 |
10th March 2018, 13:15 |
#8
|
Registered Member
|
Bisnis seperti ini memiliki banyak faktor yang tidak disukai semua orang. Anda perlu bersih setelah ternak ini, tidak hanya memberi makan saja. Dan Anda perlu menghitung semuanya secara menyeluruh, sehingga Anda mendapatkan keuntungan bersih pada akhirnya.
|
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer