HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Sabtu, 2024/04/23 14:49 WIB
PAN Siapkan Eko Patrio-Zita Anjani Pilkada Jakarta, Desy Ratnasari di Jabar
-
Sabtu, 2024/04/23 14:37 WIB
Ini Tampang Azizatus yang Ngeprank Rumah Dirampok gegara Takut Ditagih Utang
-
Sabtu, 2024/04/23 13:58 WIB
Ahmad Syaikhu: Saatnya Anies Dukung Kader PKS Maju di DKI
-
Sabtu, 2024/04/23 16:21 WIB
Cara Cek Ijazah Asli Secara Online
-
Kamis, 2024/04/21 10:11 WIB
Cak Imin Balas Wasekjen PBNU soal Bela Gus Ipul: Nggak Nanggepi Pengangguran
-
Jumat, 2024/04/22 12:10 WIB
Hakim MK: Tak Terdapat Permasalahan pada Pencalonan Gibran Cawapres
|
Thread Tools |
18th October 2010, 23:44 |
#761
|
|
Mania Member
|
Quote:
Tengs sudah mampir Di halaman 1, dan juga di beberapa halaman yang lain, ada indeks isi thread ini. Klik saja link-nya, maka kita akan dibawa untuk cuci mata melihat foto-foto yang indah dan menawan |
|
19th October 2010, 00:02 |
#762
|
Mania Member
|
PLTS di provinsi Liaoning
A man walked past a solar power plant in Liaoning Province. China ranked number one in clean energy investment in 2009. (Associated Press/File 2009) |
19th October 2010, 00:08 |
#763
|
Mania Member
|
Berikut ini foto PLTS di Dunhuang :
Dunhuang Solar Plant China Increases Solar Targets 15x China is aiming for an installed solar power capacity of 2 gW by 2011, nearly a 15-fold jump from the 140 mW capacity it had at the end of last year, according to people familiar with the matter. The National Energy Administration has decided to expand the country's solar power capacity to 2 gW in the next two years, with a subsidized price for solar power of 1.09 yuan per kWh, the source said. China is trying to catch up in a global race to find alternatives to fossil fuels. The country, which revised its 2020 target for solar power capacity from 1.8 gW to 20 gW in its new energy stimulus plan, added 40 mW in new capacity last year. Six regions and provinces in Northwest China are the most suited for installing solar PV stations in terms of sunshine days. These are Inner Mongolia, Xinjiang Uygur autonomous region, Gansu, Ningxia, Qinghai and Shaanxi, said Shen Yanbo, an expert from the National Climate Center. |
19th October 2010, 00:18 |
#764
|
|
Mania Member
|
Quote:
Tapi apa yang diberitakan di atas.... sama dengan pendapatku sebelumnya... 1. Pemenang Nobel saat ini sudah tidak murni lagi, banyak politisnya.... 2. Pihak Barat yang kalah bersaing dengan China dalam bidang ekonomi....merubah taktik mereka.... jika tidak bisa fight head to head.... suntikkanlah virus untuk melemahkan/membusukkan China dari dalam....dan virus itu bernama DEMOCRAZY.. Indonesia adalah salah satu contoh hasil pembusukan virus DEMOCRAZY.... 3. Kesaktian Virus DEMOCRAZY itu tergantung pada Nasionalisme rakyat China dan kesadaran mereka belajar dari perang saudara/perebutan kekuasaan dan sejarah jatuh bangunnya dinasty2 di China. Jika mereka bisa bersatu maka kekuatan Virus DEMOCRAZY itu akan kalah..... Kita sebagai bangsa Asia, harusnya mendukung sesama kita. Bukannya rasialis.... tapi belajarlah dari sejarah penjajahan di masa lalu...... China modern sendiri tidak pernah ikut menjajah negara lain....... Tibet, Uyghur, Monggolia, Manchuria dan Taiwan.... memank adalah bagian dari kerajaan mereka di masa lalu. Beda ama Indonesia yang dijajah ama bangsa Bule yang secara historis gak ada hubungan dgn mereka.... Lagipula cara pendekatan China adalah dengan soft power beda dengan Amrik yang pake Hard Power.... Tapi jika ada yang masih mau dijajah lagi.... ya silahkan..... |
|
19th October 2010, 00:34 |
#765
|
|
Mania Member
|
Quote:
belum dipotong 1. biaya transportasi naik angkot perhari pp Rp. 10.000 x 25 hari kerja = IDR250rb 2. beli beras Rp. 6000 x 25kg = Rp. 150rb.... 3. Dll Hitung aja brp nilai riil yang diperoleh pekerja Indonesia? Sebagai perbandingan harga beras di China sekitar IDR 3500/kg. |
|
19th October 2010, 05:59 |
#766
|
|
Banned
|
Quote:
|
|
19th October 2010, 11:49 |
#767
|
|
Mania Member
|
Quote:
Sebenarnya SDM kita tidak kalah dibandingkan dengan SDM negara lain, SDM kita juga jago-jago. Hanya saja, ya memang begitulah; memang patut kita sayangkan. Saya postingkan ulang artikel berikut ini, yang pernah saya postingkan 2,5 tahun yang lalu di thread yang berbeda. Artikel ini membahas tentang teknologi surya, ditulis oleh SDM kita yang terbukti pintar, dan di dalamnya juga membicarakan SDM kita yang lainnya, yang juga tidak kalah hebatnya. Indonesia akan mengalami kegagalan teknologi untuk kedua kalinya?? Jumat, 14 September 2007 - 12:47:30 Energi, kebutuhan dan kenyataan Kebutuhan akan energi saat ini menjadi perhatian serius masyarakat dan Pemerintah Indonesia sebab dengan biaya produksi yang tinggi menjadikan biaya yang tinggi pula yang harus dibebankan kepada pemakai (pelanggan). Masalah ini sebenarnya terjadi diseluruh dunia, khususnya dinegara-negara Eropa dan Amerika yang memakai energi lebih banyak dari belahan dunia yang lain. Namun disamping itu ada beberapa masalah yang lebih serius yang dihadapi masyarat dunia dewasa ini, yakni pemanasan global yang sangat ekstrem dan level Emisi Carbon yang sudah sangat tinggi dari penggunaan energi fosil selama ini. Para ahli bersama organisasi-organisasi dunia beserta badan-badan PBB telah berusaha menghambatnya dengan berbagai kebijakan-kebijakan lingkungan, yang salah satunya (sangat penting di bidang energi) adalah ?Kyoto Protocol?. Kebijakan ini memberikan ketegasan yang luar biasa kepada negara-negara dunia untuk mengurangi secara keras produksi serta penggunaan Fosil energi di dunia, dan menggantikannya dengan energi yang betul-betul ramah lingkungan dan keberadaannya sangat melimpah di dunia. Potensi sel surya sebagai energi terbarukan Eropa telah mencanangkan pengunaan energi terbarukan sekitar 25% dari seluruh kebutuhan energinya pada tahun 2025, begitu pula Amerika dan Canada yang tengah gencar mengkampanyekan penggunaan energi terbarukan untuk masyarakatnya. Kebijakan ini telah menjadikan negara-negara ini memproduksi pembangkit-pembangkit listrik berbasis energi terbarukan berskala besar. Perusahaan-perusahaan otomotif sedang berlomba lomba menciptakan mesin berbasis fuel cell (seperti Roll-Royce, BMW, VW, dan Toyota). Inggris misalnya terus berlomba membangun windfarm di pesisir barat pantai Cornwall, Wales sampai di Scotland, disamping juga tengah membangun tower lepas pantai untuk energi gelombang laut. Sedangkan Germany dan Amerika menjalankan program 1juta roof (instalasi sel surya di atap rumah). Mei lalu misalnya Goesol bersama RWE-Schotts di Lipzig Germany (salah satu manufaktur sel surya terbesar di Germany)bersama Germany government telah menginstall 20MW sel surya power plan, dan akan dikembangkan sampai 50MW. Jepang sebagai negara terdepan di dunia dalam hal memproduksi dan memakai sel surya bahkan telah mengambil pajak keuntungan mulai 2003 lalu dari setiap penggunaan sel surya oleh masyarakatnya, setelah bertahun-tahun sejak tahun 80-an mensubsidi besar-besaran untuk penggunaan sel surya, baik untuk riset maupun penyebaran informasi pada masyarakatnya. Di kawasan Asia (selain Jepang yang telah memiliki puluhan manufaktur sel surya besar) pertumbuhan manufaktur sel surya seperti jamur di musim hujan, di China tidak kurang belasan manufaktur sel surya yang tengah pemproduksi rata-rata 20-50 MW sel surya pertahunnya, India memiliki tidak kurang 8 manufaktur sel surya yang telah berproduksi mulai akhir tahun 90-an. Di Asia Tenggara, Indonesia termasuk yang paling terbelakang, sebab tercatat Thailand telah mengembangkan sel surya dan memiliki 3 manufaktur dengan kapasitas produksi 15-20 MW pertahun. Negara ini, saat ini juga mengembangkan sel surya langsung untuk mensuplai listrik air condition (AC) untuk gedung-gedung pemerintahannnya. Philipina mendapat kesempatan mengembangkan sel surya, dimana UNI Solar USA, telah memindahkan salah satu cabang manufakturnya dari Amerika dan mulai pertengahan tahun ini telah diharapkan mampu memproduksi 25-30 MW sel surya pertahun. Malaysia tidak mau ketinggalan, satu manufaktur sel suryanya telah memproduksi 15MW per tahun dan satu manufaktur lainnya tengah dikerjakan untuk produksi sekitar 30MW pertahun. Indonesia sangat jauh dalam hal ini, dengan kebijakan pemanfaatan renewable yang hanya 4% dari kementerian energi dan Sumber daya mineral tampaklah jelas kita seakan belum melihat potensi Renewable yang melimpah keberadaannya di neraga kita. Potensi dan posisi Indonesia Dimana posisi kita? Hal ini telah dikawatirkan Prof. Welson Wenas, staff pengajar departemen Fisika ITB, bahwa Indonesia akan kembali kehilangan kesempatan untuk mengembangkan teknologi, setelah di tahun 80-an dimana putra-putra bangsa telah mampu menguasai mobile teknologi (teknologi cellular mobile phone), namun karena kebijakan pemerintah yang kurang berpihak di bidang ini maka kita akhirnya hanya menjadi target market mobile phone, sehingga sampai sekarang kita hanya bisa konsumtif di bidang ini. Kini, teknologi sel surya kembali akan perpeluang menjadi kegagalan bangsa Indonesia setelah seluruh negara-negara tetangga kita mengembangkannya. Akan sangat menyedihkan bila ahli-ahli dan putra-putra bangsa terbaik yang telah mendapat menghargaan international seperti Prof. Welson Wenas mendapat paten atas penemuan performance Amorphous-Sillicon (kerjasama dengan Kaneka Jepang, sebagai salah satu manufaktur sel surya terbesar di dunia), serta banyak ahli-ahli putra bangsa yang handal di bidang ini, namun justru diimanfaatkan oleh negara-negara tetangga kita. Sebetulnya Kita bisa memulainya dengan penyebarluasan informasi yang benar akan potensi ini. Seperti yang telah dilakukan di Jepang di awal tahun 80-an. Dimana masyarakatnya akhirnya sadar dan mengerti akan manfaat sel surya ini, sehingga kini masyarakat Jepang menggunakan sel surya untuk perumahannya sebagai suatu hal yang wajib. Gedung-gedung pemerintahan, sekolah-sekolah serta pusat-pusat pelayanan masyarakat menggunakan sel surya sebagai sumber pembangkit listrik yang handal, sangat umum kita saksikan gedung-gedung dengan teknologi BIPV (building intergrated photovoltaic) menginstall solar panel sebagai pengganti kaca untuk jendela-jendela dan kaca-kaca pintunya. --- cut --- Ketut S Astawa (Staff FT UNUD yang sedang menempuh study Doctoral) CREST (Center Renewable energi System and teknologi) Loughborough University UK |
|
19th October 2010, 11:52 |
#768
|
|
Mania Member
|
Quote:
buktinya, Dalai Lama adl pemenang nobel perdamaian 1989 dan Aung San Suu Kyi adl pemenang nobel perdamaian 1991 kalo Dalai Lama, kita tentu jelas apa mksd dari AS! kalo soal Aung San Suu Kyi, AS berkepentingan utk merubah Myanmar jadi negara demokrasi, agar supaya negara tetangga China ini berubah dari kawan jadi lawan! buat China, maka tetangga yg berbatasan langsung ini tdk boleh jatuh ke AS...sebaliknya, bagi AS, negara tetangga ini tdk boleh terus2an dekat dgn China, maka terjadilah sampe saat ini, China dekat dan erat dgn junta, sdgkn AS dekat dan erat dgn Aung San Suu Kyi! intinya, semua musuh2 penting China pasti dpt hadiah Nobel! |
|
19th October 2010, 11:57 |
#769
|
|
Banned
|
Quote:
|
|
19th October 2010, 20:56 |
#770
|
Mania Member
|
PLTS untuk daerah-daerah yang jauh dari kota besar :
Solar energy project brings electricity to remote villages (Xinhua) Updated: 2009-11-17 15:15 A solar power project built with joint financing from the Chinese and German governments has been completed, enabling 56 remote villages in Northwest China to have access to electricity for the first time in history. According to a statement of the government of Qinghai province Tuesday, the project, began in 2002, consists of 56 independently operating photovoltaic and photovoltaic-diesel hybrid power stations with a gross installed capacity of 1,539.4 kW, including 454.4 kW of solar power and 1,085 kW of diesel power. The project enabled 3,680 families of 10,400 farmers and herdsmen to use electricity in their daily life and also guaranteed power supply for 34 temples, 13 villagers' committees, two police stations, two schools and clinics in Hainan, Haibei, Huangnan and Yushu Tibetan autonomous prefectures, and the Mongolian-Tibetan autonomous prefecture of Haixi, the statement said. The project cost 92.4 million yuan ($13.5 million), including 64 million yuan from the German government and 28 million yuan from the Qinghai provincial government and 400,000 yuan provided by a German free training, according to the statement. This is the province's largest donation-financed construction project, the statement said. |
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer