Dolar Menguat Ditopang Angka Pengangguran yang Menurun
Spoiler
NEW YORK - Kurs dolar AS menguat pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena para investor mencerna beberapa data ekonomi terbaru yang secara umum positif.
Dalam pekan yang berakhir 14 April, angka pendahuluan untuk klaim awal pengangguran yang disesuaikan secara musiman mencapai 232.000, turun 1.000 dari tingkat yang tidak direvisi pekan sebelumnya, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Kamis (19/4).
Rata-rata pergerakan empat minggu mencapai 231.250, meningkat 1.250 dari rata-rata tidak direvisi minggu sebelumnya di 230.000.
Sementara itu, indeks kondisi bisnis Philadelphia Federal Reserve naik tipis satu poin dari angka Maret menjadi 23,2 pada April, mengalahkan estimasi pasar.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, meningkat 0,31 persen menjadi 89,903 pada akhir perdagangan.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,2338 dolar AS dari 1,2378 dolar AS di sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,4078 dolar AS dari 1,4204 dolar AS di sesi sebelumnya. Dolar Australia jatuh menjadi 0,7723 dolar AS dari 0,7784 dolar AS.
Dolar AS dibeli 107,40 yen Jepang, lebih tinggi dari 107,27 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9721 franc Swiss dari 0,9683 franc Swiss, dan meningkat menjadi 1,2671 dolar Kanada dari 1,2632 dolar Kanada.
Rupiah Sempat Tembus 13.800 per Dolar AS, IHSG Turun Terbatas
Spoiler
Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bervariasi pada perdagangan saham Jumat pekan ini. Hal ini mengikuti gerak bursa saham global yang tertekan.
Pada pra-pembukaan perdagangan saham, Jumat (20/4/2018), IHSG naik tipis bahkan stagnan pada pra-pembukaan perdagangan saham. IHSG hanya naik 0,095 poin ke posisi 6.355,99. Kemudian pada pembukaan perdagangan saham pukul 09.00 waktu JATS, IHSG turun terbatas 6,9 poin atau 0,11 persen ke posisi 6.349. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,25 persen ke posisi 1.037,80.
Sebagian besar indeks saham acuan bervariasi. Sebanyak 133 saham menguat sehingga menahan pelemahan IHSG. 108 saham diam di tempat dan 65 saham melemah.
Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.360,31 dan terendah 6.343,86. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 24.550 dengan volume perdagangan saham 440,7 juta saham. Nilai transaksi harian Rp 434,1 miliar. Investor asing jual saham Rp 1,39 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) makin menguat ke posisi Rp 13.802.
Sektor saham masing-masing menguat dan melemah. Sektor saham barang konsumsi turun 0,71 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham manufaktur melemah 0,42 persen dan sektor saham aneka industri tergelincir 0,21 persen. Sektor saham perdagangan mendaki 0,34 persen, sektor saham industri dasar menguat 0,34 persen dan sektor saham pertanian naik 0,19 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham DYAN naik 11 persen ke posisi Rp 111, saham WOOD menanjak 3,14 persen ke posisi Rp 394 per saham, dan saham SOCI melonjak 3,01 persen ke posisi Rp 274 per saham.
Adapun saham-saham yang melemah antara lain saham ABBA turun 2,7 persen ke posisi Rp 72, saham INCO turun 2,63 persen ke posisi Rp 3.700 per saham, dan saham TIFA tergelincir 2,26 persen.
Bursa saham Asia pun sebagian besar tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,18 persen dan indeks saham Jepang Nikkei mendaki 0,22 persen. Sementara itu, indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,14 persen, indeks saham Shanghai tergelincir 0,31 persen, indeks saham Singapura turun 0,17 persen, dan indeks saham Taiwan merosot 1,46 persen, dan catatkan penurunan terbesar.
Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, IHSG naik 0,57 persen pada perdagangan saham Kamis kemarin. Penguatan IHSG didorong sektor saham barang konsumsi, semen dan tambang. Bank Indonesia memutuskan mempertahankan suku bunga acuan 4,25 persen. BI fokus untuk stabilkan nilai tukar rupiah dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Gbpjpy turun dengan tajam, did akhir pekan ini, begitu juga dengan gbpusd yang dengan tajam mulai turun di pekan ini, sementara emas masih dalam range meski kecenderungan turun juga mulai terlihat
Reseller produk pakaian anak brand Ammar Kids.
WA 085780124424
Rupiah Dibuka Ambruk Dekati Level Rp13.900/USD Saat Yen Terbebani
Spoiler
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan, Senin (23/4/2018) dibuka ambruk hingga mendekati level Rp13.900/USD. Pelemahan rupiah terjadi saat mata uang Negeri Paman Sam -julukan AS- melesat di tengah Yen kehilangan pijakan untuk mulai terbebani.
Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah pagi ini dibuka pada level Rp13.894/USD. Posisi ini memperlihatkan rupiah merosot tajam dibandingkan posisi perdagangan sebelumnya yang berada di level Rp13.804/USD.
Posisi rupiah berdasarkan data Bloomberg, pada sesi pembukaan makin buruk yang berada di level Rp13.908/USD dibandingkan perdagangan sebelumnya Rp13.893/USD. Pergerakan harian rupiah pada awal perdagangan ada di kisaran Rp13.886-Rp13.915/USD.
Data Yahoo Finance menunjukkan rupiah pada sesi perdagangan pagi berada pada posisi Rp13.888/USD atau tenggelam cukup dalam dari sesi penutupan akhir pekan kemarim Rp13.875/USD. Pergerakan harian rupiah pada pagi hari ini berada pada level Rp13.873-Rp13.895/USD.
Berdasarkan data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah di awal perdagangan hari ini juga masih terus menyusut hingga ke level Rp13.892/USD. Peringkat ini memperlihatkan rupiah masih lesu dibanding akhir pekan kemarin.
Dilansir Reuters hari ini, USD diperdagangkan mendekati level tertinggi dua pekan terhadap beberapa mata uang utama didukung oleh peningkatan imbal hasil obligasi AS/ Sementara berkurangnya kekhawatiran atas risiko politik global membebani mata uang safe haven seperti Yen Jepang.
Indeks USD versus enam mata uang utama berdiri kokoh pada level 90,445 di perdagangan awal Asia, untuk mendekati posisi tertinggi dua pekan 90,477 yang dicapai, Jumat kemarin. Terhadap Yen, USD mencapai posisi terbaik dua bulan pada level 107,89 dibandingkan akhir pekan kemarin di 107,85 pada akhir perdagangan AS.
Yen cenderung menarik permintaan pada saat ketidakpastian ekonomi dan gejolak pasar, dan menjual ketika kepercayaan kembali. Kenaikan imbal hasil obligasi AS membantu mendukung greenback, dengan Treasury Yield AS menyentuh posisi puncak dalam 10 tahun terakhir mencapai 2,968% atau tertinggi sejak Januari 2014 di awal perdagangan Asia. Kenaikan sekitar 2 basis poin dari perdagangan AS, Jumat kemarin.
Langkah itu muncul setelah imbal hasil Treasury AS didorong lebih tinggi minggu lalu, karena pejabat Federal Reserve atau Bank Sentral AS mengisyaratkan kenaikan suku bunga lanjutan pada 2018 melihat pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Dolar juga bertahan terhadap euro, saat mata uang umum tergelincir 0,2% menjadi USD1,2266. Pada akhir pekan kemarin, euro telah menyentuh level terendah dua minggu di posisi 1,2250 karena investor memangkas posisi beli dalam euro menjelang pertemuan kebijakan Bank Sentral Eropa minggu ini di mana para pembuat kebijakan sebagian besar diharapkan memberi sinyal tidak ada perubahan dalam kebijakan.
Dolar AS Bisa Rp 14.000, Pemerintah dan BI Jangan Diam Saja
Spoiler
Jakarta - Penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) membuat nilai tukar rupiah terus terperosok. Bahkan kondisi ini terus berlanjut dan tidak menutup kemungkinan dolar AS bisa tembus Rp 14.000.
Menurut Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tentunya harus mengambil tindakan untuk mencegah hal itu terjadi. Ada beberapa hal yang diusulkannya.
"BI tidak bisa salahkan faktor global saja, karena sebagian besar yang mempengaruhi pelemahan rupiah adalah fundamental ekonomi. Maka tugas Pemerintah juga untuk memperkuat kinerja ekonomi domestik," tuturnya kepada detikFinance, Selasa (24/4/2018).
Pertama, kata Bhima, pemerintah harus menjaga daya beli masyarakat salah satunya dengan menjaga kestabilan harga baik listrik, BBM maupun harga pangan jelang Ramadan, sehingga konsumsi rumah tangga bisa berperan 56% terhadap PDB.
"Bansos jangan terlambat disalurkan. Efektifkan stimulus ke sektor riil. Waktu yang tepat untuk evaluasi semua paket kebijakan," tambahnya.
Kedua dari sisi moneter BI harus kreatif dalam menggunakan instrumen selain cadangan devisa. Di Asia Tenggara misalnya rasio cadangan devisa (cadev) terhadap PDB Indonesia salah satu yang terendah yakni 14%.
"Filipina saja sudah 28%, dan Thailand 58%. Cadev menentukan kekuatan moneter suatu negara jadi tidak mungkin terus dikorbankan. Jika diperlukan untuk jaga stabilitas rupiah maka BI 7 days repo pada Mei sangat mungkin dinaikkan 25 bps. Di sisi yang lain penurunan bunga kredit bisa dilakukan dengan efisiensi perbankan dan pengendalian inflasi," tambah Bhima.
Ketiga, para pengusaha terutama yang memiliki utang luar negeri (ULN) harus melakukan lindung nilai atau hedging. BI harus memperketat pengawasan kewajiban hedging.
"Keempat dalam kondisi mendesak BI bisa terbitkan aturan mengenai capital control untuk tahan DHE (devisa hasil ekspor) di bank dalam negeri sehingga pembelian rupiah meningkat. Thailand berhasil kendalikan bath karena punya instrumen capital control DHE wajib disimpan di bank dalam negeri minimum enam bulan. Kita belum punya," tutupnya.
Harga Minyak Dunia Tembus Level Tertinggi Sejak 2014
Spoiler
SINGAPURA - Harga minyak Internasional mencapai level tertinggi sejak akhir 2014 pada perdagangan, Selasa (24/4/2018) didorong oleh harapan atas sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran. Ditambah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC) terus berkomitmen menahan pasokan di tengah penguatan permintaan.
Dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan Internasional untuk harga minyak meningkat menjadi USD75,20 per barel dalam perdagangan awal hingga ke level yang tidak terlihat sejak November 2014. Pada pukul 01.09 GMT, Brent masih berada pada posisi USD74,89/barel atau naik 18 sen yang setara dengan 0,2% dibandingkan sesi terakhir.
Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berada di posisi USD68,84 per barel dengan lonjakan mencapai 20 sen yang setara dengan 0,3% dari sesi terakhir sebelumnya. Pasar telah mendapatkan dukungan dari kebijakan pemotongan produksi yang dipimpin OPEC sejak 2017, lalu dengan tujuan menopang pasar global.
Sentimen lainnya datang dari potensi sanksi AS yang bakal diperbarui terhadap Tehran. Amerika Serikat hingga 12 Mei memutuskan apakah akan meninggalkan kesepakatan nuklir Iran dan sebaliknya memperbarui sanksi terhadap anggota OPEC, yang akan semakin memperketat pasokan global.
Upaya OPEC untuk memperketat pasar dipimpin oleh eksportir utama Arab Saudi, di mana perusahaan minyak yang dikendalikan negara yakni Saudi Aramco mendorong harga yang lebih tinggi menjelang listing yang direncanakan akhir tahun ini atau 2019.
"Kekuatan minyak berasal dari komitmen Arab Saudi baru-baru ini untuk menempatkan kembali harga minyak hingga antara USD70 sampai USD80 per barel serta tingkat persediaan yang kembali dalam kisaran normal," kata Analis Investasi di Rivkin Securities Australia William O'Loughlin.
