HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Sabtu, 2024/04/17 15:35 WIB
Media Asing Soroti Ledakan Turis: Tak Seperti Bali yang Dulu
-
Sabtu, 2024/04/17 15:40 WIB
Kota Wisata Sekelas Dubai Dilanda Banjir Bandang, Kok Bisa?
-
Jumat, 2024/04/16 14:03 WIB
Megawati Kirim Amicus Curiae ke MK: Habis Gelap Terbitlah Terang
-
Sabtu, 2024/04/17 14:58 WIB
Hai Warga Depok, Setujukah Pakaian Adat Diterapka untuk Seragam SD hingga SMA?
-
Sabtu, 2024/04/17 15:25 WIB
Sederet Tokoh Ajukan Amicus Curiae ke MK Terkait Pilpres 2024
-
Minggu, 2024/04/18 14:48 WIB
Kisah Pasangan 13 Jam Terjebak Banjir Dubai, Tak Ada Makanan Cuma Minum Air
|
Thread Tools |
13th January 2018, 08:20 |
#52
|
Banned
|
Taktik Busuk: La Nyalla Menghantam, Al-Khattath Menyelamatkan
Gerindra memang harus diakui sebagai partai politik yang sangat lihai dalam mengadu strategi. Di kala partai lain sedang terlena dengan strategi politik merakyatnya, Gerindra banting setir dengan strategi politik berbau SARA. Ahok-Djarot dan partai politik pengusungnya pun menelan kekalahan menyakitkan: sudah kalah Pilkada, calonnya masuk penjara pula. Ibarat sudah jatuh, ditimpa batu pula. Kasihan memang orang jujur dalam politik. Bagi Gerindra, tidak ada politik bersih. Demi meloloskan kader ke DKI, serta deal janji capres Prabowo, mereka rela bersimpuh di hadapan PDIP pada Pilkada DKI 2013 silam. Itu sah dalam politik Gerindra. Pilkada Jakarta sudah selesai. Tujuan tercapai. Apakah akan menggunakan strategi yang sama untuk Pilkada 2018? Ohhhh tenang dulu broâ¦. Partai mana sih yang tidak mengantisipasi strategi Gerindra di DKI. Jangankan partai lawan di DKI, partai koalisi saja mengantisipasi. Nyatanya mereka menjadi versa di daerah lain. Bahwa ada koalisi bersama adalah politik sungkan demi menjaga simpatisan. Strategi politik ala SBY, prihatin Kalau Anda masih ingat SBY dengan jargon prihatinnya, maka Anda akan dengan mudah memahami strategi politik Gerindra di Pilkada 2018. Pilkada ala DKI sudah tidak mungkin dijalankan. Semua partai sudah menyusun strategi untuk mengantisipasinya dengan mendesain paslon yang tak terserang dengan isu SARA. Tidak ada jalan lain selain meninggalkan strategi itu, sekaligus menjaga agar senjata tidak makan tuan. Munculnya La Nyalla dengan berita bombastisnya, mahar 500M, 40M, 120 M, adalah nyanyian pembuka kepedihan dituduh sebagai partai bermahar tinggi. Tidak apa-apa. Soal ini tidak lagi tabu dalam politik Indonesia. Tak ada makan siang gratis dalam politik. Tak ada pilkada tanpa ongkos. Siapa pun memahaminya. Jadi kalau soal mahar, itu hanya soal jumlah saja. Soal mahar menjadi viral, sesuai rencana. Rencana selanjutnya adalah menempatkan diri sebagai playing victim partai-partai lawan selama ini. Statistik menunjukkan bahwa Gerindra adalah partai paling sedikit mencalonkan kadernya sebagai kepala daerah. Ini adalah langkah awal mengantisipasi prediksi para pengamat selama ini bahwa strategi ayat dan mayat akan marak di daerah di mana Gerindra mengusung kader-kadernya. Terbantahkan, Gerindra lebih banyak menjadi partai penyerta dan pengikut. Kemudian hadirnya Al-Khattath pada waktu pernyataan pers La Nyalla. Al-Khattath tampaknya mendukung La Nyalla memojokkan dan menghantam Gerindra, tetapi pada saat yang sama dia sedang membersihkan nama Gerindra dari stigma partai politik berbau SARA dengan menolak mentah-mentah semua kader rekomendasi semangat aksi 212 dan Al Maida 51 sebagai bentuk komitmen partai bersih dari isu SARA. Untuk memastikan bahwa Gerindra sudah tidak akan mengusung isu SARA dalam pilkada 2018, selain memang tidak direncanakan dari peta koalisi dan kader-kader yang dicalonkan. Strategi sesuai rencana. Endingnya bukanlah Pilkada 2018. Peta koalisi Gerindra selalu berada di koalisi yang menguntungkan. Itu memastikan bahwa apa pun yang akan terjadi di Pilkada 2018, Gerindra hanya bagian pendukung. Sebab mereka tahu bahwa luka di Jakarta tidak akan mudah diobati dan dihilangkan. Luka itu akan menular dan menyebar ke seluruh Indonesia. Dikerahkan atau tidak, Pilkada 2018 pasti akan tetap berbau SARA. Sebab benihnya sudah mereka semaikan melalui ladang empuk di ibu kota. Akibatnya, mereka akan tetap diserang, tetapi mereka akan selamat. Mereka punya alibi: bagaimana mungkin partai penyerta menjadi motor penggerak isu SARA? Apalagi mereka sudah berkomitmen menolak mentah-mentah semua kader rekomendasi dari pentolan pergerakan isu SARA di Jakarta. Mereka sedang menempatkan posisi sebagai yang terzolimi bahwa mereka difitnah menggunakan isu SARA. Permainan ini mungkin terkesan agak terlalu ribet dan njelimet. Tapi mana ada strategi yang tidak njelimet. Siapa yang menyangka kalau Ahok ditekan terus sampai ke penjara? Banyak dulu mengira bahwa SBY adalah dalang dari semua demo-demo berjilid, sementara pada saat yang sama Prabowo tertawa senang karena tidak ada tuduhan kepadanya hanya dengan menemui Jokowi. Tapi lihatlah bagaimana mereka ternyata sudah jauh hari bergerak dari masjid ke masjid berkat strategi Eep. Jangan terlalu senang dengan kegaduhan ala Gerindra Saya mau tanya, siapa sih yang membiayai ongkos sosialisasi dan kampanye di pilkada? Partai? Ya gak mungkinlah partai mau menggelontorkan duit hanya untuk seorang La Nyalla, yang sudah jelas namanya cukup buruk akibat tersangka kasus korupsi dan tidak becus mengurus PSSI, sementara paslon lawan seolah tidak ada kekurangannya. Hanya partai bodoh yang mencalonkan orang seperti itu. Lagian masak baru sekarang La Nyalla tahu bahwa menjadi calon kepala daerah harus membayar mahar ke pada partai? Kecuali kamu seperti Ahok, yang sudah terkenal ke seluruh dunia atau Jokowi yang sudah harum namanya di Solo, mau jual mahal pun tetap saja didukung partai. Itu pun, mereka harus kerja keras untuk memungut sumbangan dana dari masyarakat. Jadi jangan percaya lawakan ala La Nyalla dan Al Khattath tentang Gerindra. Lihatlah focus mereka bukan ke soal Gerindra yang menuntut mahar, melainkan lebih ke soal Gerindra yang menolak kader rekomendasi golongan 212. https://seword.com/politik/taktik-bu...tkan-HysABSIEf Jadi............. Masih ada yang percaya partai ini ..? |
14th January 2018, 07:34 |
#56
|
Banned
|
|
14th January 2018, 07:57 |
#57
|
||
Groupie Member
|
Quote:
Quote:
Benar-benar kelompok yang tidak dapat dipercaya segala ucapan dan tindakannya |
||
"Demokrasi yang baik adalah ketika setiap orang memiliki kemampuan untuk menyampaikan curah pikirannya secara bertanggungjawab" (celingak-celinguk, 2014) |
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer