|
|
14th April 2009, 11:14
|
|
Addict Member
Join Date: Aug 2008
Location: duluk jayakarta
Posts: 786
|
Quote:
Originally Posted by elbi-nasa
Menunggu Kemarahan Rakyat
Sunday, 09 November 2008
Tabloid SUARA ISLAM EDISI 54, Tanggal 7 - 21 Nopember 2008 M/8 - 22 Dzulqa’idah 1429 H
Oleh Amran Nasution
Direktur Institute For Policy Studies Jakarta
Pengusaha Tomy Winata dan Sofyan Wanandi, diundang hadir dalam rapat kabinet di Istana Merdeka untuk membahas krisis ekonomi. Kenapa pedagang di Pasar Tanah Abang, para pemimpin buruh, tokoh petani, tak dimintai pendapat? Padahal sudah terbukti selama ini merekalah yang menyelamatkan negeri ini dari krisis ekonomi, bukan para konglomerat hitam pengemplang BLBI yang selalu menyimpan uangnya di Singapore.
http://www.suara-islam.com/index.php...an-Rakyat.html
Di bwah ada foto TOMMY WINATA yg hadir dlm rapat kabinet pmrnth SBY sdang brbincang dgn mnteri2 SBY.
|
yoi, esbeye geto lochhh, kgak mgkn dunk mampu beli tanah luas & bkin istana d cikeas kalok taon 96 cuman ngandalin gaji pangkat brigjen nyang cuman 2jt...
|
|
|
14th April 2009, 11:21
|
|
Addict Member
Join Date: Aug 2008
Location: duluk jayakarta
Posts: 786
|
Quote:
Sumber : kompas Senin, 22 April 2002
Banyak orang kenal nama, tapi tak kenal siapa sebenarnya sosok lelaki berumur 43 tahun bernama Tommy Winata ini? Benarkah taipan muda dan digdaya ini sukses berkait dukungan bisnis remang-remang: dari judi, obat bius, hingga penyelundupan? Benarkah ia merupakan salah satu 'Mr Big' dari "Gang of Nine?"- sekelompok orang yang menguasai bisnis remang-remang?
Tak mudah menjawab pertanyaan ini. Yang jelas, sebagai pengusaha,
Tommy termasuk punya kisah sukses. Lelaki berumur 43 tahun kelahiran
Pontianak ini termasuk ulet dan tekun, merangkak dari bawah.
Meskipun, ia kerap dituding menyumbang bagian yang akut dalam krisis
ekonomi dan politik di tanah air. Terutama dalam perselingkuhan
bisnis dan kekuatan senjata yang bisa menghasilkan banyak uang secara
mudah.
Ketekunannya memang membuahkan. Lewat Grup Artha Graha ("Rumah
Uang"), Tommy Winata terbilang mumpuni. Dalam tempo 10 tahun, Tommy
bisa mengembangkan imperium bisnisnya.
Pilar bisnisnya adalah properti dan keuangan. Di bawah payung PT
Danayasa Arthatama, imperium bisnisnya menjadi jaring bisnis yang
terdiri atas 16 perusahaan.
Bos Grup Artha Graha ini punya tiga kunci sukses: uang, kekuasaan dan
militer. Perpaduan yang menghasilkan power apa saja dan menghasilkan
apa saja.
Karena itu, soal kedekatan Tommy dengan kalangan militer, bukan
rahasia lagi. Laporan yang disusun Data Consult mengindikasikan bahwa
ekspansi bisnis grup ini memperoleh dukungan dana besar dari yayasan
milik tentara-khususnya Yayasan Kartika Eka Paksi.
Dari kantornya yang megah di kawasan bisnis Sudirman itu, Tewe-
demikian panggilan akrab taipan ini, dengan mudah bisa menghubungi
hampir semua panglima kodam di seluruh Indonesia-antara lain karena
aktivitasnya di Yayasan Kartika Eka Paksi milik Angkatan Darat.
Kedekatan Tommy dengan militer sudah terjadi sejak 1972, saat ia
berusia 15 tahun. Mulanya,ia diperkenalkan oleh seorang seniornya
kepada sebuah instansi militer di Singkawang, Kalimantan Barat. Di
sana, Tommy membangun sebuah mess tentara dengan biaya Rp 60 juta.