JAKARTA - Binaartha Sekuritas menyatakan, harapan akan adanya kenaikan rupiah setelah pelemahan sebelumnya yang sempat tertahan, tampaknya tidak terealisasi.
Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, pelaku pasar masih cenderung meningkatkan permintaanya terhadap USD seiring masih meningkatnya laju imbal hasil obligasi AS.
"Di sisi lain, laju EUR yang diharapkan dapat menahan dominasi USD tampaknya belum terjadi, di mana pelaku pasar menahan diri jelang pertemuan ECB," ujarnya di Jakarta, Kamis (25/4/2018).
Sementara, Reza memperkirakan, pergerakan rupiah cenderung diakibatkan adanya imbas dari pergerakan mata uang USD seiring efek psikologis yang ditimbulkan.
"Tetap cermati dan waspada terhadap sentimen yang membuat laju rupiah kembali tertahan kenaikannya," pungkasnya.
Rupiah diestimasikan Reza akan bergerak dengan kisaran di level support Rp13.948/USD dan resisten Rp13.907/USD.
Nyaris Rp14.000, Rupiah Melemah ke Level Rp13.933 per USD
Spoiler
JAKARTA â Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali dibuka melemah mendekati Rp14.000. Pada perdagangan Kamis (26/4/2018), rupiah tidak banyak bergerak pagi ini dan tertahan di level Rp13.900 per USD.
Melansir Bloomberg Dollar Index, Rupiah pada perdagangan spot exchange rate di pasar Asia tercatat berada di Rp13.933 per USD. Rupiah melemah 12 poin atau 0,09%. Adapun pergerakan harian Rupiah pagi ini, berada di kisaran Rp13.921-Rp13.935 per USD.
Sementara yahoofinance mencatat, Rupiah berada di angka Rp13.938 per USD. Rupiah melemah 13 poin atau 0,09%. Dalam pantauan yahoofinance, Rupiah bergerak dalam rentang Rp13.908 per USD hingga Rp13.930 per USD.
Kurs dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), Dolar makin kokoh karena imbal hasil atau yield obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun naik di atas tingkat psikologis penting 3%.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, meningkat 0,46% menjadi 91,186 pada akhir perdagangan.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi USD1,2178 dari USD1,2237 pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi USD1,3936 dari USD1,3972 pada sesi sebelumnya. Dolar Australia jatuh ke USD0,7564 dari USD0,7598.
Dolar AS dibeli 109,37 yen Jepang, lebih tinggi dari 108,69 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS meningkat menjadi 0,9829 franc Swiss dari 0,9787 franc Swiss, dan naik menjadi 1,2849 dolar Kanada dari 1,2832 dolar Kanada.
Dolar Makin Perkasa Didukung Data Ekonomi AS yang Positif
Spoiler
NEW YORK - Kurs dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena para investor mempertimbangkan sejumlah data ekonomi terbaru.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,45% menjadi 91,581 pada akhir perdagangan.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi USD1,2107 dari USD1,2178 pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi USD1,3923 dari USD1,3936 di sesi sebelumnya. Dolar Australia jatuh ke USD0,7552 dari USD0,7564.
Dolar AS dibeli 109,37 yen Jepang, sama dengan 109,37 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9893 franc Swiss dari 0,9829 franc Swiss, dan naik menjadi 1,2872 dolar Kanada dari 1,2849 dolar Kanada.
Departemen Perdagangan AS mengatakan, pesanan baru untuk barang tahan lama yang diproduksi pada Maret meningkat 2,6%, mengalahkan estimasi pasar.
Departemen Tenaga Kerja melaporkan bahwa dalam pekan yang berakhir 21 April, angka pendahuluan untuk klaim awal pengangguran yang disesuaikan secara musiman mencapai 209.000, turun 24.000 dari tingkat direvisi minggu sebelumnya. Ini adalah tingkat terendah untuk klaim awal sejak 6 Desember 1969, ketika itu mencapai 202.000.