Hubungan itu kemudian dibina. Selain mess, ia membangun barak,
sekolah tentara, menyalurkan barang-barang ke markas tentara di Irian
Jaya. Hingga akhirnya di era tahun 1970 -an, ia menjadi seorang
kontraktor yang andal dan membangun proyek militer di Irian Jaya,
Ujung Pandang sampai Ambon.
Seperti Liem yang bertemu Soeharto atau Bob bertemu Gatot Soebroto,
Tommy, anak miskin yatim piatu itu beruntung mengenal Jenderal Tiopan
Bernard (T.B.) Silalahi, mantan Sekjen Departemen
Pertambangan dan Energi serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dalam Kabinet Pembangunan VI Soeharto.
Berkait Silalahi-yang hingga kini menjadi tokoh kunci dalam Grup
Artha Graha-Tommy memulai bisnis dengan memperoleh order pembangunan
barak-barak asrama militer di Irianjaya, ketika dia berusia 15 tahun.
Di Irian itu pula dia berkenalan dengan Yorrys Raweyai, Ketua Pemuda
Pancasila-sebuah organisasi yang dikenal memiliki hubungan khusus
dengan militer.
Sejak mengenal Yayasan Kartika Eka Paksi, lewat PT Danayasa Arthatama
yang didirikannya pada tahun 1989, masa keemasan Tommy pun tiba.
Proyek raksasa kawasan Bisnis Sudirman yang dilahirkan Tommy dengan
memakan investasi US $ 3,25 miliar itu bakal menjadi kawasan paling
canggih dan diduga bakal meraup untung miliran juta dollar. Tommy pun
merambah ke bisnis perdagagan, konstruks, properti, perhotelan,
perbankan, transportasi, telekomunikasi sampai real estate.
Akibat kesuksesan kongsi inilah, Tommy andalan militer dalam hal cari
dana. Bisnis Kartika Eka Paksi yang bertalian dengan Artha Graha
menghasilkan keuntungan tak sedikit yang antara lain untuk menghidupi
barak tentar di seluruh negeri dan kegiatan operasi militer.
Kisah kedigdayaan Tommy menuai kontroversi. Sejumlah patner dan
pesaing bisnisnya, menuding Tommy memanfaatkan militer untuk
memudahkannya berbisnis. Seperti dituding Effendi Ongko dari Bank
Umum Majapahit Jaya atau kisah Hartono, muncikari keals nasional
dalam proyek Planet Bali adalah kisah bagaimana cara Tommy mematahkan
lawan bisnisnya.
Belakangan, terdengar kabar, bisnis remang-remang- sebutlah perjudian
di sejumlah sudut di Jakarta- ataupun di sejumlah pulau di kawasan
pulau seribu, terkait dengan Tommy Winata. Bisnis sampingan Tommy:
perjudian, obat bius, dan penyelundupan sebagaimana dilansir sumber
TEMPO di tahun 1999, mengatakan bahwa Tommy adalah satu dari sembilan
tokoh ("Gang of Nine") dalam bisnis gelap itu-bisnis yang ada bahkan
merajalela, tanpa aparat keamanan pernah bisa memberantasnya. Tokoh
lain dalam bisnis ini, menurut sumber-sumber tadi, meliputi nama-nama
seperti Yorrys sendiri, Edi "Porkas" Winata, dan Arie Sigit Soeharto.
Namun kepada TEMPO saat itu, Tommy menolak dengan tegas disebut
Mafia. Ia juga menolak disebut-sebut sebagai tulang punggung kelompok
ini.
Mantan presiden Abdurrahman Wahid pun dalam sebuah diskusi publik
dengan terang-terangan menyebut bahwa Tommy adalah cukong dari bisnis
perjudian di kawasan Pulau Ayer (di Kepulauan Seribu). Malah dirinya
telah memerintahkan Kapolri saat itu Rusdihardjo dan Jaksa Agung
Marzuki Darusman untuk menutup pulau itu dan menyita kapal pesiar
yang digunakan untuk perjudian ditahan.
"Begitu juga saya dengar, di dekat situ ada kapal laut yang dipakai
untuk berjudi. Lagi-lagi ini melanggar hukum, karena ada cukongnya,
yaitu Saudara Tommy Winata. Saya minta kepada Jaksa Agung untuk
menyita kapal itu dan menangkap Tommy Winata, karena ia melanggar
hukum. " demikian Gus Dur.
Meski kepada Koran Tempo ia membantah membicarakan soal ini, namun
toh pertanyaan publik tetap saja bakal menganggu. Kenapa pertemuan
digelar di saat sejumlah investor - sebut Bupati Abdul Kadir telah
melirik bisnis ini?
|
Quote:
JEJAK REKAM PARA CAPRES DI BIDANG LINGKUNGAN & PILIHAN BAGI GERAKAN LINGKUNGAN DI INDONESIA
Oleh George Junus Aditjondro(1)
PENGANTAR:
Mana partai yang paling punya jejak rekam peduli lingkungan?
Mana capres & cawapres yang punya jejak rekam peduli lingkungan?
Dari mana para capres & cawapres membiayai kampanye mereka: dari hasil pembalakan liar, konsesi hutan, perkebunan kelapa sawit, perkebunan pulp dan kertas, pertambangan batubara, atau mana dan
dari siapa?
JEJAK REKAM SBY, CAPRES PARTAI DEMOKRAT:
Jejak rekam SBY di bidang lingkungan sangat tersembunyi, sebab SBY ‘hanya’ berperan sebagai pelindung berbagai kelompok bisnis besar, terutama kelompok Artha Graha (AG). T.B. Silalahi, penasehat presiden di bidang pertahanan, juga eksekutif kelompok AG milik Tomy Winata. Melalui mitra bisnisnya di Sumut, AG mengelola perkebunan kelapa sawit PT First Mujur Plantation di Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu.
Artha Graha juga milik Sugianto Kusuma (‘Aguan’), pemilik PT Agung Sedayu Permai, holding company Agung Sedayu Group.
Artha Graha dan Agung Sedayu Permai banyak membangun gedung perkantoran & perumahan elit, yang tiap hari diiklankan di layar televisi.
Kurang disadari dampak lingkungan properti-properti mewah itu, yaitu:
(a) pembukaan lahannya menggusur rakyat kecil yang terpaksa bermukim di pinggir kali yang sangat tidak sehat;
(b) sangat rakus air tanah (membuat rakyat kecil tergantung pada air kemasan); dan
(c) ikut menyemburkan udara panas yang menaikkan suhu udara kota Jakarta.
Berlindung di balik nama SBY ada dua yayasan, yakni (1) Yayasan Puri Cikeas & (2) Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam.
Orang-orang dekat SBY menjadid pembina atau pengawas yayasan-yayasan itu. Ketua Dewan Pembina Yayasan Puri Cikeas = Jero Wacik, Menteri Pariwisata dalam Kabinet Indonesia Bersatu. Ketua Pengawas Yayasan Nurussalam = Brigjen Kurdi Mustofa, Sekpri SBY.
Adik ipar (Hartanto Eddie Wibowo) dan anak bungsu SBY (Eddy Baskoro Yudhoyono) menjadi fungsionaris Yayasan Nurussalam. Hartanto, bendahara, Baskoro, sekretaris.
Sejumlah pengusaha era Orde Baru menjadi fungsionaris kedua yayasan itu, seperti Sukamdhani dan putera mahkotanya, Hariadi Sukamdani (Sahid Group), serta Tanri Abeng dan anaknya, Emil Abeng, serta Aziz Mochdar (Bimantara). Sukamdhani dan Tanri Abeng di Yayasan Cikeas, sedangkan Aziz Mochdar (ipar Yayuk Habibie, adik bungsu BJ Habibie) di Yayasan Nurusalam.
Ada juga pengusaha yang berlindung di balik fungsionaris Yayasan Nurussalam, seperti Gunawan Yusuf (Makindo), kompetitor Salim Group dalam perkebunan tebu di Lampung.
Menteri Lingkungan era SBY-JK, Rachmat Witoelar, memberikan label hijau kepada beberapa konglomerat perusak lingkungan, yakni RGM, Sinar Mas, dan Freeport Indonesia, Inc.
Ekspansi konglomerat-
konglomerat yang dekat dengan JK (pernah sama-sama jadi penggalang dana Golkar, seperti Arifin Panigoro, Aburizal Bakrie, Hartati Murdaya) ikut berekspansi di era SBY-JK, walaupun di tahun-tahun pertama kejatuhan Soeharto mereka masih berhutang besar pada bank-bank negara.
Kelompok Medco yang 60% milik keluarga Arifin Panigoro (40% milik Mitsui & Mitsubishi) berkembang dari migas (Sulteng, Aceh), PLT panas bumi di Sarulla (Sumut), kelapa sawit (Kalteng, Papua), paper dan pulp di Merauke (Papua), s/d rencana PLTN di Jepara (Jateng).
Namun blunder terbesar kroni-kroni JK adalah ekspansi bisnis keluarga Bakrie di bidang energi (Mega Energi Persada, Bumi Resources, Kondur Petroleum) yang mengakibatkan tragedi Lapindo bagi rakyat Jawa Timur, malapetaka lingkungan paling kurang ajar selama rezim SBY-JK!!
|
kekekek, gud posting boss...rejim esbeye-tomi winata-bakrie & pngusaha2 item laennya kudu diakhirin...
|
|
|
14th April 2009, 11:24
|
|
Addict Member
Join Date: Aug 2008
Location: duluk jayakarta
Posts: 786
|
Quote:
Originally Posted by jethro_tull
Kompas, Sabtu, 11/4/09, hal 5, mengungkapkan bahwa Hartati Murdaya Poo & pengusaha2, rupa2-nya sdh merapat ke SBY, dgn ikut dlm rombongan VIP Tim kampanye SBY. Ironisnya, suaminya ikut2an mendukung isterinya, pdhal ia pengurus partai lain (kalo gak salah bendahara di PDIP). Sdh non-aktif katanya....
Paling tdk menjawab tandatanya saya, kok PD ini kelihatannya dukungan dananya kuat.....
|
dah tauk ko...
ada indikasi kuat jugak kalok nyang gerakin demo umat buddha d buddha bar entu sbenerny manuver hartati murdaya & kubu2 esbeye karna hartati murdaya kn maseh ketua walubi / prkumpulan umat buddha indonesia...syang manuverny kgak nyampek karna trnyt bkn anak mega nyang pny buddha bar indonesia...
|
|
|
14th April 2009, 14:47
|
|
Addict Member
Join Date: Nov 2008
Posts: 295
|
Quote:
Originally Posted by kh4fil4h
dah tauk ko...
ada indikasi kuat jugak kalok nyang gerakin demo umat buddha d buddha bar entu sbenerny manuver hartati murdaya & kubu2 esbeye karna hartati murdaya kn maseh ketua walubi / prkumpulan umat buddha indonesia...syang manuverny kgak nyampek karna trnyt bkn anak mega nyang pny buddha bar indonesia...
|
HARTATI MURDAYA ini skrg bnyk dpt proyek2 sjak SBY jd PRES, bhkn skrg sdang gencar2nya mmbangun megaproyek yg akan mnjd mercusuar INDONESIA sperti PETRONAS malaysia. nama proyeknya :MENARA JAKARTA KEMAYORAN...tp syangnya gedung trtinggi tsb akan skaligus mnjd GEREJA trtinggi di dunia. Ini brkat kongkalikong SBY dgn ekstrimis2/misionaris KRISTEN/KATOLIK ; TB SILALAHI, TOMMY WINATA, kluarga CIPUTRA dll.
|
|
|
14th April 2009, 15:57
|
|
Mania Member
Join Date: Feb 2008
Posts: 9,381
|
Intermezo
Silakan meluangkan waktu untuk membaca thread baru saya tentang upaya sistematis dalam mengatur hasil pilkada jatim dan tentunya berpengaruh pada pileg 09
http://forum.detik.com/showthread.php?t=96577
|
|
BERSAMA TUHAN YME, 2013 KAMI DATANG
|
21st April 2009, 09:48
|
|
Addict Member
Join Date: Nov 2008
Posts: 295
|
dlu bsnis TOMMY WINATA mrajalela pd masa SOEHARTO punya era, skrg bsnis TOMMY WINATA smkn mnjadi2 pd masa SBY punya era ABRI-TNI-TOMMY WINATA mang tdak bs trpisahkn!
Quote:
Catatan A. Umar Said
PREMANISME SEJENIS TOMMY WINATA
HARUS DILAWAN
Aksi penyerbuan dan terror oleh premanisme pendukung Tommy Winata terhadap majalah mingguan Tempo telah menimbulkan reaksi yang cukup ramai dari berbagai fihak. Ini adalah pertanda baik. Sebab, dengan terjadinya penyerbuan dan terror yang dilakukan terhadap Tempo ini maka masalah premanisme di negeri kita dapat diblejeti, dibongkar dan dikutuk. Sebenarnya, masalah premanisme yang dipertontonkan oleh Tommy Winata adalah hanya sebagian kecil saja dari premanisme yang berpuluh-puluh tahun sudah terjadi selama Orde Baru di bawah Suharto dkk. Selama rezim militer berkuasa, premanisme telah merajalela dalam segala bentuk dan ukuran.
Sebenarnya, fenomena Tommy Winata adalah cermin miniatur dari sistem politik, ekonomi, kebudayaan dan moral Orde Baru. Pada hakekatnya, dalam kadar dan bentuk yang berbeda-beda, fenomena Tommy Winata adalah sejenis fenomena Eddy Tanzil, Hendra Rahardja, Bob Hasan, Sudono Salim, Probosutedjo, Ibnu Sutowo; Haji Taher (Pertamina), Tommy Suharto atau mereka yang tersangkut perkara BLBI, dan perkara-perkara besar lainnya. Semua kasus-kasus ini adalah produk dari Orde Baru.
Kalau dikaji dalam-dalam, nyatalah bahwa rezim militer Orde Baru adalah diktatur yang dijalankan oleh suatu kekuasaan yang merupakan mafia yang dikepalai oleh Suharto. Diktatur mafia ini – yang tulang punggungnya adalah TNI-AD dan Golkar - berhasil diselubungi dengan atribut-atribut pemerintahan yang berdasarkan “demokrasi” (palsu), seperti MPR, DPR, dan pemilihan umum. Berkat jaring-jaringan mafia yang luas dan menyeluruh, maka selama 32 tahun Orde Baru dapat mengontrol dan menguasai semua bidang penting kehidupan bangsa.
FENOMENA TOMMY WINATA
Melihat sejarah hidupnya maka nampak dengan nyata bahwa Tommy Winata adalah produk yang tipikal dari Orde Baru. Seperti halnya banyak konglomerat hitam lainnya, ia dibesarkan dan juga menjadi besar oleh sistem politik dan kekuasaan mafia Orde Baru. Pada hakekatnya, diktatur militer Suharto dkk adalah kekuasaan mafia dalam bentuknya yang paling tinggi. Dengan kalimat lain, Orde Baru adalah manifestasi dari premanisme. Selama mafia ini berkuasa segala macam pelanggaran hukum dan norma-norma keadilan telah banyak dilanggar, dan selama puluhan tahun pula.
Orang-orangnya Suharto telah dibiarkan menyalahgunakan kekuasaan, dibiarkan melanggar hukum dan undang-undang, dibiarkan main korupsi, dibiarkan merugikan rakyat, asal jangan menentang Orde Baru dan jangan melawan Suharto. Jaring-jaringan mafia ini, yang menguasai sepenuhnya bidang eksekutif, legislatif dan judikatif, adalah sangat kuat. Itu sebabnya mengapa walaupun banyak sekali korupsi terjadi selama puluhan tahun, sedikit sekali (hanya beberapa orang) koruptor yang ditangkap dan diadili. Itu sebabnya juga walaupun banyak sekali terjadi pelanggaran HAM (umpamanya orang diculik atau dibunuh), tidak diadakan tindakan.
Dalam jangka lama sekali, jaring-jaringan mafia ini (yang terutama sekali terdiri dari tokoh-tokoh TNI-AD dan Golkar) saling melindungi, saling menutupi, saling tolong-menolong atau “saling mengerti”. Banyak orang bisa menyaksikan sendiri bahwa banyak jenderal TNI dan tokoh-tokoh utama Golkar telah memperkaya diri dengan cara-cara yang “tidak normal”, atau dengan jalan yang tidak sah secara moral. Jaring-jaringan mafia (militer dan sipil) ini mencakup juga sejumlah besar konglomerat hitam, yang kegiatan mereka dalam bidang perekonomian dan keuangan telah menimbulkan banyak kerusakan dan kerugian bagi negara dan bangsa (harap ingat: masalah BLBI). Kasus Tommy Winata adalah cermin tipikal dari sistim mafia atau premanisme yang banyak dipraktekkan selama Orde Baru.
(Salah satu di antara banyak contohnya yalah kasus gugatan Nyonya Dewi Sukarno atas kepemilikan tanah seluas 5,5 hektar yang terletak di kawasan Jalan Sudirman, yang menurut Tempo Interaktif jatuh di tangan Tommy Winata. Untuk mengetahui lebih jauh cerita yang bisa berbuntut panjang ini, harap baca wawancara Dewi Sukarno dalam website http://perso.club-internet.fr/kontak/).
SEJAK MUDA HUBUNGAN DENGAN TENTARA
Masalah Tommy Winata adalah soal yang menarik dipelajari. Oleh karena itu, perlu dianjurkan kepada berbagai kalangan ilmiah (antara lain : politik, ekonomi, moral, kriminologi) untuk menjadikan fenomena Tommy Winata sebagai objek studi atau objek riset. Kasus Tommy Winata, seperti halnya kasus Tommy Suharto (atau banyak konglomerat hitam lainnya) mengandung aspek-aspek yang mencerminkan betapa rusaknya sudah moral di kalangan elite kita. Mereka menghalalkan segala cara (antara lain : korupsi, kolusi, nepotisme, pemerasan, penyalahgunaan kekuasaan, penyuapan) untuk memperkaya diri sambil merugikan kepentingan rakyat dan negara.
Selama ini sudah banyak informasi atau berita tentang Tommy Winata yang disiarkan oleh media di Indonesia dan di luarnegeri. Kalau kita buka Internet dan kita gunakan GOOGLE maka segala macam bahan mengenai Tommy Winata bisa kita temukan di situ. Dengan kata kunci “Tommy Winata” kita bisa buka 437 bahan yang bersangkutan dengan macam-macam persoalan tokoh yang satu ini . Sedangkan dengan kata kunci “Artha Graha” kita bisa temukan 2880 bahan. (Artha Graha adalah salah satu perusahaan induk dari ratusan perusahaan yang dimiliki atau diurusi oleh Tommy Winata).
Siapa itu Tommy Winata? Untuk singkatnya, bisalah kiranya dikatakan bahwa ia adalah orang yang mempunyai kelihaian, kemampuan, kecerdasan, kelicikan, yang luar biasa. Menurut tulisan dalam Kompas 22 April 2002, pengusaha muda yang berumur 43 tahun (waktu itu, sekarang 44 tahun) itu dilahirkan di Pontianak. Sejak tahun 1972, ketika ia berumur 15 tahun, sudah punya hubungan erat dengan militer. Mulanya ia diperkenalkan oleh seorang seniornya kepada sebuah instansi milier di Singkawang, Kalimantan Barat. Di sana Tommy membangun sebuah mess tentra dengan biaya Rp 60 juta. Hubungan itu kemudian dibina. Selain mess, ia membangun barak, sekolah tentara, menyalurkan barang-barang ke markas tentara di Irian Jaya. Hingga akhirnya di era tahun 1970-an ia menjadi seorang kontraktor yang andal dan membangun projek militer di Irian Jaya, Ujung Pandang sampai Ambon.
Seperti Liem yang bertemu Soeharto atau Bob bertemu Gatot Subroto, Tommy, anak miskin yatim piatu itu beruntung mengenal jenderal Tiopan Bernard Silalahi, mantan Sekjen Departemen Pertambangan dan Energi serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dalam Kabinet Pembangunan VI Suharto, tulis Kompas.
ARTHA GRAHA DAN KARTIKA EKA PAKSI
Masih menurut Kompas, berkat hubungan dengan Silalahi – yang hingga kini menjadi tokoh kunci dalam Grup Artha Graha – Tommy memulai business dengan memperoleh order pembangunan barak-barak asrama militer di Irian jaya, ketika dia berumur 15 tahun. Di Irian itu pula dia berkenalan dengan Yorris Raweyai, ketua Pemuda Pancasila – sebuah organisasi yang dikenal memiliki hubungan khusus dengan militer.
Sejak mengenal Yayasan Kartika Eka Paksi, lewat PT Danayasa Arthatama yang didirikannya pada tahun 1989, masa keemasan Tommy pun tiba. Projek raksasa kawasan bisnis Sudirman yang dilahirkan Tommy dengan memakan investasi US $ 3,25 miliar itu bakal menjadi kawasan paling canggih dan diduga bakal meraup untung miliaran juta dollar. Tommy pun merambah ke bisnis perdagangan, konstruksi, properti, perhotelan, perbankan, transportasi, telekomunikasi sampai real estate. Akibat kesuksesan kongsi inilah, Tommy andalan militer dalam hal cari dana. Bisnis Kartika Eka Paksi yang bertalian dengan Artha Graha menghasilkan keuntungan tak sedikit yang antara lain untuk menghidupi barak tentara di seluruh negeri dan kegiatan operasi militer, tulis Kompas.
Dari sekelumit cerita ini saja sudah dapat diperoleh gambaran betapa hebatnya hubungan Tommy Winata dengan pejabat-pejabat atau tokoh-tokoh militer. Begitu hebatnya hubungan ini sehingga ada yang mengatakan bahwa Tommy Winata selama ini sudah “mengantongi” puluhan jenderal, dan bahwa ia dengan gampang bisa menghubungi berbagai instansi militer, termasuk Kodam-Kodam di seluruh Indonesia.
Rasanya tidak perlu dijelaskan panjang lebar lagi, bahwa hubungan yang erat Tommy Winata dengan militer ini kebanyakan tidaklah ada urusannya dengan “pengabdian” terhadap negara dan rakyat, melainkan urusan uang, urusan projek, urusan penggunaan (dan penyalahgunaan) kekuasaan, urusan suapan dan komisi gelap, dan juga urusan pemerasan dan penipuan dalam macam-macam bentuknya.
|
|
|
Last edited by elbi-nasa; 21st April 2009 at 09:51..
|
21st April 2009, 09:49
|
|
Addict Member
Join Date: Nov 2008
Posts: 295
|
Quote:
BISNIS REMANG-REMANG
Masih menurut Kompas, bisnis remang-remang atau perjudian di sejumlah sudut di Jakarta ataupun di sejumlah pulau di kawasan Pulau Seribu, terkait dengan Tommy Winata. Bisnis sampingan Tommy: perjudian, obat bius, dan penyelundupan. Sebagaimana dilansir sumber TEMPO di tahun 1999, Tommy Winata adalah salah satu dari sembilan tokoh (“Gang of Nine”) dalam bisnis gelap yang merajalela, tanpa aparat keamanan bisa memberantasnya. Tokoh lain dalam bisnis ini, meliputi nama-nama seperti Yorrys sendiri, Edi “Porkas” Winata, dan Arie Sigit Soeharto.
Mantan presiden Abdurrahman Wahid pun dalam sebuah diskusi publik dengan terang-terangan menyebut Tommy adalah cukong dari bisnis perjudian di kawasan Pulau Ayer (di Kepulauan Seribu). Malah dirinya telah memerintahkan Kapolri saat itu Rusdihardjo dan Jaksa Agung Marzuki Darusman untuk menutup pulau itu dan mensita kapal pesiar yang digunakan untuk perjudian ditahan (Kompas, 22 April 2002).
Jadi; seperti bisa dibaca di banyak bahan, Tommy Winata adalah seorang konglomerat yang punya kaki dan tangan yang bisa main di banyak tempat. Dalam tempo belasan tahun ia berhasil mendirikan imperiumnya Gedung megah dan indah Artha Graha yang terdiri dari 29 lantai di kawasan Sudirman merupakan saksi dan bukti bahwa Tommy Winata adalah seorang “kuat” berkat banyaknya uang yang dikuasainya. Dengan uang ini ia bisa membeli banyak jenderal dan pejabat-pejabat tinggi negara (atau tokoh masyarakat) hampir di semua tingkat dan di semua bidang.
Apakah negeri kita, rakyat kita, atau bangsa kita diuntungkan dengan adanya orang-orang sejenis Tommy Winata, masih bisa dipertanyakan. Yang jelas ialah bahwa konglomerat hitam (dari berbagai suku dan ras atau keturunan) adalah oknum-oknum yang karena kerakusannya untuk menumpuk kekayaan, maka tidak peduli lagi apakah segala tindakan mereka itu bermoral atau tidak, atau apakah kegiatan mereka itu merugikan kepentingan rakyat dan negara atau tidak. Sudah banyak bukti bahwa para konglomerat hitam adalah hanya merupakan benalu di tubuh bangsa, yang kehadirannya banyak menimbulkan penyakit. Mereka adalah musuh masyarakat.
AROGANSI KEKUASAAN HARUS DILAWAN
Apa yang dipertontonkan oleh Tommy Winata beserta para pendukungnya di kantor Tempo dan kemudian di kantor polisi Jakarta adalah sebagian dari praktek-praktek premanisme yang pernah dilakukan secara halus atau secara kasar. Ini pernah terjadi terhadap kantor Humanika, Forum Keadilan, masalah tanah Trakindo di Cilandak, penyanderaan terhadap pengusaha-pengusaha India. Arogansi ini mencapai puncaknya oleh orang-orang kepercayaan Tommy Winata di kantor polisi (baca laporan kronologis wartawan Tempo Achmad Taufik). Dari kejadian ini orang dapat kesan bahwa polisi sudah tunduk atau takut kepada Tommy Winata.
Reaksi yang hebat dari berbagai fihak terhadap peristiwa majalah Tempo adalah tepat dan sangat diperlukan dewasa ini, mengingat bahwa premanisme dalam segala bentuknya memang harus dilawan sekeras-kerasnya oleh semua golongan. Pada hakekatnya, premanisme adalah tindakan tidak menghargai hukum dan lebih mengutamakan ancaman, kekerasan, kekuatan, pengaruh, atau kekuasaan tanpa mengindahkan keadilan dan kepatutan. Premanisme inilah yang telah dilakukan oleh para pendukung Orde Baru selama puluhan tahun, dengan berbagai cara dan bentuk. Dan premanisme Tommy Winata adalah bagian dari padanya.
|
Quote:
Jejak rekam SBY di bidang lingkungan sangat tersembunyi, sebab SBY ‘hanya’ berperan sebagai pelindung berbagai kelompok bisnis besar, terutama kelompok Artha Graha (AG). T.B. Silalahi, penasehat presiden di bidang pertahanan, juga eksekutif kelompok AG milik Tomy Winata. Melalui mitra bisnisnya di Sumut, AG mengelola perkebunan kelapa sawit PT First Mujur Plantation di Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu.
Artha Graha juga milik Sugianto Kusuma (‘Aguan’), pemilik PT Agung Sedayu Permai, holding company Agung Sedayu Group.
Artha Graha dan Agung Sedayu Permai banyak membangun gedung perkantoran & perumahan elit, yang tiap hari diiklankan di layar televisi.
Kurang disadari dampak lingkungan properti-properti mewah itu.
|
|
|
Last edited by elbi-nasa; 21st April 2009 at 09:51..
|
21st April 2009, 11:27
|
|
Mania Member
Join Date: Sep 2007
Location: tiketkumurah.com
Posts: 4,025
|
kirai dewa judi cuman sih chow yun fat aja....taunya TW juga ya...
mantap!
|
|
|
21st April 2009, 15:07
|
|
Addict Member
Join Date: Aug 2008
Posts: 266
|
ms ALLAH, jgn sampe ancur negeri ini ktika PENGUASA brkomplot dgn PENJAHAT!!
Quote:
BISNIS REMANG-REMANG
Masih menurut Kompas, bisnis remang-remang atau perjudian di sejumlah sudut di Jakarta ataupun di sejumlah pulau di kawasan Pulau Seribu, terkait dengan Tommy Winata. Bisnis sampingan Tommy: perjudian, obat bius, dan penyelundupan. Sebagaimana dilansir sumber TEMPO di tahun 1999, Tommy Winata adalah salah satu dari sembilan tokoh (“Gang of Nine”) dalam bisnis gelap yang merajalela, tanpa aparat keamanan bisa memberantasnya. Tokoh lain dalam bisnis ini, meliputi nama-nama seperti Yorrys sendiri, Edi “Porkas” Winata, dan Arie Sigit Soeharto.
|
Quote:
Jejak rekam SBY di bidang lingkungan sangat tersembunyi, sebab SBY ‘hanya’ berperan sebagai pelindung berbagai kelompok bisnis besar, terutama kelompok Artha Graha (AG). T.B. Silalahi, penasehat presiden di bidang pertahanan, juga eksekutif kelompok AG milik Tomy Winata. Melalui mitra bisnisnya di Sumut, AG mengelola perkebunan kelapa sawit PT First Mujur Plantation di Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu.
Artha Graha juga milik Sugianto Kusuma (‘Aguan’), pemilik PT Agung Sedayu Permai, holding company Agung Sedayu Group.
|
|
|
|
30th April 2009, 21:08
|
|
Addict Member
Join Date: Oct 2008
Location: In The Side Of
Kalashnikov
Posts: 612
|
APA KATA DUNIA!!
|
|
TODAY'S PROBLEM COME FROM YESTERDAY'S SOLUTIONS
|
detikNews
........
|